Zahra terdiam dia tidak langsung menjawab pertanyaan Dira, itu yang membuat Dira makin marah sama Zahra. Dia sangat membenci Zahra sejak SMP mereka satu sekolah dari dulu Zahra selalu menyaingi Dira dia tidak mau kalah. Dia juga sangat benci karena sejak SMP cowok yang dia suka selalu naksir kepada Adira. Zahra iri kepada Adira karena dia tidak bisa seperti Adira yang dengan enaknya menerima cowok-cowok keren tanpa bersusah payah mendapatkan nya.
Malah cowok-cowok itu yang mengejar-ngejar Adira, dari situ Zahra benci sama Adira karena sejak dulu cowok yang dia suka malah naksir sama Adira.
“Gue enggak suka liat loe tadi deket-deket sama El.”
Adira tertawa terbahak-bahak mendengar jawaban Zahra. Dia sangat kaget mendengar jawaban Zahra, tidak menyangka kalau Zahra menyukai Elfaro cowok busuk itu.
“Oh jadi loe suka sama El,” Adira tak henti ketawa.
“Masalah sama loe? Gada urusanya juga sama loe.”
“Sok kalo loe suka cowok busuk itu silahkan gue enggak tertarik sama sekali sama dia,” menaikkan dagu Zahra. “Silahkan ambil cowok busuk itu, bye cupu semoga sukses ya,” ucapnya sambil jalan keluar kelas menuju kantin.
Sepanjang perjalanan ke kantin Adira tidak henti-hentinya ketawa ini sangat lucu menurut dia, Ica dan Aliya juga tertawa terbahak-bahak tidak menyangka si cupu Zahra suka sama cowok busuk dan sok keren itu.
...****************...
Jakarta masih terang dan gemerlap walau waktu sudah menunjukkan pukul satu malam. El sedang duduk di balkon kamarnya tiba-tiba handphone nya menerima pesan dari Brandan, dia menyuruh El datang ke salah satu club malam di jakarta. Tanpa berfikir panjang El pun datang ke clubbing itu. Di sana tidak hanya ada Brandan tetapi ada Aldi juga mereka bilang bahwa Alfan akan datang juga.
Tidak lama kemudian Alfan datang bersama cewek dengan memakai dres hitam selutut dengan rambut di gerai. “Hai guys nih gue bawa Adira kesini.” Adira dan El pun saling menatap, Adira tidak tahu bahwa di clubbing ini ada Elfaro karena Alfan tidak memberitahu ada siapa saja di clubbing.
El menatap Dira dengan tatapan dingin tidak ada sautan dari El, dia hanya diam sambil menikmati minuman yang ada di situ. “El pasti loe udah kenal kan sama Adira.” cowok itu sambil merangkul bahu cewek yang ada di sebelahnya. Alfan memang sudah mengincar Adira dari lama, dia ingin sekali menjadikan Adira sebagai pacarnya, tetapi sepertinya Adira tidak memiliki perasaan apapun kepada Alfan.
Saat sedang asik mengobrol Adira izin untuk ke toilet sebentar. “Hemm gue ke toilet dulu ya,” sambil beranjak dari tempat duduknya. “Oke.” Alfan menggeser tubuhnya memberi ruang agar gadis itu bisa keluar.
“Sejak kapan loe deket sama Dira fan?” Setelah Dira menghilang dari hadapan mereka, Aldi bertanya.
Alfan tersenyum lebar “Dari dulu sih, gue penasaran sama dia, uda pula dia tajir dan royal. Kalian mau apa ambil aja, pasti dia mau bayar.”
Elfaro mendengus, dia memang berengsek, memanfaatkan perempuan apalagi menyangkut materi dan ketenaran, dia tidak sepenuh hati untuk menyukai wanita, dia hanya melihat dari materi apalagi bodynya.
El merasa bosan akhirnya dia beranjak dari kursinya mencari tempat yang sepi untuk menelfon Arini “Hai gue ganggu ga?”. “Hem iya El , eh maksudnya enggak kok El enggak ganggu,” jawab Arini grogi. El tertawa mendengar suara Arini, dia merasa bahwa jantung dia berdebar cepat saat telfonan dengan Arini.
“Hehehe biasa aja dong jawabnya jangan grogi gitu.”
“Hehehe iya El, oh iya makasih ya buat kiriman coklatnya tadi sore, kaget tiba-tiba ada kurir ngirimin coklat.”
