...ROAD TO JOGJA...
Sebetulnya Bian bisa saja mengganti uang dua ratus lima puluh juta yang Fahri bawa kabur dan mencopot Fahri dari keanggotaan The Moge, dari pada harus repot-repot menempuh 530 Km yang memakan waktu lebih dari 10 jam berkendara. Namun sebagai ketua genk The Moge, Bian punya tanggung jawab menjaga kepercayaan anggotanya, selain itu ini merupakan kesempatan bagi dirinya untuk menepi dari padatnya pekerjaannya dan juga waktunya bagi Bian untuk memikirkan ulang soal hubungannya bersama Caroline.
Ada sebagian dari dirinya yang masih ingin bersama wanita itu, namun sebagian lagi tak ingin lagi dengan Caroline, rasanya sudah hambar, bahkan ia merasa jijik saat mengingat Caroline tidur dengan pria itu. Entahlah, semoga perjalanan ini memberinya jawaban.
Jika biasanya Bian bersama teman-temannya touring ke Jogja, lewat jalur utara, namun di single touringnya kali ini ia memilih jalur selatan, Bian penasaran dengan pemandangan indah jalur selatan.
Bian mengambil rute dari Wanaherang jalan Cikuda menuju Setu Bekasi, kemudian selanjutnya tembus di Cibitung, Karawang, lalu Bian memotong jalan lewat Jalan Industri Kosambi yang tembusnya langsung masuk jantung kota Purwakarta.
Bian mampu memangkas waktu banyak karena tidak lewat Cikampek hingga Sadang yang biasanya padat. Saat melewati jalan bypass lingkar luar Karawang, angin kencang dari hamparan persawahan yang menerpa tubuh Bian, membuat hatinya damai, ia sama sekali tak menyesali perjalanan ini.
Sampai di Tasik, Bian sempat berhenti sekitar setengah jam untuk mengisi perut dan merokok. Duduk di punggir jalan, sembari menikmati secangkir kopi hitan dan sebatang rokok, serta mengobrol ringan dengan sesama pengguna jalan merupakan hal ternyaman yang pernah ia rasakan. Bian merasa lepas mengobrol dengan orang-orang yang tak mengenal dirinya, berbeda halnya dengan Jakarta, ia begitu di hormati karena kedudukannya, sampai-sampai ia tak tahu mana orang-orang yang benar-benar tulus padanya.
Ritme kecepatan riding Bian tergolong santai di range 80-100 kpj, ia begitu menikmati perjalanannya, hingga tak terasa Bian sudah berada perbatasan Banjar-Jawa Tengah. Ia terkejut karena awalnya ia mengira perjalanan kali ini akan membosankan, namun ternyata tidak sama sekali.
Perjalanan lanjut menuju Kebasen, hujan turun dengan intensitas sedang hingga deras dan jalur yang dilewati masih menyisakan perbukitan. Disinilah Bian mulai agak mendapatkan pressure, walau jalanan aspal cenderung bagus namun ketika mendapat hujan di tengah lintasan perbukitan yang sepi, penerangan lampu kendaraannya seolah gak berdaya menembus air hujan.
Akhirnya Bian pun menurunkan kecepatan kendaraannya di range 40-50kpj untuk antisipasi kondisi jalan ditengah hujan yang mengganggu pandangan. Disinilah mata Bian di tuntut untuk bekerja lebih keras.
Namun sejauh ini perjalanan masih tergolong lancar, dikala hujan dan gelap, Bian menghadapi medan tikungan, ia sama sekali tidak menemui gejala slip di roda belakang, padahal jalannya tergolong tricky karena basah.
Selepas dari Kebasen dan jalanan mulai rata, kekhawatiran saat dijalur perbukitan yang sepi tadi, kini mulai terasa nyaman kembali. Hingga akhirnya sampai di Kebumen. Ada dua pilihan jalur yang sempat membuat Bian bingung, antara mau pilih jalur Daendels atau jalur utama kota Kebumen. Bayangan Bian, kalau malam-malam seperti ini lewat Daendels angin lautnya akan lebih kuat hantamannya, tapi ia tetap mengambil resiko itu dengan lewat Daendels.
Terpaan angin laut yang menerpa tubuhnya seakan membuatnya terbang melayang bersama angannya, yang suatu saat bisa touring bersama pasangannya. Sayangnya Caroline tak suka naik motor, apa lagi menemani Bian touring.
