BAB 2

Adira langsung berdiri, lalu berjalan menuju ke arah tempat Elfaro duduk beserta teman-temannya. “Kenapa ngeliatin gue segitunya? loe naksir sama gue?” katanya ketika sampai di dekat mereka to-the-point.

Elfaro menatap tidak peduli lalu melanjutkan tawanya.

“loe ngatawain gue?”

“Kalo iya kenapa? Masalah buat loe?”

“Gue enggak suka.”

“Ya sudah itu urusan loe, lagian enggak ada yang ngelarang buat ketawa.”

“Ya bodo amat gue tetep enggak suka.”

“Ketawa kan ibadah.”

“Ibadah apa yang bikin orang lain nggak suka? Gue enggak suka di ketawain, apanya yang lucu?”

Elfaro tetap ketawa sambil melirik teman-temannya tetapi teman-temannya langsung buang muka seolah-olah tidak peduli. 

“Gue tanya sama loe apa yang lucu?”

“Ya apalagi, loe sama temen-temen loe lah yang bikin gue ketawa.” 

“Dasar cowok aneh.”

“Loe liat kaus kaki loe pada warnanya samaan kayak gitu mana warna pink hahaha...”

“Suka-suka gue lah apa urusannya sama loe?”

Elfaro tidak menanggapi ucapan Adira dia masih tetap ketawa sambil memegang perutnya yang kesakitan karena tertawa terbahak-bahak.

Tiba-tiba Adira mengambil teh hangat yang sedang Brandan pegang, lalu menyiramkannya kepada Elfaro.

“Anjing,” El yang kaget langsung berdiri, tetapi Brandan dan Aldi menahan El. Baju cowok itu langsung basah kuyup. Suasana UKS langsung hening petugas UKS langsung masuk untuk melihat apa yang sudah terjadi.

Adira langsung tersenyum jahat seketika dia puas dengan perbuatannya, lalu dia mengibaskan tangannya yang terkena sedikit air di depan muka El. Cewek itu langsung keluar UKS dengan wajah tanpa dosa dan tidak menjelaskan apa-apa kepada petugas UKS. 

“Udah, biarin aja. Banci kalau loe lawan cewek, enggak sepadan bro,” Brandan menepuk pundak El supaya tenang. 

“Iya, kayaknya mereka cocok tuh di kasih nama geng iblis.” 

Sebenarnya Aldi sedang berusaha melucu agar suasananya tidak tegang, tetapi El tetap menatap Adira dengan tatapan dingin. Cowok itu diam, rahangnya mengeras, dan tangan kananya mengepal menahan emosi. Dia akan selalu mengingat kejadian hari ini. 

Akhirnya Alfan menjelaskan kejadian tadi kepada petugas UKS sedangkan El dan teman-temannya sudah keluar UKS untuk ke toilet membersihkan baju. Upacara penutupan juga sudah selesai siswa dan siswi boleh di persilahkan pulang dan kembali lagi besok, seluruh siswa sudah fix menjadi siswa kelas sepuluh.

“Sumpah nyeselin banget si cowok tadi apa coba yang lucu najis.”

“Udah Dir, biarin aja jangan benci benci amat sama orang nanti jodoh loe.” Aliya mencair kan suasana.

“Amit-amit.”

Elfaro dan teman-temannya masih di toilet membersihkan baju.

“Udahlah gue lepas aja bodo amat.”

“Nanti aja El pas di parkiran baru loe lepas bajunya, kalau di sini takut kena omel sama Osis.”

“Iyatu bener kata Aldi, loe jangan macem-macem dulu El ini kita batu kelar Ospek”.

El tidak mendengar kan ucapan teman-temannya, dia tetap membuka bajunya dan memakai kaos menuju parkiran. Di tengah perjalanan El berpas-pasan sama salah satu anggota Osis yang menatap El dengan muka ingin marah.

“Heh kamu kenapa pakai kaos di lingkungan sekolah?”

“Baju saya basah ka.”

“Tidak ada alasan, kan bisa di bukanya pas di luar lingkungan sekolah, mau jadi jagoan kamu di sekolah?”

Saat itu Alfan melihat El yang sedang di marahi langsung menghampiri El dan melerai masalah tersebut. El dan teman-temannya pun menunju parkiran untuk pulang, saat di parkiran mereka pas-pasan dengan Adira dkk. El menatap Adira dengan tatapan tajam seolah-olah ingin balas dendam. Tetapi Adira tidak takut untuk hal itu.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Sebuah teriakan terdengar di salah satu rumah yang terdapat seorang cewek sedang duduk tegak di atas tempat tidurnya. Bukan suara bibi jamu bukan juga suara bubur ayam, itu suara Adira yang terkejut melihat jam bekernya sudah menunjukkan waktu pukul tujuh pagi. Cewek ini langsung meloempat dari kasurnya dan langsung menuju kamar mandi untuk segara mandi.

