Berawal Dari Kepalsuan
Lolita Gentari Putri duduk tenang di salah satu kursi yang berjajar menghadap ke meja bar dalam sebuah club malam yang berada di pusat kota, membiarkan rungunya dimanja, mendengarkan dentuman musik yang menggema.
Sesekali gadis cantik berusia dua puluh tahun itu mengedarkan pandangan, menatap orang-orang yang tengah sibuk dan asyik sendiri, terutma pria yang menggoda gadis cantik yang juga merupakan pengunjung club tersebut, yang mereka pilih secara acak.
Loli - begitu biasanya gadis pemilik surai berwarna coklat kehitaman dengan panjang sepinggang sedikit bergelombag itu disapa, membuang napas kasar. "Aku gak bisa terus mendem rasa kesel kayak gini." Ia menoleh ke arah Dara Arsasti Zevana - sang sahabat. "Ra?!" serunya pelan.
Dara menoleh. "Hemmm?"
Bingkai birai Loli merenggang dengan instan, hingga berhasil memetakan senyum senang. "Let's have fun, shall we?"
Biingkai birai Dara pun tanpa ragu ikut merenggang, mengulas senyum senang. "Let's go," ujarnya, sembari beringsut, membangkitan diri dari duduknya. "Ayok dance?"
Loli menggindikan bahu, acuh. "Kayaknya itu bukan ide yang buruk." Ia bangkit dari duduknya. "Ayo kita have fun malem ini."
"Yess, let's go!" Dara menoleh ke arah sahabatnya yang juga kebetulan sedang ikut menemaninya yang tengah berusaha menghibur Loli yang beberapa hari terakhir ini tampak murung. "Kalian mau gabung?"
"No. Kalian have fun aja. Aku nunggu di sini." Kanaya Rezvan Razeta - sahabat Loli dan Dara menimpali.
"Ya udah. Kalo gitu, aku sama Loli pergi dulu." Dara menoleh ke arah Loli dengan wajah senang sumbringahnya. "Ayok, Bestie." Ia menautkan lengannya dengan Loli, lalu membawa sahabat cantiknya itu menuju lantai dansa dan mulai menari.
"LOL! SEBENERNYA KAMU LAGI ADA MASALAH APA?" Dara berucap dengan suara yang cukup keras, karena suara dentuman musik di sana cukup keras dan menutupi segala kebisingan lainnya, mendominasi.
"AKU LAGI GAK PENGEN BAHAS MASALAH AKU SEKARANG!"
"Ah. Ok!"
Memahami maksud Loli, akhirnya Dara dan sahanat cantiknya itu memilih untuk lebih menikmati waktu mereka ketika menari, sampai ada seseorang yang menarik pergelangan tangan Loli an memutar paksa tubuhnya.
Di detik pertama Loli menghadap ke arah yang berbeda, Loli langsung memaku, terutama saat netra teduhnya berhasil bertemu dengan dua netra kelam yang menatapnya tajam, penuh kemarahan.
"Kevin." Loli berucap dengan suara pelan, nyaris tak terdengar.
"Lagi ngapain lo di sini, ha? Berani banget lo ya, pergi ke club, tanpa ngasih tau gue dulu?!"
"Eh lo-" "Lo diem!" bentak Kevin, tidak membiarkan Dara yang ingin mencoba melerainya dan Loli, merampungkan perkataan.
Menatap Kevin dengan tatapan geram, Loli lalu menoleh ke arah Dara. "Ra, kamu pergi. Samperin Naya. Biar aku urus ni pengkhianat dulu."
"Tapi, Lol-" "pergi, Ra." Loli mencoba memberi titah pada Dara selembut mungkin.
Dengan manik mata yang gemetar, mengkhiraukan cahaya temaran yang menyorot, Dara menatap Loli dan Kevin secara bergantian, lalu membuang napas kasar. "Aku tunggu kamu di area bar sama Naya."
Loli tersenyum simpul sambil mengangguk paham.
Memberi Kevin tatapan tajam menyalang, akhirnya Dara memutuskan untuk pergi meninggalkan Loli bersama Kevin.
Loli terkekeh sekilas, meremehkan, sebelum kemudian menoleh ke arah Kevin. "Kamu tadi bilang apa, Vin? Ngasih tau kamu? Emangnya kamu pikir kamu itu siapa? Kamu lupa, kalau hubungan kita udah berakhir? Kamu selingkuh di belakang aku. Aku ingetin, kalau-kalau kamu lupa, Vin."
"Loli, Sayang gue bisa ngasih lo penjelasan. Please dengerin gue dulu." Kevin Abima Daksa berucap seraya hendak meraih tangan Loli, namun dengan cepat, Loli menjauhkan tangannya dari jangkauan pemuda tampan berusia dua puluh satu tahun itu.
"Hubungan kita udah selesai. Jadi pergi dan tolong, jauhin aku mulai sekarang."
"Dengarin dulu penjelasan gue. Gue minta maaf. Gu-Gue-" "Stop, Vin! Aku gak mau denger omong kosong dari kamu. Lagian, aku udah dapatin pengganti yang lebih baik dari kamu."
"Apa?!" Kevin memekik, karena ia cukup terkejut dengan pengakuan Loli. "Gimana bisa? Lo baru mutusin hubungan lo sama gue tadi siang. Apa jangan-jangan, lo udah selingkuh dari gue, selama ini?"
Mendengkus geram, Loli mengalihkan pandangan sekilas. "Kalau kamu aja bisa selingkuh, kenapa aku enggak? Jadi pergi dan jangan pernah gangguin aku lagi." Loli berucap seraya mendorong dada bidang Kevin, namun Kevin meraih pergelangan tangannya dan menggenggamnya dengan sangat kuat.
"Lepasin aku, Vin!"
"Siapa pacar lo? Kalo emang lo udah punya pacar baru, coba lo tunjukin ke gue."
"Buat apa?" Loli mencoba menghentakan tangannya agar terlepas dari genggaman Kevin, namun genggaman Kevin terlalu kuat baginya.
"Gue gak bakal ngelepasin lo, sebelum lo ngebuktiin omongan lo, ke gue."
"Kamu mau aku ngebuktiin apa?"
"Buktiin kalo lo emang udah dapetin pengganti gue."
Loli memutar bola matanya jengah. Ia memendarkan pandangan dan menelisik keadaan sekitar, hingga netranya berhasil tertuju pada satu arah, yakni di mana kakak dari salah satu sahabat pria yang dimilikinya yakni Alister Galen Danaswara tengah duduk, menikmati minumannya sembari memperhatikan dirinya.
"Itu. Itu dia pacar baru aku."
Kevin menoleh ke arah belakang, di mana Galen berada. "Apa lo serius?" Ia menoleh ke arah Loli. "Kalo dia emang pacar lo, terus kenapa dia cuman diem aja, liatin lo di sini sama gue?"
Mengerjapkan pelupuk mata, Loli menelan ludah kasar dengan sangat kepayahan. "I-itu ...."
Sudut bibir sebelah kiri Kevin menukik tajam, mengulas seringaian kejam yang berarti sebuah kecurigaan. "Lo pasti bohong kan?"
"Enggak!" Loli menghentakan tangannya sekuat tenaga saat Kevin tanpa sadar memperlonggar genggamannya.
"Buktiin!"
Loli menelan ludahnya dengan susah payah lagi. "Ok!" Ia lalu berjalan dengan cepat ke arah di mana Galen berada dan tentu saja, Kevin mengekorinya.
"Ini pacar baru aku!" Loli tiba-tiba menarik tangan Galen dan membuatnya berdiri dari duduknya.
Galen menatap Loli, keheranan. Ia benar-benar tidak mengerti apa yang tengah Loli lakukan.
Kevin menatap Galen dari ujung rambut hingga ujung kaki, menelisik penampilannya. "Lo bener pacaran sama nih cewek?"
Galen menoleh sekilas ke arah Kevin. Alis sebelah kirinya terangkat, tatkala manik jelaganya beradu tatap dengan Loli.
Loli mencubit kecil lengan Galen. Ia memberi Galen sebuah isyarat, agar Galen mengikuti alurnya.
"Ah, ya." Galen menoleh ke arah Galang lalu mengangguk samar. "Gue pacarnya. Kenapa? Apa ada masalah?"
Kevin menatap Galen dan Loli dengan tatapan penuh kecurigaan. "Gue gak yakin. Bisa kalian buktiin?"