Tak terasa jarak tempuh Bian sudah mencapai 538kpj, ia pun sudah tiba di Jogja. Hal bodoh yang ia baru sadari ketika tiba di Jogja adalah lupa untuk menservice kendaraannya sebelum berangkat, alhasil ketika ia sampai di dekat pasar Beringharjo, motor yang di kendarai Bian mengalami masalah, sehingga mau tak mau Bian membawanya ke bengkel.
Sembari menunggu motornya di perbaiki, ia sempat melihat-lihat motor yang juga sedang di perbaiki di bengkel tersebut, tatapannya tertuju pada motor antik tahun 90an yang sepat di miliki almarhum kakekanya dulu, namun sayangnya sudah di jual oleh orangtuanya. "Unik juga motornya," gumam Bian, ia mengalihkan pandangannya ke arah handphone yang ia rogoh dari tasnya.
Ada ratusan chat masuk ke handphonenya, mulai dari pengurus genk The Moge yang menanyakan kondisi dan keberadaannya, lalu sekretarisnya yang menayakan soal pekerjaan, hingga Caroline yang terluhat khawatir karena ia belum juga memberikan kabar. Aku sudah sampai di Jogja, aku baik-baik saja. Balas Bian dengan singkat, kemudian ia menghubungi Widya, sekretarisnya untuk membahas beberapa pekerjaan yang harus segera wanita itu selesaikan hari ini juga.
"Saya tunggu laporannya sore ini juga," ucap Bian mengakhiri panggilannya.
Di saat ia mengakhiri panggilannya dengan Widya, di saat itu pula motornya selesai. Bian langsung menjajal motornya, dan memastikan tidak ada lagi masalah dengan motornya.
Saat Bian tengah menjajal motornya, dari kejauhan ia memperhatikan seorang gadis cantik berkerudung putih berjalan ke arah bengkel. Bian tak hentinya menatap wajah yang seketika meneduhkan hatinya, dan tanpa ia sadari membuatnya tersnyum. Namun senyum itu sekejap berubah menjadi rasa cemas, saat melihat gadis itu jatuh terserempet motor.
Bian langsung berlari menolong sang gadis, ia menunduk dan mengulurkan tangannya untuk menolong sang gadis. "Kamu tidak apa-apa?" tanyanya dengan cemas.
Sang gadis tersenyum, tanpa menjabat tangan Bian, ia berusaha bangkit sendiri. "Ya aku baik-baik sa..." rupanya kaki sang gadis keseleo singga tak mampu untuk berdiri tegap, dengan sigap Bian menangkap tubuh sang gadis yang hampir saja kembali terjatuh.
Untuk beberapa saat mata mereka bertemu dan saling tatap, hingga akhirnya sang gadis buru-buru mengalihkan pandangannya dan berkata. "Boleh tolong lepasin aku?" tatapannya tertuju pada tangan Bian yang melingkar di pinggangnya.
"Oke, tapi kamu hati-hati," ucap Bian, ia memberikan tangan kirinya sebagai pegangan wanita itu berjalan, sementara tangan yang lainnya, mengambil barang-barang belanjaan sang wanita yang ikut terjatuh.
Tak hanya Bian yang menolong gadis itu, beberapa orang pun turut membatu membawakan barang belanjaan sang gadis yang menurutnya terlampau banyak jika hanya di bawa seorang diri.
"Kamu mau ke mana?" tanya Bian sembari menuntun sang gadis ke tepi jalan.
"Aku mau ke bengkel," tunjuk sang gadis pada bengkel yang juga tempat Bian memperbaiki motornya.
"Motormu rusak juga?"
Gadis itu menggeleng. "Iya. tapi bukan motorku. Motor almarhum bapak," jawabnya. "Tadi pagi mogok tapi untungnya sudah sampe pasar, jadi aku tinggal berbelanja."
Bian terkejut, ketika mengetahui motor antik tersebut milik gadis itu. "Ini motormu?" tanya Bian memastikan.
Gadis itu mengangguk. "Motor almarhum bapakku."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Suyatno Galih
kebumen hadir via palembang
2023-11-11
0
bunda DF 💞
purwakarta,, kampung halaman akuuu
2023-06-05
2
yuni kazandozi
bian saking semangatnya naik motor,jadi ga pokus jalan yang dilewati,tau tau dah sampai az di jogja,eeeeh lansung jumpa bidadari deh,semoga jodohnya bian inih gadis ya,dan bian jangan kembali ke Caroline lagi
2023-05-22
2