“Kenapa gue nggak di bangunin sih?” teriaknya jengkel. Bi Inah asisten rumah tangga yang sudah bekerja di rumahnya sejak Adira masih bayi, datang tergesa-gesa masuk ke kamar Adira.

“Tadi saya sudah bangunin, tapi mbak Dira nggak bangun-bangun,” teriak bibi dari luar pintu kamat mandi.

“Masa? saya nggak merasa di bangunin tuh, bibi nggak serius kali bangunin gue!”

Masalahnya, Bi Inah pernah membangun kan Dira dengan mengguncangkan bahunya, alhasil Dira marah besar sepanjang pagi dia mengomel hingga membuat seisi rumah pusing mendengar ocehan dia. Jadi, sejak itu Bi Inah tidak pernah membangun kan Dira dengan mengguncangkan bahu nya, hanya membangun kan dengan panggilan. 

“Hari ini kan hari pertama sekolah masa gue udah telat aja. Baju seragam hari ini mana? buku-buku udah masuk semua kedalam tas? sepatu sama kaus kaki gue juga jangan lupa di siapin,” cerocos Dira dari dalam kamar mandi. Bi Inah langsung menyiapkan seragam, kaus kaki, sepatu dan memasukan buku-buku ke dalam tasnya.

Setelah selesai Dira langsung bergegas memakai seragam dan merapihkan rambutnya. Dira yang sekolah tapi satu rumah yang di buat pusing, dia memang di manja sejak kecil, tidak terbiasa melakukan apa pun sendirian, semua serba di siapkan oleh asisten. Bahka menyiapkan kaus kaki dan sepatu pun dia tidak mau melakukan nya sendiri. 

“Iya mbak semua sudah saya siapkan ya, saya siapkan sarapan dulu.”

“Iya udah sana buruan, gue sarapan roti aja sama susu biar makan di mobil.”

Bi Inah pun langsung bergegas menyiapkan sarapan dan membuat kan susu. Cewek itu keluar dari kamarnya yang berada di lantai dua, lalu langsung turun menuju meja makan. 

Adira langsung mengambil roti dan susunya untuk makan di mobil sambil jalan ke sekolah. Sebelum menuju mobil dia menanyakan orang tuanya dulu kepada Bi Inah.

“Papah sama mamah mana?” Pertanyaan nya retoris karena Adira tahu jawabannya. Dan tentu saja dalam setahun bisa di hitung jari, keduanya tidak ada di meja makan. Namun entah mengapa dia ingin saja sekedar menanya soal ini. 

“Ibu kan memang nggak pulang mbak, kalau Bapak sudah berangkat dari tadi subuh.” Itu jawaban yang selalu di ucapkan Bi Inah setiap pagi hari. Tiap kali dia bangun pasti ayahnya sudah berangkat kerja, terkadang juga tidak pulang karena harus lembur atau ada hal lain yang harus di lakukan sampai tidak punya waktu bertemu dengan keluarga.  Akhir -akhir ini memang kedua orang tuanya sangat sibuk dalam kerjaanya sampai tidak punya waktu buat Adira. Rumah bagi mereka hanyalah pilihan terakhir ketika memang sudah tak punya pilihan.

Keinginan Adira sangat sederhana dia hanya ingin punya banyak waktu dengan orang tuanya sekedar mengobrol, bertukar cerita, makan bersama. Sesuatu yang tidak pernah dia rasakan.

Terpopuler

Comments

**✿𝕾𝖆𝖒𝖘𝖎✿**

**✿𝕾𝖆𝖒𝖘𝖎✿**

hadewwww tuan putri banget ni apa" minta di layani

2023-05-15

3

🍭ͪ ͩ𝐀𝐧𝐠ᵇᵃˢᵉՇɧeeՐՏ🍻☪️¢ᖱ'D⃤

🍭ͪ ͩ𝐀𝐧𝐠ᵇᵃˢᵉՇɧeeՐՏ🍻☪️¢ᖱ'D⃤

jangan bilang benci karena itu bener² cintaaa itu sih kata sang pakar bercinta

2023-05-12

3

yuni kazandozi

yuni kazandozi

kalau orangtua sana sama sibuk kerja yang ada anak yang tak terurus,rata rata seperti dira ini yang ya dira,awal ketemu saling benci nanti saling jatuh cinta lhoo

2023-05-08

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!