“Iya sama-sama, udah di makan belum coklatnya? Gimana enak enggak?”
“Enak kok El.”
Elfaro sudah menyukai Arini sejak pandangan pertama saat di lapangan, pada saat itu mata El hanya tertuju kepada Arini, bagi dia Arini itu berbeda dengan cewek-cewek lain dia sangat manis dan tidak bosan untuk selalu di pandang.
Saat itu terdengar suara seorang cewek tertawa, saat El mencari sumber suara ternyata di situ ada Adira yang duduk di kursi tidak jauh dari tempat El berdiri. El melihat ke arah Adira yang sedang asik menertawakan dirinya.
“Iya udah, istirahat gih jangan malem-malem tidurnya besok kan harus sekolah juga”. El mematikan telfonnya dan berjalan menuju Adira.
“HAHAHAHA, gimana coklatnya enak ga? Uda di makan belum coklatnya” Adira tidak henti-hentinya menertawakan Elfaro dan meledek nya. “Sumpah gue enggak nyangka cowok kek loe bisa-bisanya tiba-tiba ngirimin coklat hahaha geli banget deh gue, baru juga kenal udah main kirim-kirim makanan aja”.
Lalu dia menatap El yang sedang melihat dirinya dengan tatapan yang sangat tajam. “Kenapa enggak suka gue ngomong gitu? Gak usah kegantengan deh loe.”
El mendengus. “Bagus deh lo akuin bahwa gue ganteng,” dia melipat tangannya di atas dadanya sambil menaik turunkan alisanya. “Makasih yah pujiannya.”
“Gue bilang sok ganteng budek, engga punya kuping ya loe.”
“Ini loe engga liat kuping gue nempel ada dua, loe kali yang engga punya mata mangkanya gabisa liat kuping gue.”
“Najis tau engga si loe nih sok ganteng dasar.” Adira pun langsung meninggal kan El tanpa basa-basi lalu pamit untuk pulang duluan. Alfan menawarkan Adira untuk di antar pulang tapi Adira menolak karena dia sudah menelfon supirnya agar menjemput dia.
...****************...
Pukul empat pagi, bagi anak lain itu adalah ancaman bagi mereka, sama saja mereka mencari mati dan mendengar ocehan kedua orang tuanya, tetapi tidak untuk Adira orang tuanya tidak peduli dia mau pulang pukul berapa. Ya sudah pasti orang tuanya tidak ada di rumah.
Namun, sesampainya di rumah Dira sangat di kejutkan dengan banyaknya mobil polisi dan kerumunan orang di depan rumahnya.
“Ada apa ini pak?”
“Saya juga tidak tahu non, pas saya pergi jemput belum ada polisi.”
Adira turun dari mobil, matanya tidak henti menatap ke arah rumahnya yang ramai. Sementara benaknya di penuhi berbagai dugaan. Gadis itu pun berjalan perlahan-lahan menuju rumahnya dengan wajah yang benar-benar kebingungan.
Ternyata banyak media dan wartawan yang meliput di dalam. Sebenarnya, kalau ada polisi datang itu hal wajar, ayahnya sering pergi ke luar kota dan di kawal oleh polisi sebagai pengamanan. Juga kalau ada media massa, baik dari majalah, tv, atau media online datang pun tidak heran, karena keluarga nya sering masuk berita. Adira melihat seorang reporter sedang membacakan berita.
“Selamat malam pemirsa, saya Fazri, sedang berada di BNN tepat di depan kediaman Bapak Rasyid Adriansyah, ketua DPRD yang baru saja di tangkap karena terlibat kasus narkoba, dalam operasi tangkap tangan. BNN telah mengamankan narkoba dengan jenis Cannabis sativa (ganja), di temukan di dalam tas berkain hitam.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
**✿𝕾𝖆𝖒𝖘𝖎✿**
wahhhh wis hancur reputasi ne
2023-05-16
2
**✿𝕾𝖆𝖒𝖘𝖎✿**
cwo busuk nanti jg kamu cinta Ra jangan terlalu benci ma orang ok
2023-05-16
2
yuni kazandozi
el ma adira kalau ketemu dah kaya tom n jeri ya,,banyak polisi dan wartawan dirumah dira kirain ada ortunya yang ninggal gitu,eeh alhamdulillah ga ada ninggal tapi ternyata penangkapan to
2023-05-15
2