Pergi belanja dengan seorang pria tampan dan kaya raya, yang bisa memberikanya berbagai macam pakaian, dari mulai yang termewah sampai yang biasa saja.
Walaupun masih ada perasaan yang menganjal, karena ia takut, jika tiba-tiba si penelpon yang menghubungi Adila tadi bertemu denganya di mall ini.
"Mau beli apalagi? Masih ada yang kurang?" Tanya Adila yang kini berjalan di samping nya.
Bisa-bisanya pria ini mengatakan masih ada yang kurang. Padahal, belanjaan yang Alea bawa saat ini, sudah lebih dari puluhan juta. Sampai Alea bingung, untuk apa pakaian semahal ini. Uang seratus ribu saja sudah sangat berharga baginya dan juga ibunya.
"Ngga usah. Aku mau pulang aja. Ini udah mau jam 6. Jam 8 nanti aku harus kerja." Jawab Alea yang masih ketus.
"Oke beb. Kalau gitu kita pulang ya. Kerumah atau, ke hotel, atau kemana?" Tanya pria itu dengan senyuman manis di bibirnya.
Bagaimana tidak menjadi pusat perhatian, Adila memperlakukan Alea bak seorang puteri. Ia bahkan mengajak anak buahnya untuk membawakan barang belanajaan Alea.
Sementara gaya dan pakaian Alea yang terlihat biasa saja, jauh berimbang terbalik dengan pakaian Adila, yang serba mahal. Dari ujung kaki sampai ujung rambut, harga pakaian yang di pake Adila bisa mencapai ratusan juta.
Alea tau harganya, karena ia di ajak ke toko langganan Adila. Bahkan baju yang ia beli, dari toko dan brand yang sama.
Saat mereka tengah berjalan keluar dari mall, tiba-tiba ponsel Alea berdering. Ia meraih ponselnya dari dalam tas, dan melihat nama Nadia.
"Siapa?" Tanya Adila sembari memicingkan sebelah matanya.
"Nadia." Jawab Alea lalu menjawab panggilan dari Nadia.
"Dimana? Ko gue bangun belum pulang juga?" Tanya Alea dari ujung telpon.
"Lagi di mall. Bentar lagi balik." Jawab Alea dengan suara pelan. Ia tidak ingin Adila mendengar percakapanya dengan Nadia. Karena bisa saja, Adila membicarakan hal yang tidak-tidak. Terlebih masalah mereka tidur bersama tadi malam.
"Mall? Sama siapa? Uang lo banyak? Tadi malam, tamu yang duduk sama lo, ngasih duit berapa emang?" Tanya Nadia dengan suara parau. Sepertinya ia baru terbangun dari tidurnya.
"Nanti gue bahas. Gue lagi kerja. Bye." Jawab Alea lalu mengakhiri panggilan telponya. Ternyata Nadia belum tau, jika Alea pulang bersama Adila tadi malam. Jika ia tau, ia sudah pasti banyak permintaan. Apalagi tau, Alea jalan bersama Adila ke mall.
"Udah bicaranya? Nadia bilang apa?" Tanya Adila lalu melanjutkan langkahnya kembali.
"Ngga ada." Jawab Alea ketus.
Lagi-lagi Adila membuat jantungnya terasa berhenti berdetak sesaat. Ia mengenggam tangan Alea dengan erat, dan mencium pipi Alea di depan umum. Sejak tadi, mereka menjadi pusat perhatian, di tambah Adila yang baru saja menciumnya, membuat mereka tambah di perhatikan orang di sekitarnya.
"Kamu bisa sopan ngga sih?! Ini tempat umum!" Bentak Alea sembari menepis tangan Adila.
"Kamu lupa? Kamu udah jadi miliku seutuhnya." Bisik Adila, lalu kembali merangkul Alea. Keduanya kembali berjalan keluar mall.
Alea benar-benar menyesal, sudah meneguk minuman alkohol itu, tanpa memikirkan akibatnya. Sekarang, mau tidak mau, ia harus menuruti semua perkataan Adila. Karena ia tidak ingin melepaskan kesucianya begitu saja, lalu pergi meninggalkan Adila.
Saat mereka sudah sampai di plataran parkiran, tiba-tiba dari arah belakang, ada yang menyiram Alea dengan air mineral.
