Pengen Kawin

Pagi ini Jihan memutar bola matanya dengan malas, pemandangan di depannya saat ini benar-benar membuat nafsu makannya hilang. Gunawan dan Nesya pasangan suami istri yang selalu mengumbar kemesraan tanpa tahu tempat, sungguh sangat menyebalkan dan selalu berhasil membuat mood Jihan rusak di pagi hari. Pasalnya Jihan adalah kaum jomblo akut yang tidak laku karena 1001 alasan. Alasan utamanya adalah karena peraturan sang Kakek dan sang Ayah yang tak mengizinkan ia berpacaran dengan pria manapun, tanpa alasan yang tak jelas Jihan ketahui.

"Please, deh Kak. Ini tuh meja makan, bukan ranjang tidur. Jadi jangan beradegan vulgar di depan mata gadis tercantik dan terbahenol di rumah ini." Cibir Jihan pada keduanya.

Sontak saja cibiran Jihan mengundang gelak tawa seisi meja makan. Mereka menertawakan tingkat kepercayaan diri Jihan tang terlampau tinggi.

"Percuma cantik kalau gak laku," ledek Gunawan disela tawanya.

"Kaya ada suara siapa gitu ngomong, denger ga sih Bun, Ayah? Kayanya suaranya dari kolong meja deh." Sahut Jihan sembari merundukkan tubuhnya ke kolong meja makan. Ia berlagak mencari sumber suara yang bicara padanya tadi. Wajah Jihan nampak begitu serius hingga membuat Gunawan sewot.

"Amit-amit cabang bayi, jangan sampai anak aku mirip sama Jihan. Udah jelek sok cantik, nyebelin. Hidup lagi." Ucap Gunawan seraya mengelus perut buncit istrinya.

Sontak ucapan Gunawan membuat Jihan membulatkan matanya.

"Ayah, Bunda. Lihat tuh Kak Gundoruwo ngatain Jihan jelek terus." Adu Jihan pada kedua orang tuanya.

Alih-alih dibela oleh kedua orang tuanya. Jihan harus menelan pil pahit di kacangin oleh kedua orang tuanya yang lebih memilih menghabisakan menu sarapan pagi dihadapan mereka.

"Gini nih, nasib gak ada Kakek. Gak ada yang belain." Gerutu Jihan dengan suara yang masih di dengar semua orang.

"Kamu duluan yang mancing, sekarang kamu juga yang minta perlindungan. Kamu tuh maunya apa Jihan." Sahut Bagas yang telah selesai menghabiskan sarapan paginya.

"Kawin. Biar punya suami yang belain." Jawab Jihan asal yang malah di tanggapi serius oleh Bagas.

"Ok. Ayah kabulkan." Seru Bagas sembari mengusap bibirnya dengan tisu.

"Ayah," panggil Dina yang seakan keberatan dengan seruan suaminya.

"Nanti pulang kuliah kamu langsung pulang, jangan kemana-mana. Calon suami mu beserta keluarganya akan datang melamar kamu malam ini." Ucap Bagas lagi tanpa menghiraukan panggilan Dina yang keberatan putrinya menikah muda.

"AYAH," panggil Dina lagi kali ini dengan suara yang cukup tinggi.

Alih-alih menghiraukan panggilan sang istri Bagas malah pergi meninggalkan meja makan dan masuk ke kamar pribadinya kembali, guna mengambil tas kerja dan juga kunci mobil.

Melihat suaminya masuk ke dalam kamar, Dina segera menyusul keberadaan suaminya. Dina masuk ke dalam kamar, menutup pintu dan menyalakan peredam suara di kamarnya. Agar keribuatan keduanya tak di dengar oleh anak dan menantunya.

"Ayah, bunda kan sudah katakan sama Ayah. Kalau bunda keberatan jika Jihan menikah muda. Dia bisa menikah nanti setelah selesai kuliah bukan. Lagi pula Johan juga belum menyelesaikan kuliahnya. Mau dikasih makan apa anak Bunda, Ayah?" Geram Dina pada suaminya yang terlihat santai menanggapi omelan dirinya.

"Dikasih makan nasi, gak mungkin anakkita dikasih makan paku. Jihan kan bukan limbat." Sahut Bagas dengan santainya. Ia tak menanggapi serius omelan sang istri.

"Ayah, bisakah serius sedikit. Jihan itu anak Bunda. Bunda berhak keberatan."

"Bunda keberatan, tapi kalau anaknya mau Bunda bisa apa?" Tanya Bagas sembari tersenyum penuh arti pada istrinya.

"Bunda yakin pasti Jihan langsung menolak setelah tahu siapa calon suaminya." Jawab Dina dengan keyakinannya.

