Misi Perjodohan Oma

Di sebuah ruangan yang luas, Ailee sedang asyik mengikuti lomba yang diadakan oleh pihak perusahaan.

Gadis itu terlihat sangat antusias mengikuti berbagai macam lomba tersebut, apalagi setelah Ailee tahu bahwa hadiah bagi para pemenang cukup besar.

"Ai berharap, Ai dapat memenangkan salah satu lombanya," bisik Ailee pada salah satu temannya.

"Aamiin, semoga kita berdua bisa menjadi pemenang," timpal temannya tersebut, mengaminkan do'a Ailee.

Bukan hanya Ailee dan teman baiknya itu yang antusias mengikuti lomba, tapi karyawan lain yang lebih senior juga terlihat sangat bersemangat.

Kemeriahan benar-benar tercipta di sana dan setelah semua lomba selesai dilaksanakan, kini tibalah waktu untuk mengumumkan siapa saja pemenang-pemenangnya.

Gadis berhijab tersebut menjerit histeris, ketika namanya disebut sebagai salah seorang pemenang yang mendapatkan hadiah uang cash sebesar dua juta rupiah.

Ailee maju untuk menerima piagam keikutsertaannya dalam lomba yang nanti malam pada saat acara ramah tamah berlangsung, piagam itu akan ditunjukkan untuk mendapatkan hadiah uang tunai.

"Etik! Ai dapet dua juta!" Ailee memeluk teman baiknya setelah menunjukkan piagam tersebut.

Bukan hanya Ailee, Etik, teman Ailee juga mendapatkan juara meskipun bukan juara pertama. Setidaknya, gadis sederhana yang bekerja sebagai pesuruh sama seperti Ailee, juga dapat menikmati hadiah uang cash di acara family gathering kali ini.

Kedua teman baik tersebut nampak sangat bahagia.

Satu persatu mereka meninggalkan aula, setelah semua pemenang lomba diumumkan. Begitu pula dengan Ailee dan temannya.

"Tik, aku mau cari nenek dulu. Kamu kalau mau duluan balik ke kamar, silahkan," pamit Ailee.

"Baik, Ai. Kamu hati-hati, ya," pesan Etik yang kemudian segera berlalu untuk menuju ke kamarnya di lantai tiga.

Ya, pihak perusahaan memberikan fasilitas kamar pada semua karyawan di kantor pusat dan keluarganya yang kali ini mengikuti acara family gathering.

Satu keluarga, satu kamar dan bagi yang belum menikah, satu kamar ditempati oleh dua orang.

Ailee segera menuju ke ballroom, tempat dimana dia tadi meninggalkan sang nenek.

Langkah Ailee terhenti, ketika ada yang memanggil namanya.

"Ailee, tunggu."

Ailee menoleh ke belakang dan dirinya terkejut mendapati Erlan tersenyum kepadanya, seraya berjalan mendekat.

"Maaf, apa Pak Erlan memanggil saya?" tanya Ailee seraya menunjuk dirinya sendiri, untuk memastikan.

Erlan mengangguk. "Kamu pasti mencari nenek kamu tadi, kan?" tanya Erlan.

"Iya, benar, Pak. Saya mau ke ballroom karena tadi saya berpesan agar nenek menunggu saya di sana," balasnya, sopan.

"Nenekmu ada di sana," tunjuk Erlan ke arah taman di samping kiri ballroom hotel.

"Oh ya, kalau lagi enggak di kantor dan enggak ada teman kamu, panggil bang saja, ya. Terlalu formal kedengarannya kalau kamu manggil pak," pinta Erlan.

Ailee mengerutkan dahi. "Eh, tapi itu kesannya tidak sopan, Pak," tolak Ailee, halus.

"Tidak apa-apa. 'Kan aku yang minta," balas Erlan yang mengakrabkan diri dengan menyebut dirinya aku.

Ailee hanya bisa mengangguk.

"Silakan, sudah cukup lama beliau menunggumu di sana." Erlan mempersilakan gadis belia tersebut untuk menemui sang nenek.

Ailee berlari kecil menuju taman, tidak sabar hendak menyampaikan kabar yang membahagiakan dirinya barusan.

"Nenek! seru Ailee yang langsung menghambur memeluk sang nenek dan mengabaikan seorang pemuda yang tengah duduk bersama wanita tua yang dia panggil nenek.

