Sepeninggal gadis belia yang imut dan lucu itu, wanita tua tersebut juga beranjak pergi meninggalkan meja tempat mereka berdua menikmati makan siang barusan.
Wajahnya yang sudah mulai berkeriput, tetapi masih menunjukkan sisa-sisa kecantikan di masa muda dulu, terus saja tersenyum.
Membuat dua orang pemuda yang sedari tadi mengamati sang nenek dan gadis berhijab yang bersamanya dari kejauhan, bertanya-tanya.
"Oma, happy banget, sih?" Pemuda yang memiliki garis wajah tegas dan tatapan tajam, bertanya pada sang oma.
"Ya jelas happy, lah, si Oma. Orang misinya sedikit lagi berhasil. Ya 'kan, Oma?" sahut Erlan seraya tersenyum lebar, menyambut kedatangan sang oma di meja mereka yang cukup tersembunyi.
Rupanya, senyum wanita tua yang dipanggil oma oleh Erlan, menular pada asisten pribadi pemilik perusahaan tempat Ailee bekerja, tetapi tidak pada pemuda yang bersamanya.
Pemuda tampan yang memiliki tatapan tajam dan dingin tersebut, mencebik.
"Ayolah, Ge, apalagi yang kamu ragukan? Oma sudah bersusah payah menyamar, untuk mendapatkan gadis yang memiliki hati tulus seperti gadis itu. Harusnya kamu antusias, dong, untuk menerima misi perjodohan ini," bujuk Erlan pada pemuda yang duduk dengan menekuk wajah, di sampingnya.
"Oma juga bingung dengan sikap kamu itu, Ge. Harus berapa kali oma memaksa, coba bukalah mata dan hatimu. Lihat mereka dengan hati, bukan emosi karena tidak semua wanita seperti mama kamu," keluh sang oma, putus asa.
Sudah berkali-kali wanita tua itu mencoba menjodohkan sang cucu dengan seorang gadis yang dinilainya baik, tetapi pemuda yang tatapannya dingin menusuk kalbu tersebut tetap enggan untuk membuka hatinya.
"Sudahlah, Oma. Kalau Ge menolak, Er juga mau. Ranum, mana cantik lagi," ucap Erlan, terkekeh.
"Hush! Enak saja, kamu! Dia untuk Ge, bukan untukmu!" peringat sang oma.
"Kamu sudah pandai mencari, Er, bahkan kekasih kamu sudah rentengan di luar sana. Harusnya, kamu sudah mulai berpikir untuk serius dan memilih salah satu di antara mereka," lanjutnya, menasehati.
Erlan menggeleng. "Belum ada yang cocok untuk dijadikan istri, Oma, tapi kalau gadis itu pasti akan langsung Er bawa ke KUA tanpa berpikir panjang, agar tidak disambar orang."
"Ya udah, buat kamu aja, Bang!" sahut Gilang yang dipanggil dengan sebutan Ge, dengan senang hati.
"Ge, sekali ini saja. Belajarlah untuk mengenal dia," pinta sang oma, dengan tatapan memohon.
"Oma janji tidak akan lagi memaksa, jika memang kamu merasa tidak cocok dengan Ailee," lanjutnya.
"Oh, jadi namanya Ailee, Oma. Nama yang cantik, secantik orangnya," puji Erlan.
"Ck! Dasar, raja gombal! Gadis seperti itu aja, dibilang cantik," cibir Gilang.
"Yey, memang asli cantik, dia. Tanpa make-up dan meskipun hanya dengan pakaian sederhana, Ailee udah terlihat sangat cantik," puji Erlan kembali.
"Apalagi nanti kalau dia sudah menjadi istriku dan sedikit dipoles, pasti semua mata lelaki tidak akan berkedip memandangnya," lanjutnya berceloteh, membuat sang oma menatapnya dengan tajam.
"Maaf, Oma. Maksud Er, menjadi istrinya Ge," ralat Erlan yang kembali terkekeh.
"Bagaimana, Ge? Apa kamu mau memberi oma kesempatan untuk membawa dia masuk ke dalam rumah kita?" desak sang oma.
Pemuda berkulit putih bersih tersebut menghela napas panjang. "Tidak adakah gadis lain, Oma. Sepertinya, dia masih sangat muda," balas Gilang, ragu.
"Pasti akan sangat merepotkan memiliki istri seperti dia yang mungkin sangat kekanak-kanakan," lanjutnya, berusaha menolak.
"Kedewasaan seseorang itu tidak dilihat dari seberapa banyak usianya, Ge, tapi dari cara berpikirnya," tutur sang oma, meyakinkan.
"Oma sudah mendengar, meski baru sekilas tentang kehidupan Ailee dan oma yakin, apa yang telah dia alami selama ini, telah menempanya untuk menjadi dewasa bahkan di usia yang masih sangat belia," lanjutnya dengan menerawang jauh.
