Bab 5

Diana menangis sampai matanya bengkak, dia tak tahu apa yang harus dia lakukan selanjutnya. Kedua orang tuanya sangat percaya pada Rafli. Apa jadinya jika dia katakan semua yang di lakukan Rafli padanya kepada kedua orang tuanya.

Tapi memikirkan masa depan pernikahannya yang tidak mungkin lagi di selamatkan membuat Diana bertekad untuk minta berpisah dari Rafli. Keputusan Diana sudah bulat, dia sudah benar-benar tidak sanggup lagi bertahan dengan seorang suami yang begitu tega dan kejam seperti Rafli. Diana bangkit dengan kaki gemetaran. Sejak kemarin siang dia bahkan belum makan.

Diana langsung masuk ke dalam kamar mandi yang ada di dalam kamar tersebut lalu membersihkan dirinya. Mengguyur kepalannya dengan air sampai beberapa kali tanpa henti. Menggosok tubuhnya yang sudah di sentuh oleh pria lain karena ulah suaminya itu.

Bayangan peristiwa yang terjadi padanya sejak petang hingga malam membuat Diana kembali terisak, suara tangisnya bahkan sangat memilukan. Diana sudah memutuskan untuk berpisah saja dengan pria yang sudah berbagi suka dan duka dengannya selama dua tahun ini. Yang sudah merahasiakan kebusukkan nya dengan baik. Bahkan sangat sangat baik. Bahkan Diana tak punya rasa curiga sedikitpun pada suaminya yang sudah berselingkuh selama satu tahun di belakangnya dengan wanita yang bekerja di klub malam itu.

Sentuhan Andre yang masih bisa Diana rasakan pun segera di gosok dengan kuat oleh Diana. Dia juga tidak menyangka pria itu memanfaatkan keadaannya. Mereka dulu pernah bertetangga, kalau memang Andre berniat untuk membantu Diana agar tidak jadi di jual oleh Rafli kepada gerrmo. Kenapa dia juga harus menyentuhnya, padahal Diana sudah menawarkan untuk menyicil semua hutang Rafli.

Tidak ada orang yang benar-benar tulus di dunia ini. Itulah yang memenuhi kepala Diana saat ini.

Setelah hampir satu jam di dalam kamar mandi, Diana keluar dengan handuk lalu berganti pakaian. Dia berpakaian sangat rapi, seperti biasanya saat akan berangkat bekerja ke toko swalayan.

Tapi kali ini, Diana juga merapikan semua pakaiannya. Dia ingin pergi dari rumah itu. Dia juga akan mengurus perpisahan dengan Rafli. Meski saat ini dia belum punya cukup uang untuk itu, setidaknya dia akan bekerja lebih giat untuk bisa membayar pengacara yang bisa dengan cepat mengurus perpisahannya dengan Rafli. Diana sudah muak pada pria yang bermuka dua itu.

Awalnya Diana ingin pergi tanpa pamit pada Rafli. Tapi saat berada di depan pintu, langkahnya terhenti. Dia ingat apa yang pernah dikatakan oleh ayahnya. Kalau seorang istri tidak boleh meninggalkan rumah tanpa izin dari suaminya. Atau bisa di katakan, tugas seorang istri hendak keluar rumah setidaknya dia harus pamit pada sang suami.

Diana memang sangat kecewa kepada Rafli, tapi bagaimanapun juga status pria itu masih adalah suami dari Diana.

Diana kembali berbalik, melangkahkan kakinya dengan sangat berat ke kamar dimana Rafli berada.

Bahkan ketika Diana sudah berada di depan pintu dan bersiap untuk mengetuk pintu tersebut. Diana menarik tangannya lagi karena ragu. Tapi di sisi lain, dia juga tak ingin membuang waktu lebih lama lagi. Dia harus bawa kopernya ke rumah orang tuanya dulu, baru ke toko. Dan itu akan makan waktu satu jam lebih.

Akhirnya Diana pun mengetuk pintu itu dengan cepat.

Tok tok tok

Diana berpikir kalau dia kan segera mengatakan apa yang ingin dia katakan lalu segera pergi dari rumah itu.

Tok tok tok

Dia kali Diana berusaha mengetuk. Tapi Rafli tak kunjung membuka pintu, dan tak terdengar suara dari dalam kamar.

Tok tok tok

Hingga saat Diana mengetuk pintu kamar itu untuk yang ketiga kalinya. Baru terdengar suara langkah kaki.

