Aleea memilih untuk merebahkan badannya di atas ranjang setelah ia selesai berkeliling rumah.
Karena merasa lelah, tanpa sadar Aleeapun tertidur.
Di sisi lain, Evan baru saja sampai di rumah tempat tinggal Nathan. Ia segera membawa langkahnya keluar dari mobil dan berjalan mengikuti Nathan untuk masuk ke dalam rumah.
"Apa kau serius dengan apa yang akan kau lakukan Nathan?" tanya Evan pada Nathan.
"Tentu saja aku serius," jawab Nathan tanpa ragu.
"Tapi kenapa harus gadis itu? bukankah kau bisa memilih perempuan di manapun dan siapapun yang kau inginkan untuk menjadi istrimu?" tanya Evan.
"Aku sama sekali tidak memikirkan tentang hal itu Evan dan kenapa aku memilih Aleea karena seperti yang sudah aku katakan padamu, dia kehilangan ingatannya secara permanen jadi akan dengan mudah jika aku memanfaatkannya," jawab Nathan menjelaskan.
"Kau benar-benar di luar nalar Nathan, kau mempersiapkan begitu banyak hal hanya untuk mendukung kebohonganmu!" ucap Evan dengan menggelengkan kepalanya pelan melihat sikap sahabatnya itu.
"Aku harus melakukannya dengan teliti agar tidak ada celah bagi Aleea untuk bisa mengingat masa lalunya," balas Nathan.
"Bagaimana jika suatu hari nanti dia meminta berpisah denganmu?" tanya Evan memikirkan kemungkinan yang terjadi.
"Itu tugasmu untuk membuat surat kesepakatan palsu," jawab Nathan dengan santai.
"Surat kesepakatan palsu?" tanya Evan mengulang ucapan Nathan.
"Iya, surat kesepakatan palsu, aku akan membuat surat kesepakatan yang akan aku tanda tangani dan tentu saja Aleea juga akan menandatanganinya tanpa dia sadar," balas Nathan.
"Memangnya apa isi dari surat kesepakatan itu?" tanya Evan tak mengerti.
"Pada intinya hanya aku yang bisa mengakhiri pernikahanku dengan Aleea, jadi Aleea tidak bisa mengakhiri pernikahannya denganku jika bukan aku yang mengakhirinya," jawab Nathan dengan tersenyum tipis.
"Waaahh kau benar-benar sangat jahat Nathan," ucap Evan yang tidak percaya jika Nathan akan melakukan hal sejauh itu hanya untuk memanfaatkan Aleea.
"Aku tidak sejahat itu Evan, aku akan tetap bersikap baik padanya dan memberikan semua yang dia inginkan, dengan begitu dia pasti akan merasa nyaman meskipun dia tidak bisa mengingat tentang apapun di masa lalunya," balas Nathan.
"Tapi kau sudah merampas kehidupannya Nathan, kau memberikan kehidupan palsu padanya," ucap Evan.
"Setidaknya aku sudah bertanggung jawab dengan memberikan perawatan yang terbaik saat dia kritis di rumah sakit, anggap saja apa yang dia lakukan sekarang sebagai bentuk terima kasihnya karena aku sudah memberikan perawatan yang terbaik untuknya."
"Baiklah jika ini sudah benar-benar menjadi keputusanmu, aku tahu kau pasti melakukan segala sesuatu dengan teliti, jadi aku hanya bisa berdoa semoga tidak akan ada masalah dengan hal gila yang kau lakukan ini," ucap Evan.
"Sebagai sahabatku kau harus mendukung dan membantuku Evan," balas Nathan sambil merangkul bahu Evan.
"Aku memang selalu menjadi tumbal dari semua kegilaanmu," ucap Evan dengan menghela nafasnya diikuti tawa oleh Nathan.
**
Waktu berlalu, jam sudah menunjukkan pukul 07.00 malam saat Nathan tengah sibuk dengan pekerjaannya di ruang kerja.
Biiiiippp biiiipp biiiiippp
Ponsel Nathan berdering, sebuah panggilan masuk dari Aleea. Nathan yang sedang fokus dengan pekerjaannya memilih untuk mengabaikan panggilan itu, namun tak lama kemudian sebuah pesan masuk.
"Apa kau sedang sibuk Nathan? ada banyak hal yang ingin aku tanyakan padamu, aku benar-benar merasa bingung sampai kepalaku pusing!"
Nathan menghela nafasnya kasar setelah ia membaca pesan masuk dari Aleea, ia kemudian memutuskan untuk menghubungi Aleea karena tidak ingin Aleea terlalu banyak berpikir tentang kehidupan yang sudah dilupakan olehnya.