"Alhamdulillah, Nek, Ai menang lomba dan mendapatkan hadiah uang sebesar dua juta," lanjutnya setelah melerai pelukan seraya menunjukkan piagam keikutsertaannya dalam lomba barusan.

Wanita tua berhijab panjang tersebut, tersenyum lebar. Senyum yang menunjukkan rasa bahagia di hatinya.

"Ehm." Suara dehaman seorang pemuda, membuat Ailee menyadari bahwa sang nenek tidak sendirian di taman itu.

"Eh, maaf, Om. Apakah tadi Nenek saya menggangu Om?" tanya Ailee, menatap sang pemuda yang menatap dirinya dengan tatapan tajam dan dingin.

Mendengar Ailee memanggil dirinya dengan sebutan om, Gilang semakin tajam menatap gadis belia tersebut.

"Maafkan nenek saya ya, Om, jika kehadiran Nenek di sini membuat Om tidak nyaman," lanjut Ailee penuh penyesalan.

Ailee nampak sangat khawatir jika sang nenek berulah dan menimbulkan keributan karena kehadiran wanita tua itu tidak disukai oleh sang pemuda. Sama seperti sewaktu di ballroom tadi, dimana ada seniornya yang tidak menyukai kehadiran wanita tua yang kemudian dia akui sebagai neneknya.

Erlan yang kemudian menyusul Ailee ke taman setelah memberikan tugas pada beberapa anak buahnya agar jangan sampai ada yang mendekat ke taman, menutup mulutnya menahan tawa mendengar gadis berhijab tersebut memanggil Gilang dengan sebutan om.

"Om Ge tidak mungkin terganggu dengan kehadiran Nenek kamu itu, Ai, karena cucu yang dicari oleh Nenek adalah dia," terang Erlan kemudian, membuat Ailee menoleh ke belakang.

"Bang Erlan, Abang menyusul ke sini?" Ailee mengerutkan dahi.

Gilang pun sama, dahi pemuda tersebut juga berkerut dalam.

"Bang? Kamu manggil dia, Bang?" tanya Gilang tak percaya.

"Kenapa, Ge? Enggak percaya? Faktanya, aku 'kan terlihat lebih muda dari kamu meskipun usiaku setahun lebih tua." Erlan tersenyum, mengejek.

"Narsis! Lebih muda apaan? Dilihat dari sisi manapun, Bang Er, tuh, kelihatan lebih tua dari aku!" sangkal Gilang, tidak terima.

'Rabun kali, tuh, cewek! Enggak bisa lihat mana yang kelihatan lebih muda dan mana yang terlihat lebih tua!' gerutu Gilang dalam hati.

"Makanya, Ge, jadi orang itu harus ramah, dan murah senyum. Jangan ditekuk mulu, tuh, wajah," nasehat sang oma.

"Siapa yang menekuk wajah, sih, oma," protes Gilang.

"Jadi benar, apa yang dibilang Bang Erlan? Om ini, cucunya Nenek?" tanya Ailee seraya menatap sang nenek, memastikan, dan lagi-lagi membuat Gilang keki karena Ailee tetap memanggilnya om.

Wanita tua tersebut, mengangguk.

"Ck!" Sementara Gilang berdecak kesal.

Erlan kembali terkekeh mendengar panggilan Ailee terhadap Gilang. "Makanya, jadi orang tuh full senyum, Ge, biar dahi enggak dipenuhi kerutan," olok sepupu Gilang tersebut.

"Om Ge ini, beneran adiknya Bang Erlan?" tanya Ailee, menatap Erlan dan Gilang bergantian.

"Benar, Ai. Dia adikku," balas Erlan.

Ailee mengangguk-angguk.

"Kenapa?" tanya Gilang, ketus.

"Enggak apa-apa, sih, Om. Hanya saja, memang benar apa yang dikatakan Bang Erlan, kalau Om Ge ini terlihat lebih tua," jawab Ailee, membuat Gilang langsung berdiri.

"Eits, mau kemana?" cegah Erlan yang kemudian memaksa Gilang untuk kembali duduk.

"Tuh, kan ... mudah marah, makanya Om Ge cepat tua," Ailee terkikik sendiri.

Erlan dan sang oma saling pandang, sesaat kemudian ikut tertawa bersama Ailee.