Alea dan juga Adila terkejut, lalu menoleh ke arah belakang, dan melihat wanita cantik, berbody seksi, dengan pakaian mewah. Kulitnya putih, hidung mancung, serta rambut pirang. Sepertinya perempuan ini dari kalangan yang sama dengan Adila. Melihat gaya pakaianya dan juga tas mewah yang ia kenakan saat ini.
"Kamu gapapa?" Tanya Adila panik. Untung lah, yang basah hanya ujung kepala Alea saja. Dan tidak sampai membasahi seluruh pakaianya.
"Gapapa." Jawab Alea sembari menatap perempuan mengerikan yang kini menatapnya, seolah ingin menerkamnya.
"Jadi ini, perempuan yang udah buat kamu putusin aku?" Teriak perempuan itu, lalu mendorong dada Alea.
"Cukup!" Bentak Adila dengan suara tinggi.
Ajudanya yang tengah mengemasi barang ke dalam bagasi, langsung berlarian setelah mendengar teriakan bos nya itu.
"Ada apa pak?" Tanya laki-laki yang tadi membawakan barang belanjaan Alea.
"Seret wanita ini dari hadapan saya." Jawab Adila sembari menatap perempuan yang ada di hadapanya.
Laki-laki itu terlihat bingung, dan tidak berani melakukan perintah Adila.
"Berani kamu sentuh saya, kamu akan tau akibatnya! Sekarang, kamu seret perempuan murahan itu dari sini! Jangan sampai saya bawa dia dengan kasar!" Ucap perempuan itu. Ia malah menyuruh ajudan Adila untuk membawa Alea. Tentu saja, Adila tidak akan tinggal diam. Ia langsung mendorong perempuan itu, sampai ia terjatuh.
Pakaianya yang seksi, membuat pakaian dalamnya terlihat kemana-mana. Dengan sigap, ajudan Adila memberikanya jaket yang ia kenakan, untuk menutupi bagian tubuhnya.
"Lepasin! Kamu keterlaluan! Kamu tau, kalau kamu berani perlakukan aku kaya gini, aku bisa buat perusahaan kamu hancur dalam sekejap!" Teriak perempuan itu lalu berusaha berdiri.
"Kamu ngancam saya? Kamu ngga tau siapa saya? Atau perlu saya teriak disini, buat kasih tau, siapa kamu sebenarnya?" Jawab Adila dengan suara lantang. Sejak tadi, ia terus mengenggam tangan Alea, dan melindunginya dengan tubuh kekarnya.
"Kamu berani bilang itu? Apa kamu ngga tau, tanpa saya, kamu bukan siapa-siapa Adila!" Ucap perempuan itu, lalu mendorong tubuh Adila.
Namun tubuh Adila terlalu kekar dan besar, untuk bisa terjatuh. Sehingga ia tetap berdiri tegak, melindungi Alea yang kini berdiri di belakangnya.
"Perempuan murahan kaya kamu, cuma sampah, yang harusnya di buang! Jadi lebih baik kamu pergi, sebelum semua orang tau, siapa kamu sebenarnya." Jelas Adila lalu menyuruh Alea masuk ke dalam mobil terlebih dulu.
Dengan wajah bingung, Alea menuruti permintaan Adila untuk masuk dan menunggunya di dalam mobil. Ia melihat Adila dan perempuan itu yang masih adu mulut. Bahkan perempuan itu hampir saja menampar Adila, tapi lagi-lagi, perempuan itu yang kembali terjatuh.
Tidak berselang lama, Adila masuk ke dalam mobil lalu melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi.
"Jangan kenceng-kenceng aku takut." Ucap Alea yang kini berpegangan pada seat belt nya. Ia sama sekali tidak berani membuka matanya.
"Sorry. Aku bener-bener emosi." Jawab Adila lalu kembali melajukan mobilnya dengan perlahan.
Sebenarnya, Alea penasaran siapa perempuan tadi. Apakah perempuan itu yang menelpon ke ponsel Adila tadi, ataukah ada perempuan lain lagi.
"Kamu gapapa kan? Aku bawa kamu ke hotel tadi lagi aja ya. Malam ini, kamu temenin aku sampai besok." Ucap Adila seenaknya.
"Ngga mau!! Aku mau kerja!" Jawab Alea dengan tegas.
"Jangan bantah! Kamu harus ikut dan turuti semua keinginanku."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments