Belum 24 jam setelah meninggalkan rumah, Alea harus menerima nasibnya, yang harus kehilangan kesucianya. Ia tidak bisa menahan tangisnya, sambil merasakan sakit di bagian inti tubuhnya.
"Ngga usah nangis. Aku bakalan tanggung jawab ko." Ucap laki-laki yang kini terbaring di sebelahnya.
"Kamu kenapa berani nodain aku? Apa salah aku sama kamu?"Jawab Alea sembari terisak tangis.
Menangis memang tidak akan membuat semuanya kembali membaik seperti semula lagi. Tapi setidaknya, ia bisa melampiaskan rasa sakit hatinya.
"Kamu inget-inget lagi deh. Yang minta bukan aku." Ucap Adila, sembari mengusap pucuk kepala Alea dengan lembut.
Sejenak, Alea kembali mengingat apa yang sudah ia lakukan tadi malam. Namun rasanya sulit. Ia juga harus merasakan sakit kepala yang luar biasa, setelah minum alkohol. Bahkan tenggorokanya terasa kering.
"Kamu yang minta kesini loh." Ucap Adila. Tanganya tak berhenti memeluk Alea dengan erat.
"Ngga mungkin!" Jawab Alea yang kembali menangis pilu.
"Ngga usah nangis. Aku bakalan tanggung jawab. Kamu ngga usah takut ya." Jelas laki-laki itu. Suaranya terdengar sangat lembut. Tanganya terus memeluk tubuh Alea, sembari sesekali mencium kening Alea.
"Aku harus pulang!" Ucap Alea lalu melepaskan tangan Adila yang melingkar di perutnya.
Ia mencoba beranjak dari tempat tidurnya, namun rasanya terlalu sakit untuk melangkah pergi. Ia kembali meringis kesakitan, dan harus kembali berbaring di atas tempat tidur.
"Ngga usah banyak gerak dulu. Hari ini, kamu disini aja. Aku bentar lagi harus kerja. Kalau kamu butuh apapun, kasih tau aku." Ucap Adila lalu mencium kening Alea.
Ia kembali memakai pakaianya, dan bergegas ke kamar mandi. Rasanya tidak ingin melihat wajah pria itu. Kesal, benci dan kecewa, kini menjadi satu. Namun Alea hanya bisa menangis, dan memeluk selimut yang kini menutupi tubuhnya.
Setelah beberapa saat, Adila kembali dengan wajah yang lebih segar. Pakaianya pun sudah berganti dengan yang baru. Sebelum pergi, ia memberikan kartu ATM pada Alea.
"Ini untuk kamu belanja. Kalau mau apapun, kamu tinggal beli. Aku bentar aja. Ada meeting penting. Nanti aku balik lagi." Ucap Adila lalu mencium kening Alea.
Padahal mereka belum lama kenal. Bahkan belum sampai 24 jam. Tapi perlakuan Adila, sudah seperti saling kenal dan berhubungan lama.
"Pin nya, tanggal lahir kamu. Dan bentar lagi, akan ada yang mengantar pakaian baru dan makanan untuk kamu. Jadi kamu relax aja ya." Ucap Adila lagi sembari melambaikan tanganya pada Alea, dan bergegas pergi.
Untuk kali ini, uang bukanlah segalanya bagi Alea. Karena kesucian yang sudah lama ia jaga, harus terenggut begitu saja. Ia merasa bersalah pada ibunya. Andai saja ia tidak melawan perkataan ibunya, ia sudah pasti masih bisa mempertahankan kesucianya.
Ponsel Alea tiba-tiba berdering. Ia meraih ponselnya yang ada meja sebelah tempat tidurnya, dan melihat nama ibunya yang ada di layar ponselnya.
Tanpa menunggu lama, Alea langsung mengeser tombol berwarna hijau, dan memulai percakapan.
"Lea, ini pacar kamu kirim banyak barang kerumah. Bahkan biaya sekolah Alvin udah di lunasi semua. Ini pacar kamu yang mana? Bukanya kamu bilang udah putus sama Rio?" Tanya ibunya dari ujung telpon.
"Hah? Barang apa bu?" Jawab Alea kaget. Karena setelah putus dengan Rio, ia sama sekali tidak ada niatan untuk mencari pacar baru lagi.
