Kelelahan dan terasa sakit di bagian inti tubuh, itulah yang saat ini tengah Alea rasakan. Lupa makan, dan lupa waktu, walau makanan sudah di sediakan dari bebagai macam menu di hadapanya, tapi tetap saja, rasa lapar itu seolah hilang begitu saja.
Seperti mimpi, ada pria tampan terbaring di sampingnya, sembari memeluknya erat. Wangi tubuhnya begitu khas.
"Jangan di liatin terus, nanti hidung aku terbang." Ucap Adila yang masih memejamkan matanya.
"Kamu udah bangun?" Jawab Alea gugup. Ia pikir, Adila masih tertidur pulas.
"Aku ngga bisa tidur nyenyak. Bawaanya pengen cium kamu terus." Ucap Adila lalu kembali memeluk tubuh Alea lebih erat.
Alea hanya bisa diam, tanpa memberikan perlawanan apapun. untuk saat ini, ia hanya bisa pasrah, di perlakukan seperti ini oleh pria yang baru saja ia kenal.
"Malam ini kamu kerja lagi?" Tanya Adila sembari mengelus pipi Alea dengan lembut.
Bagaiamana bisa kerja, untuk berjalan saja, rasanya sulit. Tapi Alea tidak bisa meninggalkan pekerjaanya begitu saja. Ia tidak mungkin membuat Nadia malu, jika harus berhenti begitu saja.
"Kerja. Aku baru pertama masuk tadi malam. Jadi ngga mungkin aku libur." Jawab Alea.
"Ya udah, kita pergi makan dulu. Abis itu, kita belanja baju buat kamu kerja nanti malam ya." Jelas Adila lalu mencium kening Alea, dan beranjak dari tempat tidurnya, dan berlarian ke kamar mandi.
Pria itu sama sekali tidak merasa malu, berlarian tanpa memakai busana ke kamar mandi, dan membuat Alea tersenyum manis melihat tingkahnya yang lucu.
"Apaan sih Lea! Sadar woi!!" Gumam Alea sembari mengeleng pelan. Ia melihat jam dinding yang sudah menunjukan pukul 3 sore.
Hingga tiba-tiba, terdengar dering ponsel, namun bukan ponsel miliknya. Ia mencari sumber suara itu, yang ternyata ada di bawah bantal, tempat Adila terlelap tadi.
Sembari menatap ke arah kamar mandi, Alea mengambil bantal itu, dan melihat layar ponselnya yang terbalik. Karena rasa penasaran yang sangat tinggi, ia meraih ponsel milik Adila, dan kaget saat melihat nama si pemanggil.
"Sayangku." Ucap Alea lirih.
Ternyata laki-laki yang tidur bersamanya tadi malam, sudah mempunyai pasangan. Ia benar-benar merasa bersalah. Tidak ingin ketauan, Alea kembali menyimpan ponselnya di tempat semula, dan kembali menutupnya dengan bantal.
"Mandi gih. Kita pergi belanja." Ucap Adila yang baru saja selsai dari kamar mandi. Tubuhnya kekar, dan rambut basah, membuat Adila semakin terlihat sangat tampan. Namun Alea kembali mengeleng pelan, saat mengingat ada yang menelpon dengan nama tadi.
"Aku mau langsung pulang aja. Nadia udah cariin aku." Jawab Alea tanpa menatap Adila.
"Oh ya? Nadia ngga bilang apa-apa sama saya." Ucap Adila yang kini tengah sibuk memasang pakaianya.
"Emang wajib bilang sama kamu? Kamu siapa saya?" Jawab Alea ketus. Ia benar-benar kesal pada pria hidung belang ini. Mungkin, jika ia tau Adila sudah memiliki pacar, Alea tidak akan mau tidur denganya.
"Bukan wajib sayang. Tapi Nadia nitipin kamu sama aku. Udah sana buruan mandi. Kamu pake baju yang tadi aku beliin aja dulu." Jelas laki-laki itu. Wajahnya sama sekali tidak terlihat merasa bersalah.
Alea benar-benar merasa kesal pada pria yang kini ada di hadapanya ini. Ia kembali teringat perbuatan ayahnya, yang tega selingkuh dan meninggalkan ibu dan juga dirinya. Terlebih saat itu, ibunya tengah mengandung Alvin.
"Tadi handphone kamu bunyi." Ucap Alea lalu beranjak dari tempat tidurnya dan bergegas ke kamar mandi. Ia tidak ingin melihat reaksi Adila saat melihat ponselnya, yang sudah ada panggilan dari seorang perempuan.
