BAB 3

Sepulangnya dari rumah sakit, Bian menyempatkan diri mengunjungi kostan Fahri. Bian di buat terkejut ketika mendapatkan informasi jika Fahri sudah tidak lagi kost di tempat tersebut, dan orang-orang yang tinggal di kost tersebut serta sang pemilik kost pun tak mengetahui keberadaan Fahri.

Tak ingin berpikiran buruk terhadap temannya, Bian pun mencoba menghubungi Fahri. Pada panggilan pertamanya, Fahri memutuskan panggilan masuk dari Bian. Bian menghubungin Fahri kembali, namun di panggilannya yang kedua ini nomor telepon Fahri sudah tidak dapat di hubungi.

'Ada yang tidak beres dengannya,' gumam Bian, ia masih mencoba menapikan kemungkinan Fahri membawa uang kas genknya, sebab ia mengenal Fahri sudah cukup lama dan Fahri merupakan orang yang bertanggung jawab.

"Nanti malam kita kumpul di rumah sakit, ada hal penting yang pengen gue bahas," ucap Bian kepada Rangga lewat sambungan teleponnya, ia sengaja mengumpulkan pengurus genk di rumah sakit tempat Raka di rawat, sebab ia belum merasa yakin dan tak ingin mengambil resiko jika berkumpul di markas, kalau-kalau kawanan genk motor yang kemarin menyerang kembali.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

"Jadi kalian semua enggak ada yang tahu Fahri pindah kostan?" Bian memandangi temannya satu-persatu. Mereka kompak menggeleng, sembari memasang wajah bingungnya.

Di antara mereka pun tak ada satu pun bisa menghubungi Fahri. Fahri sudah benar-benar mematikan sambungan teleponnya. "Temen gue satu kantor sama Fahri, gue coba hubungin temen gue dulu, siapa tau dia tahu keberadaan Fahri," ucap Indra.

Bian dan yang lainnya mengangguk, mereka semua diam menunggu kabar dari Indra. Beberapa menit kemudian Indra mengatakan. "Kata temen gue, Fahri sudah resign dari kantor," Indra memberikan informasi yang ia dapatkan dari temannya.

"Brengsek, dia pasti bawa pergi uang kas kita," gumam Rangga, ia mengepalkan tangannya menahan emosi yang memuncak. "Kalau tidak ngambil uang itu, dia tidak akan mungkin diam-diam pergi dari Jakarta dan matiin handphonenya."

"Loe benar, kalau tidak ada apa-apa dia enggak mungkin reject telepon dari gue," sambung Bian. "Selama ini gue enggak pernah ngecek, karena gue percaya penuh sama dia, tapi ternyata di khianatin kepercayaan kita."

"Apa perlu kita cari dia ke rumah orangtuanya di Jogja?" tanya Raka. "Sebab kalaupun dia enggak ada di Jogja minimal orangtuanya tahu itu orang ada di mana, kalau perlu kita seret orangtuanya ke ranah hukum untuk pancingan agar Fahri mempertanggung jawabkan perbuatannya."

Bian berpikir sejenak, kedengarannya memang agak sedikit kejam, tapi ia juga butuh kejalasan karena ini menyangkut uang bersama dan jumlahnya pun tidak sedikit, ada sekitar dua ratus lima puluh juta uang kas yang berada di tangan Fahri. "Rangga, Indra, kalian berdua ikut gue ke Jogja malam ini juga!!" perintah Bian.

"Sorry, Bi. Bukan bermaksud enggak solidaritas, tapi besok gue ada meeting untuk promosi jabatan," tolak Indra secara halus. "Loe tahu kan sudah lima tahun gue kerja di tempat itu tapi gaji dan jabatan gue di situ-situ aja? Sekarang gue di kasih kesempatan untuk naik jabatan dan memperbaiki nasib gue, Bi."

Bian mengangguk, mengerti. Komunitas ini hanyalah hobby, kegiatan lainnya seperti karir tetaplah yang utama, itulah yang selalu Bian tanamkan kepada semua anggotanya.

"Ya sudah, gue berdua saja sama Rangga," ia menoleh ke arah Rangga, yang rupanya juga tidak dapat menemani Bian ke Jogja. "Sorry, Bi. Kayanyanya gue juga enggak bisa deh, loe kan tahu dua minggu yang lalu bini gue baru lahiran, kalau sampe dia tahu gue ke luar kota bisa ngamuk. Ini aja dia udah neleponin mulu nyuruh balik, bantuin dia jaga anak. Bagaimana kalau ajak angota saja?" Rangga mencoba memberikan gagasan lainnya.

Bian menggeleng, dengan tegas ia langsung menolaknya. "Untuk sementara ini anggota jangan sampai ada yang tahu!!" ucapnya dengan tegas. "Kalau mereka ada yang sampai tahu permasalahan kas ini, reputasi kita sebagai pengurus bisa turun, kita bisa tidak di percaya lagi. Lagi pula ini juga belum jelas akar permasalahannya, bisa jadi Fahri hanya pergi sebentar, masih banyak kemungkinan yang terjadi. Pokoknya jangan sampai anggota ada yang tahu dulu, mengerti!!"

