Salah riasan

"Assalamualaikum!" teriak Jihan saat memasuki rumah.

Hari ini gadis muda bertumbuh mungil berwajah oriental ini begitu bersemangat untuk pulang ke rumah. Ia sangat tak sabar menunggu waktu makan malam tiba. Ia sangat penasaran dengan pria yang dijodohkan kedua orang tuanya itu. Besar harapannya, pria yang akan menjadi suaminya adalah sosok pria yang sesuai dengan cerita Gunawan, Kakak laki-lakinya itu. Dannjuga berharap jika sosok pria yang diceritakan Gunawan bukanlah Johan. Musuh bebuyutannya.

"Waalaikumsalam," balas Nesya dan juga Dita yang sedang duduk di ruang tamu, keduanya berdecak sebal begitu melihat kelakuan Barbar Jihan saat masuk ke dalam rumah. Apalagi melihat cara duduk Jihan yang jauh dari kata anggun.

"Lo kalau ngucapain salam bisa gak slow dikit, anak gue di dalam perut bisa jantungan denger suara lo yang hampir ngalahin toa mesjid." Protes Nesya sembari mengusap perutnya yang berdenyut karena sang putra yang ada di dalam rahimnya menendang, rupanya calon kepinakan Jihan ini sangat terusik dengan suara cempreng sang tante.

"Ini udah paling slow Mba, kalau lebih slow lagi. Gue udah kaya putri Solo dong." Balas Jihan yang malah membuat Nesya dan Dita geleng-geleng kepala.

Usai melepas sepatunya yang harusnya dilepas diluar tadi. Jihan segera mencium punggung tangan sang Bunda dan juga Kakak iparnya. Ia juga mengelus perut kakak iparnya itu dan berkata. "Hai Boy, tante sudah pulang. Ayo kita main bola di perut Mamimu hahaha..."

Plak! [Satu pukulan mendarat di bahu Jihan].

"Aduh... Boy. Mami mu sadis sekali. Baik-baik di sana, sebelum keluar siksa Mami mu sebelum kamu disiksa Mami mu nanti setelah lahir hahaha..." ucap Jihan lagi yang langsung lari menghindar karena Nesya sudah siap untuk memukulnya kembali.

Iseng. Itulah kebiasaaan Jihan yang sering dilakukannya pada Nesya sang kakak ipar yang amat sangat manja pada ibunya. Usia Nesya dan dirinya seumuran. Tadinya Nesya kuliah bersama dengan Jihan, namun karena hamil, Gunawan melarangnya untuk kuliah. Nesya akan diizinkan kuliah kembali saat anaknya sudah lahir nanti.

"Bun... makan dong laper!" Pekik Jihan dari arah dapur. Suaranya yang terdengar begitu nyaring itu, membuat Dita dan Nesya geleng-geleng kepala lagi.

"Lihatlah Nes! Model kaya gini mau nikah muda. Mau makan saja minta disiapin, ditungguin." Ucap Dita pada menantunya. Nesya hanya tersenyum menanggapi ucapan ibu mertuanya sembari memakan ubi celembu yang baru matang dari oven.

Dita berjalan menghampiri Jihan yang sudah duduk manis di kursi meja makan. Sembari memainkan ponselnya. Ia sedang bertukar pesan dengan sahabatnya, Marisa.

WhatsApp Marisa dan Jihan

Lo dah nyampe Nyet?

^^^Udah Jing.^^^

Lagi ngapain Lo?

^^^Mau makan.^^^

Makan yang banyak sebelum lo makan hati ntar malam.

^^^Si4lan lo.^^^

Gue jadi kepikiran kalau benar lo dijodohin sama Johan. Gimana? Lo terima?

^^^Terimalah. Mau gimana lagi. Gue gak mau dipecat bonyok gue.^^^

Berarti Pak Dosen buat gue ya.

^^^Hiks 🤧🤧🤧 dengan berat hati iya deh.^^^

Hahahah🤣🤣🤣🤭 gue menang banyak. Dapat Pak Dosen.

Btw. Emang lo rela dinikahin sama Johan?

^^^Gak rela lah. Sapa mau dinikahin sama dia. Tapi kalau emang iya dia jodoh gue. Gue akan buat perjanjian sama dia.^^^

Perjanjian apa?

^^^Apa aja boleh. Bolu meleleh. Kepo banget lo Jing.🤣😜^^^

Kepo itu harus. Kaya lo gak ajah Nyet🦧🤣.

"Main hp terus! Kaya gini minta nikah muda. Makan saja harus dilayanin, pakai minta ditungguin." Omel Dita yang menaruh sepiring nasi beserta lauk pauknya.

