BAB 4

“Maksud loe!”

Mana ada orang yang tidak mau hidup seberuntung Adira. Hidup Dira adalah kehidupan yang di impikan hampir seluruh remaja cewek. Memiliki paras yang cantik yang membuat dia di kagumi banyak cowok di sekolah juga di luar sekolah. Mereka tak hentinya menawarkannya antar jemput, membelikan cokelat, juga ajakan-ajakan hangout. Maka dari itu dia populer juga di media sosial sehingga memiliki jumlah followers yang begitu banyak hingga puluhan ribu. 

Menjadi orang kaya dapat membuatnya menjadi mudah mendapatkan apa yang dia inginkan. Kalau anak lain harus merengek dulu untuk membeli tas, sedangkan dia bisa semudah menjentikkan jari untuk membeli barang-barang bermerek, seperti tas, sepatu hingga jalan-jalan keluar negeri. Itu semua bisa dia dapatkan dengan mudah uang selalu mengalir dari kedua orang tuanya tugas dia hanya menghabiskan uang yang di berikan oleh kedua orang tuanya. Tetapi dia gunakan juga untuk bersedekah dan mentraktir teman-temannya.

“Maksud gue, kalau mereka itu loe kasian guenya doang, masa suka sama nenek sihir.” 

“Loe kenapa sih, kayaknya nggak suka amat sama gue!”

“Yakin cuman gue doang yang nggak suka sama loe? loe buka mata loe liat banyak cewek-cewek yang nggak suka sama loe dan genk loe yang bikin sakit mata” 

“Mereka nggak suka gue karena cowok-cowok yang mereka suka naksirnya sama gue,” jawab Dira dengan penuh percaya diri. “Mereka juga benci sama gue karena mereka nggak punya wajah secantik gue,” lanjutnya dengan dagu di angkat sedikit agar El melihat wajahnya.

Adira menjelaskan dengan panjang lebar, lengkap dengan ekspresi yang meyakinkan bahwa dirinya memang cantik hingga membuat El enek.

Cowok itu mencibir “Semua orang cantik asal punya uang.”

“Iya cantik memang harus pakai uang, bohong kalau ada yang bilang cantik cuman modal air wudhu. Udah pubertas, jerawat nggak bakal bisa hilang cuman karena air wudhu. Cewek pasti butuh perawatan. Dan maaf aja nih gue bukan tipe cewek yang merendah untuk meninggi. Walaupun gue percaya tidak ada yang namanya cewek jelek, yang ada cuman cewek yang tidak merawat diri. Makanya gue heran deh sama cewek yang bilang halah percuma cantik kalau tidak pintar terus gue paling enek sama cewek yang bilang halah percuma cantik tapi sasimo (Sana sini mao). Padahal itu cara mereka mengenali dirinya semua cewek pasti ingin berlomba-lomba menjadi cantik. Nyatanya kalau loe mau cantik yah butuh pengorbanan dong. Emangnya mutihin tubuh itu gampang? Susah kali. Mau putih? Yah harus pakai masker, lulur mana ada istilahnya ada cantik dari orok,” ujar Adira panjang lebar 

El malah menarik nafas panjang seolah-olah tidak peduli dengan ucapan Adira. “Cewek wajah cantik bakal kalah sama cewek yang punya otak dan hati!” Celetuk El

“Halah Bullshit, kata-katanya banyak yang kayak gitu, tapi nyatanya cowok memang mandang cewek dari fisiknya. Udah deh, gue muak sama cowok yang sok penganut don’t judge a book by the cover, tapi apa kalau lo liat buku yang sampulnya tidak menarik apa loe bakal mau baca buku itu dan tahu isinya? Engga kan. Apalagi kata itu di ucapin sama cowok yang nggak punya otak dan busuk kayak lo gini,” balasnya marah.

“Nggak punya otak? Hati busuk? Jangan asal ngomong loe! Nggak usah cari gara-gara kalau loe gamau punya masalah sama gue.” 

“Loe pikir gue takut sama loe.” Dira menjatuhkan sapunya.

El mengangkat alis kirinya dan ikut menjatuhkan sapunya, lalu dia perlahan berjalan mendekati gadis itu. 

Refleks Dira mundur sambil menelan ludahnya, hingga punggung nya menabrak tiang basket. Terjebak dan tidak bisa berlari ke mana-mana. Apalagi ada dua tangan yang memegang pundaknya hingga dia tidak bisa bergerak. 