"Terus loe sama siapa?"

"Gue akan ke Jogja sendirian!!" ucap Bian dengan penuh keyakinan, sebagai seorang ketua, ia memiliki tanggung jawab untuk menyelesaikan masalah ini, dengan atau tanpa pengurus lainnya.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Bian meraih ransel di lemari tasnya, kemudian ia mengambil beberapa kaus dan celana, lalu memasukannya ke ransel. Entah mengapa ia memiliki firasat jika ia akan tinggal beberapa hari di Jogja, terlepas dari masalah Fahri, ia berharap bisa sedikit menepi dari ibu kota dan menikmati keindahan Jogja.

Selesai memasukan semua barang-barang pribadinya, ia menutup resleting tasnya, dan menggendongnya di punggung. Ia akan pergi malam ini juga, dengan menggunakan motor Triumph Bonneville kesayangannya.

Bagi orang seperti Bian yang terbiasa touring, ia tak butuh waktu lama untuk berkemas. Sebelum keluar dari kamarnya Bian mengenakan jaket Respiro Theta R1 berwana biru tua, jaket yang mampu menahan embusan angin agar tidak masuk ke dalam tubuh. Serta sepatu Mid-calf boots berwarna hitam, sepatu ini menutup hampir setengah betisnya. Meski agak sedikit ribet dalam penggunaannya, namun dengan menggunakan sepatu ini, ia bisa mendapatkan perlindungan yang lebih maksimal terlebih ia harus menempuh perjalanan jarak jauh.

Setelah Bian merasa semua persiapannya cukup, ia membuka pintu kamar dan siap memulai perjalanannya menuju kota pelajar, Yogjakarta. Baru saja Bian membuka pintu kamar, tiba-tiba saja Caroline yang sedari tadi sudah menunggu Bian di depan kamar, berhambur memeluk Bian. "Bi, aku mohon maafkan aku hiks..." ia menangis di dekapan tubuh Bian. "Maafkan atas kehilafanku. Aku tahu, aku sudah melakukan kesalahan yang fatal, tapi aku mohon satu kali kesempatan lagi. Yang kemarin aku benar-benar khilaf, Bi. Aku datang ke acara ulang tahun temanku, dan aku mabuk di sana. Pria itu mengantarku pulang ke apartemen dan mengambil kesempatan di saat aku mabuk. Aku berani bersumpah, awalnya aku mengira pria itu adalah dirimu, aku benar-benar tidak sepenuhnya sadar, Bi. Aku mohon jangan tinggalkan aku, putus dari membuatku rasanya hampir mati. Maafkan aku sayang huhu..."

Air mata Caroline mengalir deras di wajahnya. Bian tidak pernah bisa melihat Caroline menangis, setiap kali melihat wanita itu bersedih, rasanya ia ingin melakukan apa pun agar wanita itu tersenyum kembali. Bian mengelus punggung Caroline dengan lembut, dan mencium puncak kepalanya. "Aku mau ke Jogja, kita bicarakan masalah ini setelah aku pulang dari Jogja ya," ucap Bian, tak bisa ia pungkiri meski wanita itu telah merobek hatinya, namun terkadang ia masih merindukan wanita itu.

Caroline mendongak dari pelukan Bian. "Jogja? Berapa lama? Mau apa kau ke sana?"

Bian menyingkirkan helaian-helaian rambut yang menutup wajah Caroline dan merangkum wajah wanita itu dengan mesra. "Bendahara genk motorku, membawa kabur uang kas kami, jadi aku garus menyusulnya ke Jogja. Mungkin empat sampai lima hari aku sudah kembali lagi ke Jakarta."

Bian mendaratkan ciuman perpisahannya di bibir Caroline, kemudian ia melepaskan pelukan Caroline dan pergi. Meski sedikit kecewa karena Bian harus pergi ke Jogja, namun Caroline sedikit lega karena setidaknya Bian masih mau menciumnya. "Aku pasti akan menunggumu, sayang." ia mengantar Bian sampai ke teras, barulah ia kembali pulang ke apartementnya. 'Sepertinya cicilan mobil dan apartementku akan kembali aman,' batin Caroline sebelum meninggalkan kediaman Bian.

Terpopuler

Comments

yuni kazandozi

yuni kazandozi

iiiih ngapain juga bian nyium nyium Caroline,bikin Caroline besar kepala az,perlakuan bian ini bikin Caroline ngharapin bian kembali pasti

2023-05-22

2

🍭ͪ ͩ𝐀𝐧𝐠ᵇᵃˢᵉՇɧeeՐՏ🍻☪️¢ᖱ'D⃤

🍭ͪ ͩ𝐀𝐧𝐠ᵇᵃˢᵉՇɧeeՐՏ🍻☪️¢ᖱ'D⃤

pastinyaa satu berjalan akan putus dong makanyaa hampir mati

2023-05-13

2

ρuʝi ¢ᖱ'D⃤ ̐ OFF 🤍

ρuʝi ¢ᖱ'D⃤ ̐ OFF 🤍

hmmm kok masih mau cium Caroline sih🤧🤧

2023-05-07

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!