Bab 3

Diana masih terus berjalan di tepi jalanan yang ramai itu. Air matanya sudah kering, dia hanya terus melangkah tanpa tahu kemana arah dan tujuannya. Rasanya dia tidak ingin kembali ke rumah karena tak ingin lagi melihat suaminya yang begitu kejam padanya itu.

Sementara itu anak buah Andre yang di tugaskan untuk mengantar Diana, pergi melapor kepada Andre karena Diana sama sekali tidak mau masuk ke dalam mobil Andre. Dan di antarkan pulang.

Andre yang terkejut saat keluar dari dalam kamar mandi, namun sudah tak mendapati Diana di kamar itu juga langsung keluar.

Saat Andre keluar dari ruangannya, anak buah Andre berpapasan dengannya.

"Bos, nona itu tidak mau masuk ke dalam mobil. Dia terus berjalan ke arah jalanan ramai!" laporan anak buah Andre padanya.

"Kenapa tidak di ikuti, bodohh!" pekik Andre.

"Maaf bos!" sahut anak buah Andre itu sambil menundukkan kepalanya.

Andre lantas tergesa-gesa keluar dari klub malam sekaligus kasino miliknya itu dan bergegas mencari keberadaan Diana. Dia tahu wanita yang pernah menjadi tetangganya saat mereka masih SMA itu sedang tidak baik-baik saja.

Benar saja, Diana sudah berada di dekat jalur perlintasan kereta api saat ini. Langkahnya yang membawanya ke tempat itu. Tatapan mata yang kosong itu membuat langkahnya perlahan tapi pasti semakin mendekat ke arah perlintasan kereta api. Diana sempat terjatuh, karena sepatu hak tinggi yang di pakainya tersangkut di bebatuan di pinggir rel kereta api. Tapi Diana tidak lagi memperdulikan hal itu, dia malah melepaskan kedua sepatunya dan berjalan tanpa alas kaki.

Langkahnya bahkan sudah sampai di tengah rel. Dia terus berjalan di tengah rel yang gelap dan sangat sepi. Hingga ada sebuah cahaya yang begitu terang menyilaukan dari arah depan. Suara klakson kereta api juga terdengar berbunyi sangat nyaring.

Diana tak bergeming, langkahnya terus maju semakin membuatnya silau dengan cahaya yang semakin besar mendekat ke arahnya itu. Suara klakson terus berbunyi, masinis di dalam kereta juga melihat keberadaan Diana di depan jalur kereta yang sedang dia kemudikan. Masinis juga berusaha untuk menarik tuas rem, namun ini kereta api, bukan mobil. Menarik tuasnya tak semudah menginjak pedal rem di dalam mobil. Klakson terus di bunyikan. Masinis dan asisten nya terkuat panik karena tuas rem tak kunjung sampai di batas bawah.

"Ya Tuhan, kenapa wanita itu terus berjalan, apa dia tuli. Apa dia buta juga?" tanya asisten masinis yang sudah panik.

Jarak antara kereta dan Diana sudah semakin dekat, Diana memejamkan matanya dan menghentikan langkahnya. Penyesalan di hatinya hanyalah, karena begitu percaya pada suaminya yang ternyata adalah seorang pria yang kejam.

'Ayah, ibu maafkan Diana. Diana belum bisa membalas kebaikan ayah dan ibu. Tapi jika Diana hidup, Diana juga hanya akan membuat malu ayah dan ibu. Maafkan Diana!' lirih Diana dalam hatinya.

Rummmmmbb

Brakkk

Diana merasakan tubuhnya sangat sakit, dia pikir dirinya sudah adu banteng dengan kereta api yang melintas di depannya.

"Bodohh! apa yang kamu lakukan?"

Sebuah suara seorang pria yang terdengar sangat kesal dan marah pada Diana membuat Diana lantas membuka matanya.

Jug jes jug jes jug jes rummmmmbb

Diana melihat kereta api melaju di sampingnya. Dan dia berada di atas bebatuan keras yang membuat seluruh tubuhnya sakit. Karena seorang pria sedang berada di atasnya dengan tatapan tajam pada Diana.

"Apa yang kamu pikirkan?" tanya pria itu.

Diana terdiam, dia tidak mengerti kenapa dia masih selamat. Dia tidak ingin selamat. Diana lantas mencoba mendorong pria yang ada di atasnya itu. Tapi sepertinya percuma. Pria itu terus memegang kedua lengan Diana dengan erat. Seperti tak mau melepaskannya.