Mata Dira bergerak ke depan, melihat ada sebuah tato di leher El. Cewek itu masih menebak-nebak apa yang akan di lakukan cowok busuk ini. Saking dekat jarak mereka berdua cewek itu sampai bisa mencium aroma rokok yang menguar dari tubuh El.

“Lepasin, mau loe apa sih!” Meski berusaha galak, Dira tetap terlihat gugup.

Bukannya menjawab El malah tersenyum senang, dia memajukan wajahnya hingga menipiskan jarak antara wajahnya dan wajah Adira. Gadis itu bisa merasakan hembusan nafas El di telinganya, seketika dia berbisik “Ternyata loe takut juga.”

Seketika tangan cowok itu mengelus kepala Dira seolah-olah seperti sedang memberi pujian kepada hewan peliharaan nya karena patuh menuruti perintah majikannya. “Berarti loe jangan mancing-mancing gue kalau loe enggak mau liat gue ngelakuin hal lebih dari ini.” 

“Gue nggak takut sama loe” Dengan pipi yang memerah tetapi tetap menatap mata El.

“Loe takut, kelihatan dari raut wajah loe yang katanya cantik ini.” Sambil mengangkat dagu Dira dengan tangan kananya. 

Dengan sekuat tenaga Dira mendorong tubuh El agar menjauh dari hadapannya. Cowok itu mundur ke belakang sambil berkata “Harusnya gue foto muka lo biar ada bahan di mading.” Dia tertawa keras. 

“Kurang ajar lihat aja lo pembalasan gue.” Adira menggeram jengkel, lalu pergi meninggalkan El.

“Gue tungguin, jangan sampe lupa ya. Heh ini lanjutin dulu nyapunya.”

“Lanjutin aja sendiri,” sambil berbalik arah menghadap El, lalu mengancungkan jari tengahnya sebelum akhirnya melanjutkan langkahnya untuk meninggalkan El.

El yang melihat itu tertawa terbahak-bahak sambil batuk-batuk. Dia sangat menikmati wajah kekalahan Dira yang sangat menghibur suasana hatinya di pagi hari ini.

Bel istirahat bunyi, murid-murid keluar sedangkan Dira baru saja di perbolehkan masuk setelah kelelahan di hukum oleh Bu Ida. Dia menemui kedua temannya, Ica dan Aliya. Tetapi pandangannya tertuju kepada Zahra yang dari tadi memperhatikan Dira. Kalau seandainya ada pertanyaan siapa yang paling benci sama Dira di sekolah ya benar jawabannya adalah Zahra. Dia sangat membenci Dira dan teman-temannya. Tidak ada asap kalau tidak ada api.

Adira juga sangat membenci Zahra pasalnya dia memang suka mencari gara-gara dengan Dira. Dia selalu memaksa bersaing dengan Adira. Dari segi otak boleh lah dia mengalah tapi dari segi materi dan penampilan tetap Adira lah pemenangnya. Karena dia sadar bahwa dirinya tidak sepintar Zahra yang selalu mendapatkan juara di kelas.

“Apa loe liat-liat gue sama temen-temen gue, iri loe?”

Zahra terlihat kaget karena Adira menyadari bahwa sedari tadi dia melihat Zahra menatapnya.

“Enggak gue bukan liatin loe kok, enggak usah keGRan deh loe.”

“Oh ya?”

Zahra tidak berkutik.

Adira memukul meja. “Jawab gue lagi ngomong sama loe bukan sama tembok.”

“Kalau iya kenapa emang, mata-mata gue urusannya sama loe apa?”

“Gue nggak suka ada yang liatin gue sama temen-temen gue, maksud loe apa liatin gue sama temen-temen gue.”

Terpopuler

Comments

yuni kazandozi

yuni kazandozi

dira kok banyak musuh ya

2023-05-12

2

yuni kazandozi

yuni kazandozi

duuuh enak ya kalau jadi anak orang kaya,pengen apa apa tinggal klik az ya langsung dapat,alhamdulillah biar dira anak orang kaya masih mau berbagi

2023-05-12

2

🍭ͪ ͩ𝐀𝐧𝐠ᵇᵃˢᵉՇɧeeՐՏ🍻☪️¢ᖱ'D⃤

🍭ͪ ͩ𝐀𝐧𝐠ᵇᵃˢᵉՇɧeeՐՏ🍻☪️¢ᖱ'D⃤

kenapa zahra benci pada dira

2023-05-12

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!