Beliau teringat kembali akan cerita Ailee yang membuatnya menjadi bersedih.
"Memangnya, kehidupan Ailee seperti apa, Oma?" tanya Erlan, penasaran.
Sang oma kemudian menceritakan kisah hidup Ailee pada kedua pemuda tampan di hadapannya.
Kisah seorang anak tanpa dosa yang menjadi korban dari ayah serta kedua kakak perempuannya karena tidak dapat menerima takdir kematian sang mama dan kemudian melampiaskan kekecewaan dengan menyalahkan Ailee.
"Figur seorang ayah yang bodoh!" geram Erlan, mengepalkan kedua tangan dan meninju angin. Dadanya ikut sesak mendengar kisah tentang Ailee.
Sementara pemuda yang duduk di sampingnya, hanya terdiam, tetapi rahangnya mengeras. Sepertinya, amarah juga tengah menguasai hati Gilang, mendengar kisah gadis belia yang akan dijodohkan dengan dirinya.
Sejenak, keheningan tercipta di sana.
"Jika oma merasa kasihan dan sayang sama gadis itu, tidak masalah jika oma mengangkat dia menjadi cucu dan membawa dia pulang ke rumah, tapi bukan untuk menjadi istri, Ge," ucap Gilang, mengurai keheningan.
Wanita tua itu menggeleng. "Dia gadis yang kuat dan hebat. Ailee tidak butuh dikasihani, tapi oma, oma yang butuh dikasihani karena memiliki cucu yang tidak dapat menerima takdir dari Allah dan terus menyalahkan keadaan dengan menghukum dirinya sendiri," balas sang oma yang langsung menyentil sisi keangkuhan sang cucu.
Pemuda yang merupakan pemilik perusahaan di tempat Ailee bekerja itu menelan saliva, merasa tersindir dengan ucapan omanya.
Ya, Gilang sangat membenci wanita setelah mengetahui perselingkuhan mamanya dengan laki-laki lain.
Perselingkuhan itu membuat sang papa yang memiliki riwayat penyakit jantung, meregang nyawa di pangkuan Gilang ketika dia baru saja pulang sekolah.
Kebetulan, hanya Gilang seorang yang berada di rumah kala itu. Kedua kakak perempuannya sudah berkeluarga dan ikut dengan suaminya.
Sementara sang oma, tinggal jauh di luar kota, bersama adik dari sang papa.
Gilang menghela napas panjang. Kegetiran kembali menyelimuti hatinya, mengingat peristiwa tersebut.
"Kalian tidak melihat bagaimana putus asanya papa saat itu. Papa meninggal dalam kekecewaan dan kesedihan yang mendalam karena dikhianati oleh istri yang sangat dicintai," gumam Gilang seraya memejamkan mata, menahan agar bulir bening tidak terjatuh dan membuat sang oma semakin sedih karena melihat dirinya belum dapat melupakanmu peristiwa tersebut.
Sang oma beranjak dan kemudian memeluk cucu kesayangannya itu.
"Tapi tak seharusnya kamu menghukum dirimu sendiri, Ge. Kamu juga berhak bahagia," tuturnya seraya mengusap punggung sang cucu.
"Maafkan Ge, Oma. Ge butuh waktu," ucapnya kemudian, setelah melerai pelukan.
"Sampai kapan, Ge? Sampai kamu tua, berkeriput dan ubanan, dan setelah itu sudah tidak ada lagi yang mau sama kamu?" cecar Erlan, dengan tatapan khawatir.
Meskipun Erlan sering meledek saudara sepupunya tersebut, tapi sesungguhnya dia sangat sayang pada Gilang.
"Hanya satu orang yang bersalah, Ge, Tante Irna, dan kamu tidak berhak menghakimi bahwa semua wanita itu pengkhianat!" lanjut Erlan yang juga membenci sosok tantenya, adik dari sang mama.
Sang oma mengangguk, setuju dengan perkataan Erlan.
"Apa yang dikatakan Er ada benarnya, Ge. Oma juga setia, bahkan meskipun opamu sudah lama meninggal, oma tidak pernah terbersit untuk mencari penggantinya," timpal sang oma, seraya tersenyum.
"Bagaimana, Ge. Kamu mau, kan?" tanya sang oma kembali.
"Setidaknya, lakukan itu demi oma yang mungkin tidak akan dapat mendampingimu terus seperti sekarang ini," lanjutnya dengan tatapan sendu.
Gilang menghela napas panjang.
☕☕☕ bersambung ... ☕☕☕
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 136 Episodes
Comments
Cah Dangsambuh
iiiii bener kan si nenek tadi lagi ada misi ketauan deh karyawanya yang nggak tulus
2024-07-20
1
sherly
semangat omaaa
2023-11-18
1
Sweet Girl
mau Oma, bawa masuk aja ke rumah utama, Oma.
2023-08-05
1