Ia paham betul jika putrinya sangat membenci Johan. Pasalnya Johan adalah pria yang dianggap sama menyebalkannya seperti Gunawan.

Tak ingin berdebat terlalu lama dengan istrinya. Bagas pun memutuskan untuk keluar dari kamarnya setelah kunci mobil dan juga tas kerja sudah ada di tangannya.

"Ayah berangkat ya Bun? Jangan lupa untuk siapkan makan malam yang enak untuk Om Budiman." Pamit Bagas pada istrinya yang sudah menekuk wajahnya dengan sempurna. Dina merasa usahanya untuk menunda pernikahan putrinya, Jihan sia-sia.

Melihat istrinya menekuk wajahnya, Bagas 6ang sudah berdiri di muka pintu pun krmbali menghampiri Dina.

"Bun, mengalahlah. Om Budiman sudah sakit-sakitan. Ayah tidak mau sampai kita menyesal untuk kedua kalinya. Izinkan Om Budiman melihat keluarga kita bersatu dengan keluarganya di sisa usianya." Bujuk Bagas yang mencoba memberikan pengertian pada istrinya.

"Bunda izinkan kok Jihan menikah dengan Johan, tapi hanya tidak sekarang Yah."

"Bunda. Tolong mengertilah. Umur kita gak ada yang tahu Bun. Ayah hanya takut tidak bisa menjalankan amanah Bapak kalau terus-menerus ditunda-tunda." Pungkas Bagas yang tak lagi membuat Dina berkutik.

Ia hanya menitikan air mata kesedihannya, berat baginya melepaskan Jihan untuk menikah secepat ini dengan Johan. Ia masih ingin menghabiskan waktu bersenang-senang dengan putrinya yang sudah seperti teman baginya. Teman belanja, ngobrol dan bahkan ke salon.

Brukk! [Suara tubuh terjatuh ketika pintu kamar Bagas dan Dina terbuka.]

"Aduhh perut ku..." rintih Nesya saat tubuhnya jatuh menimpa tubuh suaminya dan ditindih oleh Jihan.

"Jihan cepat bangun, istri gue." Perintah Gunawan dari bawah sana.

"Iya-iya... Yah bantuin bangun dong." Sahut Jihan yang merentangkan tangannya meminta bantuan Bagas.

"Haduuhh... kalian tuh ngapain sih? Kebiasaan jadi tukang nguping. Kamu juga Nesya, lagi hamil masih aja ikut-ikutan." Omel Bagas pada anak dan menantunya seraya membangunkan Jihan yang bertingkah manja tanpa memandang situasi dan kondisi.

"Maaf Yah, Nesya di ajakin Mas Gunawan." Cicit Nesya sembari mengusap perutnya yang buncit.

"Iya kamu tuh istri yang mau-mauan diajak sesat sama suaminya." Sambar Dina dari dalam kamar. Ia meluapkan kekesalannya pada menantunya.

"Yah, ketemupan deh gue." Cicit Nesya yang mengelus dadanya. Ia harus menyetok kesabarannya menghadapi ibu mertuanya yang sensi tingkat dewa kalau kalah debat dengan Ayah mertuanya.

"Maaf ya sayang sengaja." Cicit Gunawan sambil cengengesan.

Nesya mencubit perut buncit Gunawan yang sudah tak seperti roti sobek lagi semenjak menikah dengannya, karena Gunawan sudah tak ada waktu untuk berolahraga selain berolahraga di atas ranjang.

"Au sakit Ayang," rintih Gunawan dengan suara manjanya. Nesya yang amat sangat bucin dengan Gunawan langsung saja mengelus perut sang suami yang habis ia cubit.

"Yang ini juga mau di elus-elus sama Ayang." Unjuk Gunawan pada juniornya. Urat malu Gunawan benar-benar sudah putus, bisa-bisanya dia bicara menjurus pada sang istri di depan semua orang.

"Terusin uwuk-uwuk di depan gue. Ya Allah. Gimana gue gak ngebet pengen kawin kalau liat beginian tiap hari." Pekik Jihan yang segera meninggalkan mereka semua.

Saat Jihan pergi, Gunawan dan Nesya pun bermain mata dengan Bagas. Bagas yang mengerti pun langsung mengangguk. Senyum bahagia pun terbit di wajah pasangan pasutri itu.

Terpopuler

Comments

Ra2_Zel

Ra2_Zel

nanti anaknya mirip loh😅

2023-06-28

0

mama Al

mama Al

sekarang musuh bentar lagi jadi cinta

2023-06-28

0

Cerita Aveeii

Cerita Aveeii

pingin di slepet mulutnya nih

2023-06-27

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!