"Halo sayang, maaf aku tidak melihat panggilan darimu, aku sedang mengerjakan beberapa pekerjaan kantor di rumah," ucap Nathan setelah Aleea menerima panggilannya
"Kalau begitu selesaikan dulu pekerjaanmu, aku tidak akan mengganggu," balas Aleea.
"Kau tidak menggangguku, sekarang katakan padaku apa yang ingin kau tanyakan padaku," ucap Nathan.
"Sebenarnya akan lebih mudah jika kita bertemu, apa mungkin aku saja yang ke rumahmu?" ucap Aleea sekaligus bertanya.
"Baiklah, kau bisa kesini jika kau mau, aku akan meminta sopir untuk menjemputmu!" balas Nathan.
Setelah panggilan berakhir, Nathan kemudian meminta sopir yang ada di rumahnya untuk menjemput Aleea.
Sedangkan Nathan masih melanjutkan untuk menyelesaikan pekerjaannya. Setelah beberapa lama berkutat dengan pekerjaannya, Nathan mendengar suara ketukan pintu dari depan ruang kerjanya.
Nathan menghela nafasnya malas lalu beranjak dari duduknya kemudian membuka pintu ruang kerjanya dengan tersenyum, menyambut kedatangan Aleea dengan memeluknya.
Aleeapun hanya diam dalam pelukan singkat Nathan tanpa menolak ataupun meronta karena yang ia tahu ia dan Nathan memang sepasang kekasih yang akan segera menikah.
"Sekarang katakan padaku apa yang ingin kau tanyakan padaku," ucap Nathan saat mereka berdua sudah duduk di ruang tengah.
"Aku akan menanyakan banyak hal padamu Nathan, kau jangan marah karena aku sangat bingung dengan kehidupanku sekarang," balas Aleea sebelum ia menanyakan banyak pertanyaan pada Nathan.
"Tanyakan saja semuanya, aku akan menjawabnya dengan jujur," ucap Nathan.
"Tentang rumah yang sekarang aku tempati, rumah itu cukup besar untuk aku tempati sendiri, apalagi ada satpam yang berjaga disana, sebenarnya apa pekerjaanku? sepertinya aku punya cukup banyak uang untuk memiliki rumah itu!"
Nathan tersenyum lalu membawa kepala Aleea agar bersandar di bahunya.
"Itu adalah rumah yang aku berikan padamu Aleea, aku memintamu untuk meninggalkan pekerjaan lamamu karena lingkungan pekerjaanmu sangat tidak sehat saat itu," jawab Nathan.
"Memangnya dulu dimana aku bekerja?" tanya Aleea.
"Aku tidak akan memberitahumu dimana kau dulu bekerja, aku tidak ingin kau merasakan trauma seperti yang dulu pernah kau rasakan karena pengaruh buruk dari lingkungan kerjamu, jadi lebih baik lupakan saja," jawab Nathan beralasan.
"Jadi selama ini aku hidup dengan hanya bergantung padamu?" tanya Aleea yang dibalas anggukan kepala oleh Nathan.
"Astaga, ternyata aku adalah perempuan yang sangat tidak berguna!" ucap Aleea dengan menghela nafasnya panjang sambil mengangkat kepalanya dari bahu Nathan.
"Jangan berkata seperti itu, kau adalah perempuan yang sangat berarti untukku jadi tetaplah bersamaku dan jangan pernah meninggalkanku, oke?"
Aleea yang menganggukkan kepalanya dengan tersenyum lalu mendekatkan dirinya pada Nathan dan memeluk Nathan begitu saja.
Mendapat pelukan yang tiba-tiba dari Aleea, Nathan hanya terdiam membeku karena terkejut dengan apa yang Aleea lakukan padanya.
Entah kenapa Nathan menjadi gugup saat itu, namun ia berusaha untuk menyembunyikan kegugupannya karena tidak ingin membuat Aleea mencurigainya.
"Lebih baik malam ini menginap saja disini, aku akan meminta bibi menyiapkan kamar untukmu," ucap Nathan sambil melepaskan dirinya dari pelukan Aleea lalu beranjak dari duduknya untuk mencari keberadaan bibi.
"Dia tidak sepolos yang aku pikirkan," ucap Nathan dalam hati sambil mengusap dadanya, berusaha menghilangkan kegugupannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 126 Episodes
Comments
Mawar Melati
Kalo udh gugup siap2 jtuh cinta aja
2023-05-23
0
Miftahul Husna
Nathan egois
2023-05-06
0
Ari Ana
tnggu aja smpek Nathan bnran suka sma Aleea
2023-05-06
0