Hal itu, membuat Gilang semakin kesal.

"Oh ya, Nek, karena Nenek sudah menemukan cucu Nenek, Ai pamit ya, mau kembali ke kamar," pamit Ailee kemudian, setelah tawa mereka reda.

"Ai, duduk dulu, Nak," pinta wanita tua tersebut.

Ailee nampak ragu dan Erlan mengangguk seraya menunjuk bangku kosong di hadapan sang oma.

Ailee kemudian mendudukkan diri di sana, di hadapan wanita tua dan cucunya yang sikapnya selalu dingin pada wanita.

"Ada apa, Nek?" tanya Ailee, sesaat setelah dirinya duduk.

"Panggil oma saja, ya," pintanya sebelum menyampaikan maksudnya.

"Kamu masih ingat, kan, dengan perkataan oma tadi?" tanya sang oma kemudian.

Ailee mengerutkan dahi. "Yang mana, Nek? Eh, Oma?"

"Calon cucu menantu." Wanita tua tersebut menatap Ailee dengan dalam.

"Oma bermaksud menjodohkan kamu dengan cucu oma."

☕☕☕ bersambung ... ☕☕☕

Terpopuler

Comments

sherly

sherly

hancur sudah kharismamu Ge, dipanggil om Ama Ai... sementara Erlan dipanggil Abang... hahahahha