Dan memang benar, Andre pria yang menolong Diana di saat yang tepat sebelum kereta api dengan lokomotif yang banyak itu menabrak Diana sedang memegangnya dengan erat. Setidaknya Andre akan melakukan itu sampai semua lokomotif kereta api yang entah kenapa sangat panjang itu lewat semua, melintas semua. Agar Diana tak nekat dengan menabrakkan dirinya ke gerbong kereta.

"Lepaskan aku! apa maumu? kamu menghamburkan aku, sekarang bahkan membiarkan aku mati pun tidak mau? apa mau mu?" tanya Diana yang sangat kesal.

Kali ini dia tidak menitihkan air matanya lagi, sepertinya air matanya sudah habis di klub malam tadi. Semenjak Rafli meninggalkannya dan menjadikannya pemuaas untuk Andre.

"Apa kamu bodohh? kenapa malah mau mati?" tanya Andre geram.

"Untuk apa lagi aku hidup, aku sudah tidak muka lagi. Kalian berdua menghancurkan hidupku!" pekik Diana.

"Dasar bodohh, aku sedang membantumu. Suamimu itu bahkan akan menjualmu pada gerrmo. Apa kamu tahu? suamimu itu sudah jatuh hati pada salah seorang pekerja malam di klub malam ku, anak buahku mendengar itu. Bagus anak buah ku menunjukkan fotomu yang dia dapat dari gerrmo itu. Kalau tidak kamu sudah berakhir di ranjang para hidung belang!"

Perkataan Andre seperti menaburkan garam di hati Diana yang sudah teriris dan tersayat-sayat oleh Rafli, suaminya sendiri.

"Apa katamu?" lirih Diana tak percaya dengan apa yang sudah dia dengar.

"Wanita itu mungkin sekarang berada di rumahmu, sementara kamu melunasi hutang suamimu. Suamimu itu bersenang-senang dengan wanita itu. Kamu bodohh kalau malah ingin mati di sini. Harusnya kamu pulang, dan bongkar kebusukan suamimu itu!" kata Andre membuat Diana berhenti memberontak.

Setelah semua gerbong melintas dan kereta itu sudah menjauh, Andre pun bangun dan melepaskan Diana. Setidaknya tidak akan ada selama dua jam ke depan. Jadi Andre melepaskan Diana.

Diana pun bangun dan memposisikan dirinya duduk. Tubuhnya terasa sangat sakit. Kakinya juga. Dia bahkan lupa, tasnya jatuh entah dimana di jalan tadi.

"Aku antar kamu ke rumah mu kalau kamu tidak percaya!" kata Andre.

Diana yang ingin memastikan perkataan Andre pun lantas berdiri dan mengikuti Andre. Sepanjang perjalanan, Diana hanya diam. Dia sudah tak bisa memikirkan apapun lagi, dia tidak tahu apa yang akan dia lakukan kalau perkataan Andre itu benar.

Beberapa lama kemudian, Diana sampai di depan rumahnya. Rumah yang begitu sederhana, hanya ada dua kamar di rumah itu, karena memang perumahan sederhana.

Tapi saat Diana akan membuka pintu rumahnya. Dia mendengar suara dari jendela kamar yang bersebelahan dengan pintu utama.

"Agkhhh mas, kamu nakal ya. Jangan main-main di situ terus, cepat masukkan saja! nanti keburu istrimu di antar pulang bos Andre!"

Deg

Jegerr

Jantung Diana seperti berhenti berdetak, dan telinganya seperti mendengar suara petir yang begitu keras membuat matanya berkunang-kunang sekilas.

Suara seorang wanita di dalam kamarnya. Di dalam kamar yang selama ini menjadi tempat paling istimewa dan privasi Diana dan Rafli, bagaimana bisa suaminya melakukan semua ini padanya.

***

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Silvi Vicka Carolina

Silvi Vicka Carolina

ini nulisnya mungkin seratus kali tulis hapus ...membayangkan gimna suara kereta api .....menghayati ....merasakan ...kadang yang ditulis ama yang di khayalkan berbeda ..../Drool/

2024-08-21

1

Dini Lestari

Dini Lestari

bentar lgi kmu dapat karma rafli

2024-02-06

0

Dini Lestari

Dini Lestari

ku pastikan kmu dapat karma rafli

2024-02-06

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!