Peringatan Batasan

"Apa nih. Pagi-pagi udah berisik di dapur."

Anyelir tidak memperdulikan suara Axton yang semakin terdengar jelas seiring langkahnya yang mendekat. Hanya perlu fokus melanjutkan masakannya sebelum gosong karena meladeni ucapan Axton yang seringnya unfaedah.

"Udah, siniin." Axton merebut spatula kayu dari tangan Anyelir, setelahnya menggeser tubuh sang istri untuk menyingkir dari depan kompor listrik. "Biar aku yang lanjutin. Sesuai kesepakatan kita, hari ini kamu nggak boleh nolak apapun perintah dari aku," katanya diiringi seringai. Meringis ngilu sewaktu tanpa persiapan, Anyelir main menyerang memukul lengannya yang mau asal mencomot tempe goreng tepung.

"Cuci tangan dulu. Jangan kebanyakan makan, lanjutin dengan benar. Awas kalau gosong."

"Iwis kilii gising," cibir Axton yang baru berani dilontarkan setelah kepergian Anyelir.

Sebetulnya berani-berani saja dikatakan sewaktu masih ada Anyelir. Hanya saja Axton sedang 'agak tidak' mood, tidak mau juga membuat hubungan keduanya memanas di pagi hari. Kurang berkah.

Setelah memastikan Anyelir tidak akan kembali memasuki area dapur, Axton yang belum sempat cuci tangan, melanjutkan mencomot tempe goreng tepung yang berhasil digoreng Anyelir dengan warna keemasan yang begitu memanjakan mata. Pun lidah, rasanya tak kalah enak dari tampilan. Gurih, kriuk, sedap sekali.

"Terus aja makan. Tahu-tahu rumah kebakaran baru sadar."

Axton langsung tersedak, berlari kecil menuju bak cuci piring, menepuk-nepuk kuat punggungnya untuk mengeluarkan potongan tempe yang belum sempat dikunyah.

Anyelir yang seringnya suka sekali bicara ketus dan terkesan tidak peduli, lekas menghampiri Axton. Mengangkat tangan kanan rampingnya. Lalu, dilayangkan kuat ke punggung Axton hingga hanya butuh satu kali percobaan, potongan tempe yang ternyata cukup besar berhasil keluar.

"Serasa mau dieksekusi mati," desah Axton loyo. Menghempaskan tubuhnya ke belakang. Yang dengan tanggap disangga Anyelir jika tidak mau kepala Axton berakhir bocor.

"Sayang banget, ya sama aku?" tanya Axton terkekeh. Buru-buru berdiri sebelum sanggahannya dilepaskan Anyelir. Kan begitu cara kerja otak sang ratunya. Sekali diledek, hancur sudah ketenangan Axton.

Anyelir melempar tatapan malas. Berbalik menuju pintu dapur, karena niatnya ke dapur lagi hanya untuk mengambil sarapan rutinitasnya yang berupa satu tangkup roti tawar. Hanya itu, tidak ada tambahan selai, susu, maupun sayuran untuk nanti dijadikan salad. Yang bagi Anyelir sudah enak, tapi tidak dengan Axton.

Sarapan model seperti itu sama saja menyengsarakan diri sendiri. Dan sudah ratusan kali Axton memperingati, yang sayangnya cuman dianggap angin lalu oleh Anyelir. Lagi dan lagi, Anyelir masih suka melanjutkan gaya hidup sehatnya yang kata Axton justru membawa semakin dekat dengan Tuhan.

"Lanjutin kalau kamu masih mau sarapan. Kalau nggak, ya udah. Biarkan saja. Silahkan cari sarapan sendiri di luar."

Mendengarnya tak lantas membuat Axton sakit hati. Sudah terbiasa, sudah hapal di luar kepala. Anyelir kepribadiannya memang begitu. Dan untuk ukuran orang yang sudah membersamainya dalam kurung waktu tiga tahun terakhir, Axton sudah cukup memaklumi.

Karena terlanjur terbiasa, Axton balas menggoda Anyelir. Berbalik ke depan kompor, menyalakan kompor listriknya yang sebelumnya dimatikan Anyelir sebelum membantunya terbebas dari tempe nyangkut.

"Kalau aku makan di luar, berarti gapapa, 'kan kalau sama perempuan lain! Sama Lily misalnya! Boleh, 'kan?!"

