Episode 2. Manusia Bersisik

Ye Wu Shuang mengumpulkan semua sisa tenaganya, dia berlari dengan gesit menuju ke depan musuh lalu menyerang organ vital pria di dekatnya dengan ranting yang terlilit kuat di tangannya.

"Brukkk!"

Pria yang memegang pedang bermata dua telah terkapar di atas tanah dengan darah yang mengalir deras dari lubang di lehernya.

"Ba... Bagaimana mungkin? Jelas-jelas dia orang yang tidak berguna!" seru pria yang satu lagi dengan mata yang membesar.

Ia sulit percaya dengan apa yang baru saja dilihatnya. Wanita lemah yang selama ini dirumorkan di satu ibu kota ternyata bisa melawan rekannya yang memegang senjata tajam.

"Sepertinya tadi aku baru saja mendengar seseorang mengatakan ingin mengambil kesempatan!" kata Ye Wu Shuang seraya berjalan maju mendekati pria yang tersisa.

"Aku pernah mendengar banyak negara yang melakukan kebiri kepada para pria seperti kalian, sebenarnya aku merasa itu sangat tidak manusiawi." lanjutnya lagi dengan langkah yang teratur.

Pria itu terus memundurkan langkah kakinya, tubuhnya gemetar ketakutan dengan keringat dingin yang bercucuran di wajahnya.

"Ja... Jangan mendekat!" seru pria itu dengan suara yang bergetar.

"Karena dalam kamus ku, orang yang menghina ku harus mati!" ucap Ye Wu Shuang dengan mata yang tampak menyeramkan.

"AAAHHH...!"

Ye Wu Shuang menusuk ranting pohon ke mata kiri pria tersebut, dia menjerit kesakitan sambil merintih di atas tanah berbatuan. Dia kembali menusuk ranting di mata kanan pria yang menatapnya dengan tatapan mesum sejak ia terbangun.

"Nona Besar, tolong ampuni nyawa hamba!" teriak pria itu sambil berlutut memegangi kedua matanya yang sudah bercucuran darah.

"Baru sekarang kau meminta ampun? Ke mana perginya sikap arogan dan angkuhmu tadi?" tanya Ye Wu Shuang dengan nada merendahkan.

Pria itu terus memohon sambil menghantukkan kepalanya di atas tanah. "Maafkan hamba, Mohon maafkan nyawa hamba yang tak berharga ini!"

Ye Wu Shuang menyeringai, dia menurunkan tubuhnya lalu berkata dengan nada dingin.

"Sepertinya kau lupa dengan kata-kata yang baru saja ku ucapkan tadi! Jadi, dengarkan lah sekali lagi. Orang yang menghinaku harus mati!"

"Jlebbb!"

Ranting di tangan Ye Wu Shuang menembus kulit dan jantung pria di depannya. Kepala pria itu terjatuh ke depan dalam posisi berlutut dan akhirnya menghembuskan nafas terakhir hanya dalam beberapa detik saja.

Ye Wu Shuang berdiri, ia melepaskan lilitan kain yang mengikat ranting di tangannya dengan senyuman puas sambil menatap tajam tubuh pria yang kini berlumuran darah di hadapannya.

"Sampah!" umpatnya sembari menendang tubuh pria tersebut.

Wanita itu berjalan ke tempat mayat pria yang memegang pedang, dia mengambil pedang itu dari tangan pria tersebut untuk berjaga-jaga jika ada bahaya di dalam hutan.

Ye Wu Shuang berjalan menyusuri hutan lebat di tengah malam, hanya cahaya rembulan yang menjadi penerangannya. Suasana hutan yang sunyi dan gelap membuatnya berjalan dengan hati-hati, menghindari ranting-ranting yang menjulang dan akar-akar yang menjorok.

"Cringgg...!"

Ye Wu Shuang berhenti ketika mendengar suara gemerincing di belakangnya. Ia segera memutar tubuh dan bersiap menghadapi apapun yang akan menyerangnya.

Namun, yang ditemuinya bukanlah musuh, melainkan seekor rubah yang mengintip dari balik semak-semak. Ye Wu Shuang tersenyum lega, ia melambaikan tangan untuk memanggil rubah yang berada di balik semak belukar.

Rubah itu langsung melompat ke depan dan memanjat ke tangan Ye Wu Shuang. Rubah itu memiliki bulu yang seputih kapas, bulu-bulunya tampak bersinar walaupun keadaan di sana sangat gelap. Bola matanya yang hijau dan bulat membesar terlihat seperti mutiara malam.