Jihan tak menghiraukan omelan sang Bunda. Baginya ia sudah terbiasa mendapatkan amarah dari Bundanya yang suka marah-marah tapi sangat menyayanginya. Mata Jihan begitu terbelalak ketika melihat sepiring nasi di hadapannya.

"Bun, banyak amat ini. Ya Allah, Jihan gak habis kuli-ah tapi habis kuliah Bun." Protes Jihan sembari mendorong sepiring nasi dihadapannya.

"Makan dan habiskan! Bukannya kamu habis berpikir keras di kampus tadi. Jadi butuh asupan ekstra supaya otak mu itu punya kemajuan." Balas Dita dengan wajah merengutnya.

"Ya Allah, Bun tega amat ngomongnya. Bodoh itu penyakit turunan Bun. Pasti diantara Bunda dan Ayah ada yang bodoh. Jadi Jihan seperti ini." Sahut Jihan dengan nyelenehnya.

"Heh, anak ini. Suka sekali asal bicara. Bodoh itu bukan penyakit. Tapi bodoh itu berasal dari rasa malas kamu yang gak ketelungan Jihan." Omel Dita yang menanggapi ucapan nyeleneh Jihan.

Sembari memasukan makanan yang ada di dalam piring ke dalam mulutnya Jihan tak henti-hentinya menimpali omelan sang bunda.

"Cewek itu gak perlu pintar-pintar amat Bun di bidang akademik. Cewek itu perlu pintar di bidang perdapuran dan perumah tanggaan."

"Memangnya kamu pintar apa di dapur? Kamu masak saja tidak bisa, bahkan cuci piring bekas makan kamu saja. Malasnya minta ampun, sekalinya kamu cuci, piring masih licin dan bau amis." Cemooh Dita yang memang adanya.

"Hahaha... Bunda paling paham banget ya tentang Jihan. Jadi salut Jihan sama Bunda. Tapi Bun, asal Bunda tahu ya. Jihan itu punya kemajuan pesat di perdapuran yang bunda gak tahu apa itu."

"Memangnya apa kemajuan kamu yang Bunda gak tahu Jie?" Tanya Dita yang penasaran dengan apa yang terlewatkan dari diri putrinya yang ia tak ketahui.

"Jihan udah bisa masak air dan Indomie sendiri hehehe..." jawab Jihan yqng seketika itu juga membuat Dita menepuk keningnya.

"Owhh astaga Ayah. Putri mu memang paling-paling. Bagaimana rumah tangganya nanti jika dia seperti ini?" Gumam Dita di dalam hatinya.

Waktu pun dengan cepat bergulir. Malam pun telah datang, tepat pukul tujuh malam keluarga alm Bagaskoro telah siap menyamput kedatangan keluarga Budiman. Saat mereka sedang berkumpul di ruang keluarga menunggu Jihan turun dari kamarnya.

Tiba-tiba saja baik Gunawan dan juga Bagas tersedak kopi yang sedang mereka tengguk saat melihat penampilan Jihan yang cetar membahana.

"Jihan, kamu ngapain dandan kaya gini? Kamu mau kondangan?" Tegur Dita yang berlari menghampiri sang putri di anak tangga terakhir.

"Apa sih Bun? Protes mulu. Ini tuh riasan yang tepat untuk menyambut calon suami aku." Jawab Jihan yang melunturkan senyum indah di wajah cantiknya begitu saja, saat i mendapat teguran sekaligus omelan dari Dita.

"Apa kamu bilang? Riasan yang cocok. Penampilan kamu tuh kaya tante-tante sosialita yang lagi arisan. Cepat hapus! Hah bikin malu!" Omel Dita dengan perintahnya yang tak bisa dilawan oleh Jihan.

Jihan menghentak-hentakkan kakinya di atas anak tangga sebelum kembali ke kamarnya. Dita yang berjalan kembali ke sofa akhirnya meminta Nesya untuk membantu Jihan merias wajah adik iparnya itu.

"Nesya, tolong bantu rias adik ipar mu senatural mungkin. Jangan sampai bikin malu!" Pinta Dita yang diangguki oleh Nesya. Dengan dibantu oleh Gunawan Nesya menaiki anak tangga menuju kamar Jihan yang ada di lantai dua.

Terpopuler

Comments

도경수

도경수

dandan nya menor ya thor
make up tebel ma lipstik merah merona 🤭🤭
.
nanti juga bakalan berubah Bund kalo sudah menikah

2023-05-27

1

@💞Lophe💝💗💓🤵👰

@💞Lophe💝💗💓🤵👰

Tuh benar kata Nesya Jihan kamu jangan teriak teriak

2023-05-17

1

ℕℰℕᎶ ⅅℰᎯ

ℕℰℕᎶ ⅅℰᎯ

duh sakit itu pasti rasanya

2023-05-16

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!