"Maksud kamu?" Loli menatap Kevin dengan mata yang membulat sempurna.
Sudut bibir sebelah kiri Kevin menukik tajam, mengulas seringaian yang begitu mengerikan, sekilas. "Lakuin apa yang biasanya dilakuin sama orang pacaran. Dengan gitu, gue bakal percaya, kalo lo udah move on dari gue secepet itu."
Galen menoleh ke arah Loli yang sudah menunjukan raut wajah gugupnya. "Siapa dia?"
"Mantan pacar aku, Kak." Loli berucap tanpa mengalihan pandangannya dari Kevin.
Sudut bibir sebelah kanan Galen menukik tajam, mengulas seringaian dari sebuah kelicikan. Ia melepaskan lengannya yang masih bertaut dengan lengan Loli. "Ah, jadi lo pengen bikin mantan pacar lo ini cemburu, By?" ia berucap seraya menenggerkan salah satu lengan kekarnya di area pinggang Loli.
Loli sedikit terhenyak, tatkala Galen memberi sedikit tekanan dan membuat tubuhnya saling mendekat. Ia menoleh ke arah Galen yang sudah menatapnya dengan tatapan lekat.
Sejurus kemudian, Galen lantas menoleh ke arah Kevin. "Apa lo yakin, lo pengen ngeliat gue sama pacar gue ngelakuin apa yang biasanya orang pacaran lakuin?"
"Ya!" jawab Kevin, mantap.
Galen terkekeh sinis sekilas, meremehkan. "Ok. Itu bukan masalah."
Tanpa memberi aba-aba, Galen menoleh lalu mendekatkan wajahnya ke wajah Loli dengan pergerakan cepat, meraup kasar bibir tipis Loli tanpa ragu, membuat seluruh persendian gadis itu seketika menegang. Matanya membelalak, membulat sempurna.
Galen menyesap bibir tipis Loli, bagaikan sebuah lolipop manis yang menggairahkan. Ia menggigit lembut bibir bagian bawah gadis itu untuk mendapatkan akses yang lebih dalam lagi.
Rasa manis alami dari bibir Loli sungguh membuat Galen candu dan seketika lupa bahwa moment tersebut hanyalah sebuah sandiwara.
Salah satu tangan kekar Galen menahan pinggang ramping Loli, agar tubuh mereka tetap dekat dan saling bertekanan, sementara tangan lainnya menahan tengkuk Loli, agar ciumannya semakin dalam.
Loli mengerjapkan pelupuk matanya secara berulang saat ia sadar bahwa Kevin sudah tidak ada lagi di sana. Ia mendorong dada bidang Galen dan menjauhkan dirinya.
Napas keduanya berat dan terengah-engah. Mereka saling bertatapan dengan tatapan yang sangat sulit diartikan. Loli jelas terkejut, namun berbeda halnya dengan Galen.
Galen terlihat begitu tenang, tatkala netra teduhnya tak sedetik pun berpaling dari manik hazel indah Loli yang tampak gemetar.
Loli memendarkan pandangan. Ia memastikan, bahwa Kevin sudah benar-benar tidak memperhatikan setiap geriknya. Ia membuang napas lega, lalu menoleh ke arah Galen yang memaku, menatapnya. "Makasih ya Kak, buat bantuannya."
Tersenyum kikuk, Loli membungkukan setengah tubuhnya sekilas, lalu berputar, hendak pergi meninggalkan Galen.
Namun, Galen menahannya dengan menggenggam pergelangan tangannya.
"Kita masih belum selesai. Gue gak terima, karena lo udah nyeret gue gitu aja ke dalam masalah lo, apalagi kalo lo mau pergi gitu aja."
Loli menatap Galen dengan dahi yang mengkerut samar, keheranan. "Maksud Kakak, gimana?"
"Lo yang mulai. Jadi biarin gue yang mutusin kapan hubungan gue sama lo selesai. Selama gue belum nganggep hubungan palsu kita ini beres, lo masih milik gue dan cuman boleh jadi milik gue."
Bersambung ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments
Rosee
semangat thoor sukses selalu buat novelnya 🤩 kapan-kapan mampir yuk ke novel aku makasih
2023-05-01
1
Rosee
ceilah modus aja tuh wkwkwkw
2023-05-01
0
Rosee
iiih cantiiiik
2023-05-01
0