"Hai rubah mungil! Apa kau juga sendirian di sini?" tanya Ye Wu Shuang sambil menatap mata rubah yang bersinar.

Rubah hanya mengeluarkan suara, "Ciii... Ciii...!"

"Terima kasih sudah menemaniku malam ini. Kita akan berjalan bersama sampai tiba di tujuan kita." katanya sambil meraih kelopak telinga rubah itu dengan lembut dan membelai bulu halus di kepala rubah tersebut.

Ye Wu Shuang kembali melanjutkan perjalanan menyusuri hutan yang sunyi dan gelap di tengah malam.

Rubah itu menatap Ye Wu Shuang dengan mata yang cerah, seolah-olah mengerti apa yang dikatakan oleh manusia itu. Setelah beberapa saat, rubah itu melompat dan berlari ke depan, menunjukkan jalan kepada Ye Wu Shuang yang mengikuti di belakangnya dengan hati-hati.

Setelah beberapa saat berjalan, Ye Wu Shuang dan rubah itu tiba di sebuah lembah yang indah, di mana terdapat sebuah sungai yang mengalir deras di tengah-tengahnya. Ye Wu Shuang berhenti sejenak untuk mengagumi pemandangan yang indah itu, sementara rubah itu tampak senang bermain-main di sekitar area tersebut.

"Kau pintar sekali memilih jalur." puji Ye Wu Shuang sambil mengamati rubah itu yang terus bermain dengan riang di sekitar sungai.

Tiba-tiba, Ye Wu Shuang merasa ada sesuatu yang ganjil di tempat itu. Suara binatang dan serangga tidak terdengar di sana, bahkan nyamuk dan semut yang biasanya hadir di tempat seperti itu tak terlihat.

Ketika ia melihat ke arah rubah, ia menyadari bahwa rubah itu tampaknya sudah mengetahui kehadiran bahaya tersebut. Rubah itu menatap Ye Wu Shuang dengan tajam, seakan memberi isyarat bahwa ada sesuatu yang perlu diwaspadai.

Ye Wu Shuang memutuskan untuk mengikuti instingnya dan bersiap untuk menghadapi bahaya yang mengancam di lembah itu. Ia berusaha tetap tenang dan fokus, memperhatikan setiap gerakan dan suara di sekitarnya.

Dalam ketegangan yang melanda, Ye Wu Shuang melihat bahwa rubah kecil sudah tidak ada di sampingnya. Ia bertanya-tanya dalam hati.

"Ke mana rubah itu pergi, apakah ia telah mengetahui bahaya yang mengancam dan melarikan diri?"

Saat itu, suara gemuruh terdengar dari kejauhan, membuat Ye Wu Shuang semakin waspada. Samar-samar, ia melihat seorang pria tampan yang berdiri di tengah sungai dengan arus deras.

Pria itu berdiri tegak dengan tinggi badan yang hampir mencapai 2 meter. Kulitnya bersinar dengan warna merah kecoklatan, seolah-olah terbuat dari batu bara yang dipanaskan.

Ye Wu Shuang melihat bahwa pria itu memiliki mata berwarna merah, yang seakan terbakar dengan api dan memancarkan ketajaman yang luar biasa.

Rambut putihnya yang panjang dan berkilau bergerak perlahan-lahan, memantulkan cahaya rembulan di malam itu. Dan meskipun memiliki wajah yang tampan, tak ada ekspresi yang terlihat di wajahnya kecuali kebekuan yang membuatnya terlihat lebih seperti makhluk purba daripada manusia.

Meskipun terlihat menakutkan, keberadaan pria itu menimbulkan ketertarikan pada Ye Wu Shuang. Ia ingin tahu siapa pria itu dan apa yang terjadi pada dirinya sehingga membuatnya berada di dalam sungai dengan aliran air yang deras.

Pria itu memiliki wajah dingin, tak ada ekspresi lain di wajahnya. Dia menatap Ye Wu Shuang dengan tajam, membuat Ye Wu Shuang merinding tanpa sadar. Namun, Ye Wu Shuang mencoba untuk mengendalikan rasa takutnya dan bertanya kepada pria di depannya, "Siapa kamu?"

^^^BERSAMBUNG...^^^

Terpopuler

Comments

Ney Maniez

Ney Maniez

masihh nyimak👍💪

2023-08-05

0

Ney Maniez

Ney Maniez

🤔🤔🤔🤔

2023-08-05

0

𝑳𝒂𝒏𝒍𝒂𝒏♔

𝑳𝒂𝒏𝒍𝒂𝒏♔

widih badas 😎 ku suka bnget tipe cewek kek gtu hantam terus

2023-07-11

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!