"Kulkas, Mesin cuci, ini juga ada televisi. Terus barusan, tukang nya nganterin komputer buat Alvin. Dan ini datang lagi sepeda motor untuk ibu. Ini sebenarnya dari siapa?"Tanya ibunya lagi.
Keluarga Alea memang bukan keluarga berada. Tapi mereka tidak akan menerima barang pemberian dari sembarangan orang. Apalagi yang tidak mereka kenal.
"Bu, orang nya masih disitu? Kalau ada, boleh Lea bicara sama orang yang antar barangnya?" Ucap Alea yang mulai panik. Andai saja bagian inti tubuhnya tidak terasa sakit, Alea sudah pasti akan pulang kerumahnya.
"Bentar." Jawab ibu Alea. Terdengar suara ibunya yang memanggil seseorang yang berada disana.
"Iya halo." Sapa seorang laki-laki yang terdengar dari ponsel ibunya. Sepertinya ini tukang yang sudah mengantarkan barang kerumah Alea.
"Maaf mas, saya boleh tanya, ini barang dari siapa ya?" Tanya Alea.
"Oh. Dari pak Adila bu. Tadi pagi, beliau meminta saya untuk mengantarkan semua barang ini. Katanya untuk keluarga ibu." Jawab laki-laki itu.
"Ko bisa sih?" Tanya Alea lagi.
Bagaimana bisa Adila tau alamat rumahnya, dan kondisi keluarganya. Sampai ia harus memberikan semua barang itu pada keluarganya.
"Maaf bu saya kurang tau. Ibu bisa langsung tanyakan saja pada pak Adila. Karena saya hanya kurir bu." Jawab pria itu.
Alea memang tidak bisa memaksa untuk bertanya pada pria itu. Karena ia sudah pasti tidak akan tau alasan Adila mengirimkan semua barang itu. Tapi, Alea juga tidak tau berapa nomor ponsel Adila. Karena ia belum sempat bertanya akan hal itu tadi malam.
"Ya sudah makasih." Ucap Alea lalu mengakhiri panggilanya.
Yang ada dalam pikiranya hanya Nadia. Karena dia satu-satunya orang yang tau tentang keluarganya. Tanpa menunggu lama, Alea lalu mencari kontak Nadia, dan mulai menghubunginya.
Dua kali panggilan sudah Alea lakukan. Namun keduanya tidak mendapat jawaban. Ia menatap jam dinding yang masih menunjukan pukul 8 pagi. Sudah pasti Nadia belum bangun di jam segini.
Namun tiba-tiba, ponselnya kembali berdering. Satu panggilan dari nomor tidak di kenal. Biasanya, Alea tidak akan pernah mau menjawab panggilan dari nomor baru. Tapi kali ini, ia harus menjawab telpon itu.
"Hai beb. Barang nya udah sampai kan? Barusan kurirnya telpon aku, katanya kamu tanya kenapa saya kirim barang itu ya?" Sapa seorang laki-laki dari ujung telpon. Dari suaranya ia sangat mengenal jelas. Laki-laki itu sudah pasti Adila.
"Maksud kamu apa? Ngapain kamu kirim semua itu kerumah aku? Kamu mau beli aku sama barang-barang kamu yang ngga jelas itu?" Tanya Alea dengan suara lantang.
Alih-alih menjawab, laki-laki itu malah tertawa puas. Seolah perkataan Alea hanyalah lelucon baginya.
"Kamu pikir lucu?!" Bentak Alea yang sudah mulai kesal.
"Keep calm beb. Kamu ngga usah marah-marah dong. Kamu sendiri yang minta semua ini. Makanya, aku bilang sama kamu, kamu ingat lagi apa yang kamu lakuin tadi malam." Jelas Adila. Suaranya masih terdengar sangat lembut meski Alea sudah membentaknya dua kali.
Untuk mengingat kejadian semalam saja rasanya sudah susah. Bagaimana ia mengingat apa yang sudah ia katakan pada Adila tadi malam. Rasanya sangat mustahil.
"Oke aku bantu ingatin. Tadi malam, kamu bilang 'Keluarga aku orang ngga mampu. Ibuku apalagi, kasian harus kerja jualan kue, bahkan adiku biaya sekolahnya belum lunas, jadi aku terpaksa kerja begini' Remember it beb??"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
Sunarmi Narmi
Perjuangan hidup...ok lnjut Thor kayaknya seru 💪💪💪💪
2023-09-14
0
Mimik Pribadi
Menarik,,,lanjuutt
2023-08-25
0