"Terserah! Tapi awas kalau sampai ketahuan media, aku masak kamu bareng Yetti!"

Axton mendengkus geli. Geleng-geleng kepala tak habis pikir. Membalik telur dadarnya yang sisi sebaliknya sudah terlalu matang. Hampir saja gosong.

Sekedar info saja. Yetti itu nama anjing chihuahua peliharaan keduanya. Anggap saja sebagai pengganti anak yang belum tahu kapan direncakan launching.

Selesai memindahkan telur dadarnya ke piring yang sebelumnya sudah disiapkan Anyelir—lagi istrinya itu memang berjiwa terlalu baik hati sekali. Axton bergerak ke meja makan. Tinggal menikmati hasil masakannya—oke hanya melanjutkan masakan Anyelir.

Salah sendiri sudah Axton bilang dsri jauh-jauh hari, hari ini gantian tugasnya menjadi bapak rumah tangga, Anyelir tetap tidak bisa mempercayai. Tetap mengerjakan pekerjaan rumah sendirian. Dan entah tadi bangun jam berapa. Bangun-bangun, Axton sudah mendapati rumahnya dalam keadaan bersih, rapi, semua barang tertata di tempatnya masing-masing.

Memang bakat sekali istrinya menjelma menjadi babu dadakan. Gemuk-gemuk deh kantung Axton yang tak perlu sampai menyewa jasa ART.

"Darling! Sarapannya udah siap! Kamu nggak mau nemenin aku makan gitu?!" teriak Axton tak tanggung. Tidak tahu di mana keberadaan Anyelir sekarang. Jadi, lebih baik berteriak ketimbang nanti dibilang rakus, karena makan tidak pakai tawar-menawar. Serba salah.

"Bentar!"

Axton langsung bersorak kesenangan. Selalu suka dengan sahutan yang diberikan Anyelir. Tidak pernah menolak ajakannya sekalipun itu bertentangan dengan prinsip hidup sang istri.

Tak lama, Anyelir bergabung dengan Axton yang sudah sarapan duluan. Tidak kuasa menunggu lama, cacing-cacing di perutnya bolak-balik berdemonstrasi meminta jatah asupan bergizi.

"Makan," tawar Axton menyodorkan satu suapan ke depan mulut Anyelir yang masih mengatup.

Tanpa protes, Anyelir ikutan memegang sendoknya. Lalu, mengarahkan ke dalam mulutnya sendiri. Padahal kondisinya sudah gosok gigi.

Axton tersenyum dalam kunyahannya. Meski kondisi pernikahannya tak seperti kebanyakan orang lain, Axton masih sangat bersyukur Anyelir yang menjadi istrinya, yang sepakat tidak akan pernah saling meninggalkan meski seringnya suka menyakiti tanpa sadar.

"Oh, iya. Aku nanti agak telat datang ke kantor. Mau ketemu sama orang dulu."

"Siapa?" Axton menyuapi Anyelir lagi yang kali ini diterima dengan baik.

Anyelir menelan makannya lebih dulu sebelum menjawab dengan nada kelewat tenang. "Pacarku."

Sendok stainless steel terlepas dari pegangan Axton. Membentur pinggiran piring hingga menimbulkan bunyi denting cukup nyaring.

"Kenapa kamu?" tanya Anyelir dengan nada mulai naik satu oktaf. Menarik piring Axton ke arahnya, memeriksa piringnya apakah ada yang tergores—pecah.

Melihat Anyelir yang lebih peduli dengan keadaan piring sialan itu ketimbang hatinya, sontak tak mampu membuat Axton untuk tidak menguarkan kekehan singkat. Sarkas. Memandangi Anyelir tanpa putus, yang sialnya kenapa masih bisa bersikap setenang itu setelah membuat suasana hati Axton gonjang-ganjing.

"Aneh kamu. Tadi tiba-tiba kayak orang kesambet. Sekarang malah ketawa-ketawa sendiri. Kamu nggak beneran kesambet, 'kan?"

Axton menggeleng lemah, mengambil segelas jus jeruknya. Menenggak rakus hingga jangkungnya terlihat naik turun cepat.

Selagi minum, pandangan Axton tak lepas dari Anyelir. Mengamati perubahan wajahnya yang mendadak lebih berseri-seri ketika mendapati ponselnya berdering.