Ceklek

"Apa sih, berisik benget?" tanya Rafli.

Diana makin tercengang dengan apa yang dia lihat. Rafli benar-benar tidur pulas sepertinya. Setelah semua yang diperbuat kepada istrinya itu bahkan Rafli bisa tidur dengan begitu pulas. Dia tak percaya itu. Tapi dia hanya bisa menghela nafas sangat berat melihat kenyataan di depan matanya itu.

Dengan menarik nafas dalam-dalam, Diana mulai berkata.

"Aku akan pulang ke rumah orang tuaku. Aku minta pisah mas!" kata Diana berusaha dengan sangat kuat menahan air matanya agar tidak tumpah.

Istri mana, wanita mana yang ingin rumah tangganya berakhir. Wanita mana yang ingin menikah untuk berpisah. Tapi Diana sudah tidak punya alasan lagi untuk mempertahankan rumah tangganya. Suami yang sangat dia cintai, dan hormati sudah berlaku tidak adil dan begitu kejam padanya. Bahkan yang membuat dada Diana bertambah sesak adalah saat melihat tidak ada sama sekali penyesalan atau rasa bersalah, sedikit saja tidak ada di wajah suaminya itu.

Dan setelah mendengar apa yang Diana katakan. Rafli juga tidak berusaha untuk menahan Diana atau meminta maaf padanya. Sambil mengusal-ngusal rambutnya yang sudah menjadi kebiasaannya sejak beberapa saat yang lalu. Rafli hanya menguap sebentar lalu berkata.

"Ya sudah, aku tidak antar ya. Kamu juga jangan banyak membual saat pulang ke rumah orang tuamu nanti. Kamu ingatkan, aku juga sudah banyak memberi pada orang tuamu dan saudara-saudara mu itu. Urus saja perceraian kita, aku sibuk!" kata Rafli yang langsung masuk ke dalam lalu menutup pintu dengan cepat.

Deg

Bahu Diana sampai bergerak turun, dia memejamkan matanya sekilas dengan tangan yang terkepal menahan sakit di dalam hatinya.

Sepertinya keputusannya sudah benar, sudah tidak ada lagi penyesalan, rasa bersalah apalagi cinta Rafli untuknya. Lalu untuk apa dia masih berdiri di tempat itu.

Diana segera berbalik menarik kopernya dan pergi dari rumah itu. Sayangnya dia lupa tasnya ada di mana. Padahal ponselnya ada di sana. Dia jadi tidak bisa pesan taksi online.

Diana berjalan di pagi buta itu, saat matahari bahkan belum menunjukkan keberadaannya. Berjalan dengan koper yang dia tarik yang menimbulkan suara roda yang beradu dengan jalanan aspal.

Diana pun duduk di sebuah halte, menunggu bis yang akan membawanya ke rumah orang tuanya.

Tak lama setelah Diana pergi dari rumah, Rafli melanjutkan tidurnya yang terganggu karena ketukan pintu oleh Diana tadi. Tapi baru akan merebahkan diri, ponselnya terus berdering. Awalnya dia malas untuk mengangkat panggilan telepon itu. Tapi ponselnya terus saja berdering.

Dengan malas, Rafli meraih ponselnya yang ada di atas nakas di samping tempat tidurnya.

Begitu dia melihat di layar ponsel itu adalah panggilan dari nomer ayahnya. Rafli lantas langsung menggeser icon telepon berwarna hijau ke atas.

"Halo ayah...!"

"Rafli, cepat pulang nak. Cepat pulang dengan Diana. Ibu kamu masuk ruang sakit nak, ibu kamu kena serangan jantung!"

Deg

Rafli terkejut, itu adalah alasan yang pernah Rafli katakan pada Diana kenapa dia tidak bisa memberikan gajinya pada Diana.

"Ajak Diana, Rafli. Ibumu terus menanyakan Diana!" kata ayah Rafli panik.

***

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Erlinda

Erlinda

aq yakin pasti si Diana akan bertahan dgn suami nya dgn alasan mertua nya sakit..sorry Thor aq stop sampai disini malas aq membaca cerita ini apalagi dgn sikap lemah di diana

2023-07-09

0

ria

ria

semoga diana sdh naik bus...
kualat sama istri kamu..mau mantan ding

2023-06-27

2

ria

ria

syukurin..ucapan adalah doa..tak peduli ucapanmu hanya untuk membohongi istrimu..

2023-06-27

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!