Di bawah guyuran air yang mengalir deras, Alea kembali menitikan air matanya. Bukan hanya kesucianya yang sudah di renggut. Tapi jika benar, Adila sudah mempunyai pacar, atau bahkan lebih parahnya istri, berarti Alea sudah sama dengan perempuan yang merebut ayahnya.
Ia merasa menyesal, telah melayaninya, bahkan setelah ia tersadar dari mabuknya.
"Lea, cepetan!!" Teriak Adila sembari mengetuk pintu kamar mandi.
Tanpa menjawab, Alea keluar dengan pakaian yang sudah rapih. Ia lalu mengemasi semua barangnya ke dalam tas kecil yang sudah buluk.
"Yuk buruan. Aku ada meeting sore ini." Ucap Adila sembari terus menatap layar ponselnya.
"Pergi aja! Ngga usah nunggu aku! Aku juga mau langsung pulang ko. Dan satu lagi, barang yang kamu kasih sama ibuku, tolong ambil lagi! Aku ngga sudi terima semuanya!" Jawab Alea tanpa menoleh ke arah Adila. Ia benar-benar merasa muak melihat pria yang kini duduk di sofa, sembari sibuk dengan ponselnya.
"Kamu kenapa? Marah sama aku?" Tanya Adila lalu menghampiri Alea dan duduk si sampingnya.
"Jangan sentuh aku!" Jawab Alea dengan suara lantang. Ia lalu menggeser lebih jauh dari Adila.
"Kamu kenapa sih? Kenapa tiba-tiba marah kaya gini? Ada yang salah sama aku?" Tanya Adila yang kini berdiri di hadapan Alea.
Pria ini benar-benar tidak terlihat merasa bersalah sama sekali. Bahkan ia masih berani bertanya ada apa dengan Alea.
"Kalau udah punya istri atau pacar, jangan pernah mau tidur sama cewe lain!! Pikirin perasaan pasangan kamu!" Bentak Alea lalu beranjak dari tempat duduknya.
Dengan jalan tertatih, Alea berusaha keluar dari kamar itu. Namun langkahnya tidak bisa secepat saat ia baik-baik saja. Yang akhirnya Adila menarik tanganya, hingga ia jatuh di pelukan lelaki itu.
"Siapa yang punya pacar?" Tanya Adila sembari mengusap pucuk kepala Alea dengan lembut.
Kali ini Alea tidak pasrah begitu saja, seperti tadi. Ia memukul dada bidang Adila sembari terisak tangis. Hatinya benar-benar hancur. Karena sekarang ia sudah sama dengan perempuan yang membuat keluarganya hancur.
"Kamu liat yang nelpon aku tadi?" Tanya Adila sembari menahan tangan Alea.
"Lepasin!!" Teriak Alea yang berontak tidak terima tanganya di pegang oleh laki-laki seperti Adila.
"Sayang kamu salah paham. Dia bukan siapa-siapa aku. Dia cuma mantan yang masih ngejar aku. Buktinya, aku ada disini sama kamu seharian. Aku benar-benar tidak berbohong sayang." Ucap Adila dengan suara lembut. Suaranya benar-benar membuat Alea merasa campur aduk.
"Ngga usah bohong!! Aku ngga percaya kamu!!" Jawab Alea yang masih terisak tangis.
Tidak ada hubungan apapun, tapi kemarahan Alea sudah seperti seorang pacar yang merasa terhianati oleh Adila. Tapi laki-laki itu tidak menyerah begitu saja. Ia kembali memeluk Alea dengan erat, sembari mengusap pucuk kepalanya.
Gadis bertubuh mungil itu, hanya bisa pasrah, karena tenaganya lebih kecil daripada lelaki bertubuh besar yang kini memeluknya. Di tambah bagian inti tubuhnya yang masih merasa sakit.
"Aku bakalan buktiin kalau aku, udah ngga ada hubungan apapun lagi dengan perempuan itu."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
Mimik Pribadi
Iya bener kak mlh pikirku andaikata itu bkn pasangan Adila,yng dimaksud Sayangku itu bisa jga anak Adila sapa tau kan dia Duda 😅😅 tapi ternyata nmr syangku itu Mantan,,,,Why,nmr mantan msh dipelihara 🤣🤣🤣
2023-08-25
0
nobita
tp di layar ponsel mu knp kamu kasih nama "" sayangku" meskipun hanya mantan? seharusnya diganti dg nama lain... mungkin itu yg rasakan Alea
2023-06-28
1