Axton menaruh kuat gelas kosongnya di atas meja. Anyelir tersentak karenanya. Layangkan teguran lewat pukulan pelan di lengannya, tak juga membuat api terbakar di dalam diri Axton langsung padam.

"Putuskan pacarmu."

Anyelir mengerutkan dahi kasar, menatap Axton aneh.

"Kamu kenapa?"

"Apa kurang jelas. Putuskan pacarmu. Sekarang juga."

"Cemburu?"

"Iya," sahut Axton lugas dan sudah tidak peduli kalau setelahnya akan menjadi bulan-bulanan Anyelir.

Melihat ponsel Anyelir yang tergeletak di atas meja masih menyala-nyala, Axton dengan cepat mengambilnya. Sayangnya tidak dapat, keduluan Anyelir yang selalu dengan mudah dapat menebak tindak-tanduk Axton.

"Sini."

Anyelir mengangkat ponselnya yang mau diraih Axton. Bangun berdiri cepat karena Axton makin beringas ingin merebutnya.

"Nggak. Menjauhlah. Kamu nggak punya hak mengatur-atur hidupku."

"Aku suamimu," desis Axton masih berusaha menjangkau ponsel Anyelir dari tangan sang istri.

Axton tak segan melonjak dan menangkap cepat lengan Anyelir. Mungkin karena terlalu bersemangat—bukan ponsel Anyelir yang Axton dapat, melainkan dorongan yang terlalu kuat dari dirinya sendiri hingga membuat tubuh keduanya nyaris terjungkal ke belakang, andai satu tangan Axton yang bebas tak gesit berpegangan pada meja. Sementara Anyelir sendiri, tanggap memegangi kuat masing-masing pundak Axton.

Keduanya terengah-engah, saling menatap lekat. Lalu, mendengkus berbarengan sebelum saling beranjak berdiri sendiri-sendiri.

"Ganti rugi." Anyelir menunjuk ponselnya yang sudah mati di lantai. "Aku memang bisa membelinya sendiri, tapi itu ulahmu. Jadi tanggung jawablah."

Axton mencibir. Mengibaskan tangan malas. "Iya, Bunda Ratu." Kemudian meraih cepat lengan Anyelir yang sudah mau melarikan diri. "Putuskan. Aku nggak suka."

"Alasannya?"

"Nggak ada alasan lain selain nggak suka," tekan serius Axton yang ditanggapi tak kalah serius oleh Anyelir.

"Coba gini, coba posisinya dibalik. Kalau aku minta kamu untuk berhenti main-main, nggak lagi tidur dengan perempuan di luaran sana, nggak asal nyosor kalau ketemu perempuan yang bagi pandangan kamu cukup menarik, tutup pandangan kamu dari perempuan lain dan cukup hanya lihat aku, apa kamu mau? Apa sanggup menahan semua godaan itu yang udah kamu lakukan jauh sebelum kita menikah?"

Satu, dua, empat puluh detik tidak ada sahutan dari Axton, alhasil Anyelir membuat jawabannya sendiri.

"Pasti nggak bisa."

Anyelir terkekeh singkat. Menggeliatkan lengannya hingga berhasil terlepas. Melempar tatapan dingin pada Axton yang sudah mengepalkan kedua tangan.

"Jangan lagi ikut campur urusan hidupku di luar skenario yang sudah kita sepakati. Kita memang suami-istri, tapi posisinya tentu beda dengan pasangan lainnya. Kamu harus selalu ingat dan pegang kuat-kuat, jangan melanggar batasan masing-masing. Sampai kamu berulah lagi kayak tadi, aku nggak segan minta pisah detik itu juga," tandas Anyelir melenggang pergi dengan langkah lebar-lebar. Meninggalkan Axton yang kontan menggebrak kesal meja makan. Membebaskan emosinya yang sukanya meledak-ledak.

"Damn it, Anyelir."

Terpopuler

Comments

Samsia Chia Bahir

Samsia Chia Bahir

egois brarti axton 😫😫😫😫😫

2023-11-01

1

elisabeth male

elisabeth male

🤣😅😂😆anda trciduk paksu

2023-10-06

0

elisabeth male

elisabeth male

😁😆🤣😅paksu..beraninya mencibir diblakang istri ya,,tapi bikin gemes sih,tipis²type suami takut istri

2023-10-06

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!