2023-11-18

3

Sweet Girl

Sweet Girl

ciiieee serangan pertama

2023-08-05

1

Maulana ya_Rohman

Maulana ya_Rohman

semoga mau... menjadi cuvu mantu nya😢😢

2023-08-02

2

lihat semua
Episodes
1 Asisten ter-The Best
2 Calon Cucu Menantu
3 Berkeriput dan Ubanan
4 Misi Perjodohan Oma
5 Kebucinan Berawal dari Kebencian
6 Dia Terlihat Anggun
7 Beruang Kutub
8 Keselek Buah Durian
9 Sedekat Sahabat
10 Tidak Jujur Pada Diri Sendiri
11 Mulutnya Kotor!
12 Mundur dari Perjodohan
13 Tidak Mencuri Apapun Dari Sini
14 Mendepak Mereka Berdua dari Kantor
15 Calon Mempelai Wanita
16 Ngapain Kamu Pulang?
17 Berbagi Suami
18 Menjadi Satu-satunya di Hidupku
19 Kafe Meong
20 Sapinya lagi Mode Galak
21 Sepasang Mata Bola
22 Hatinya Sudah Mati
23 Anggun dan Cantik
24 Menikah di Rumah Papa
25 Bukannya Bantuin, Malah Diketawain!
26 Membuat Harimu Menjadi Lebih Indah
27 Masalah Apalagi?
28 Ada Setan di Ruangan Gilang
29 Menikmati Dessert di Kamar Jenazah
30 Kalem VS Seradak-seruduk
31 Istri Tiga
32 Encoknya, Kumat!
33 Pentungannya Siap Tempur
34 Mau Tahu Aja VS Mau Tahu Banget
35 Apa yang Mereka Rencanakan?
36 Aku Suka Gayamu, Sayang
37 Melakukan Penyatuan Sambil Salto
38 Siap untuk Dipinang
39 Mencari Suami Untuk Menutup Aib
40 Biarkan Aku Memelukmu
41 Apa yang Kakak Lakukan?
42 Aku Harus Pergi
43 Aku Harus Menyingkirkan Dia!
44 Pre-eklamsia
45 Sungguh Kejam Papamu
46 Nikahi Nelly Sekarang, Mas
47 Temani Suami Kamu
48 Kita Mulai dari Awal
49 Trik Membuat Anak Kembar
50 Mencari Lobang Yuyu yang Sempit
51 Mencabut Senjata di Saat yang Tepat
52 Istri Muda yang Ranum
53 Pendidik Macam Apa Kamu, Ra!
54 Mas Mau Gaya Apa?
55 Iri dengan Kemesraan Kita
56 Menyeret Nelly ke Meja Hijau
57 Harus Puasa Satu Tahun?
58 Jangan Fitnah Saya!
59 Kesempatan Kedua
60 Wanita Selalu Benar
61 Ulang Tahun ke Tujuh Belas
62 Bebek Goreng Rasa Upil
63 Kecemburuan Gilang
64 Tidak Dapat Dipisahkan
65 Mau Apa, sih, Dia!
66 Jaga dan Sayangi Putra Mama
67 Tidak Memiliki Banyak Waktu
68 Memeluk Wanita Ketiga
69 Kakek-kakek Bucin
70 Momen yang Tepat
71 Menjadi Dewa Penolong
72 Semoga Mama Sehat Selalu
73 Mulutnya Enggak Pakai Filter
74 Rajin Menjenguk dan Menyiram
75 Gaspol, Om!
76 Menghadirkan Dia di Antara Kita
77 Mama Sama Siapa, ya?
78 Tetap Tinggal di Kota Ini
79 Rujak Buah Nestapa
80 Ibadah Terpanjang
81 Aku Pegang Kata-katamu
82 Memanggil Bantuan
83 Ayo, Lakukanlah!
84 Jangan Berakting!
85 Dunia Serasa Milik Berdua
86 Membuat Kesebelasan
87 Benarkah, Nyonya?
88 Tentang Sebuah Nama
89 Jangan Sampai Istriku Tahu
90 Percayalah Padaku
91 Banyak Penggemar Wanita
92 Penasaran
93 Siap Menjadi Ibu
94 Tolong Nesa, Mas!
95 Mejikuhibiniu
96 Rutin Olahraga Malam
97 Bermandikan Keringat
98 Harus Mirip Denganku
99 Terbang Melayang Bersama
100 Tidak Ada yang Boleh Ikut
101 No Protes, No Debat
102 Ciblon VS Kecek
103 Aleena?
104 Merebut Dia dari Istrinya
105 Klien Lama
106 Udang di Balik Bakwan
107 Dia itu Masa lalu
108 Pinjam Suami Kamu Sebentar
109 Aleena Damayanti!
110 Rencana Jahat
111 Apa Dia Tidak Selamat?
112 Pangeran Tampan, Apakah Kamu Penyelamatku?
113 Memiliki Pengaruh Besar di Pemerintahan Pusat
114 Tolong Panggilkan Dokter!
115 Putri Bungsu Kami
116 Bebas dari Jerat Hukum
117 Apa yang Harus Aku Lakukan?
118 Penyesalan
119 Beruntung Mengenal Kalian
120 Membuat Api Unggun di Kamar
121 Keliling Timur Tengah
122 Memberikan Servis Istimewa
123 Tidak Sabar Menunggu Malam Tiba
124 Buku Panduan Anu
125 Kebakaran Jenggot
126 Aku Lebih Manis dari Dia
127 Mimpi Indah, Sayang
128 Bahagia di Atas Penderitaan Orang Lain
129 Nikmati Deritamu, Bang!
130 Berdesakan Pengin Segera Keluar
131 Keluarga Batu Baterai
132 Alam Bawah Cadar
133 Sakit Banget, Bang!
134 Cara Membuat Bayi Kembar Sepasang
135 Syair dan Nada
136 Pengumuman GA
Episodes

Updated 136 Episodes

1
Asisten ter-The Best
2
Calon Cucu Menantu
3
Berkeriput dan Ubanan
4
Misi Perjodohan Oma
5
Kebucinan Berawal dari Kebencian
6
Dia Terlihat Anggun
7
Beruang Kutub
8
Keselek Buah Durian
9
Sedekat Sahabat
10
Tidak Jujur Pada Diri Sendiri
11
Mulutnya Kotor!
12
Mundur dari Perjodohan
13
Tidak Mencuri Apapun Dari Sini
14
Mendepak Mereka Berdua dari Kantor
15
Calon Mempelai Wanita
16
Ngapain Kamu Pulang?
17
Berbagi Suami
18
Menjadi Satu-satunya di Hidupku
19
Kafe Meong
20
Sapinya lagi Mode Galak
21
Sepasang Mata Bola
22
Hatinya Sudah Mati
23
Anggun dan Cantik
24
Menikah di Rumah Papa
25
Bukannya Bantuin, Malah Diketawain!
26
Membuat Harimu Menjadi Lebih Indah
27
Masalah Apalagi?
28
Ada Setan di Ruangan Gilang
29
Menikmati Dessert di Kamar Jenazah
30
Kalem VS Seradak-seruduk
31
Istri Tiga
32
Encoknya, Kumat!
33
Pentungannya Siap Tempur
34
Mau Tahu Aja VS Mau Tahu Banget
35
Apa yang Mereka Rencanakan?
36
Aku Suka Gayamu, Sayang
37
Melakukan Penyatuan Sambil Salto
38
Siap untuk Dipinang
39
Mencari Suami Untuk Menutup Aib
40
Biarkan Aku Memelukmu
41
Apa yang Kakak Lakukan?
42
Aku Harus Pergi
43
Aku Harus Menyingkirkan Dia!
44
Pre-eklamsia
45
Sungguh Kejam Papamu
46
Nikahi Nelly Sekarang, Mas
47
Temani Suami Kamu
48
Kita Mulai dari Awal
49
Trik Membuat Anak Kembar
50
Mencari Lobang Yuyu yang Sempit
51
Mencabut Senjata di Saat yang Tepat
52
Istri Muda yang Ranum
53
Pendidik Macam Apa Kamu, Ra!
54
Mas Mau Gaya Apa?
55
Iri dengan Kemesraan Kita
56
Menyeret Nelly ke Meja Hijau
57
Harus Puasa Satu Tahun?
58
Jangan Fitnah Saya!
59
Kesempatan Kedua
60
Wanita Selalu Benar
61
Ulang Tahun ke Tujuh Belas
62
Bebek Goreng Rasa Upil
63
Kecemburuan Gilang
64
Tidak Dapat Dipisahkan
65
Mau Apa, sih, Dia!
66
Jaga dan Sayangi Putra Mama
67
Tidak Memiliki Banyak Waktu
68
Memeluk Wanita Ketiga
69
Kakek-kakek Bucin
70
Momen yang Tepat
71
Menjadi Dewa Penolong
72
Semoga Mama Sehat Selalu
73
Mulutnya Enggak Pakai Filter
74
Rajin Menjenguk dan Menyiram
75
Gaspol, Om!
76
Menghadirkan Dia di Antara Kita
77
Mama Sama Siapa, ya?
78
Tetap Tinggal di Kota Ini
79
Rujak Buah Nestapa
80
Ibadah Terpanjang
81
Aku Pegang Kata-katamu
82
Memanggil Bantuan
83
Ayo, Lakukanlah!
84
Jangan Berakting!
85
Dunia Serasa Milik Berdua
86
Membuat Kesebelasan
87
Benarkah, Nyonya?
88
Tentang Sebuah Nama
89
Jangan Sampai Istriku Tahu
90
Percayalah Padaku
91
Banyak Penggemar Wanita
92
Penasaran
93
Siap Menjadi Ibu
94
Tolong Nesa, Mas!
95
Mejikuhibiniu
96
Rutin Olahraga Malam
97
Bermandikan Keringat
98
Harus Mirip Denganku
99
Terbang Melayang Bersama
100
Tidak Ada yang Boleh Ikut
101
No Protes, No Debat
102
Ciblon VS Kecek
103
Aleena?
104
Merebut Dia dari Istrinya
105
Klien Lama
106
Udang di Balik Bakwan
107
Dia itu Masa lalu
108
Pinjam Suami Kamu Sebentar
109
Aleena Damayanti!
110
Rencana Jahat
111
Apa Dia Tidak Selamat?
112
Pangeran Tampan, Apakah Kamu Penyelamatku?
113
Memiliki Pengaruh Besar di Pemerintahan Pusat
114
Tolong Panggilkan Dokter!
115
Putri Bungsu Kami
116
Bebas dari Jerat Hukum
117
Apa yang Harus Aku Lakukan?
118
Penyesalan
119
Beruntung Mengenal Kalian
120
Membuat Api Unggun di Kamar
121
Keliling Timur Tengah
122
Memberikan Servis Istimewa
123
Tidak Sabar Menunggu Malam Tiba
124
Buku Panduan Anu
125
Kebakaran Jenggot
126
Aku Lebih Manis dari Dia
127
Mimpi Indah, Sayang
128
Bahagia di Atas Penderitaan Orang Lain
129
Nikmati Deritamu, Bang!
130
Berdesakan Pengin Segera Keluar
131
Keluarga Batu Baterai
132
Alam Bawah Cadar
133
Sakit Banget, Bang!
134
Cara Membuat Bayi Kembar Sepasang
135
Syair dan Nada
136
Pengumuman GA

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!