Bab 4. Pertemuan Bu Anissa dan Papa yang tidak direncanakan.

Saat keduanya tengah asyik berbincang singkat, mata Tika tiba-tiba tertuju pada sesosok wanita yang sedang mendorong motornya di pinggir jalan. Sesekali wanita itu tampak berhenti untuk mencoba menyalakan motornya kembali. Namun, hal tersebut agaknya sia-sia karena dia kembali mendorong motornya.

Tika semakin menajamkan penglihatannya kala mobil mereka melewati sosok itu.

"Pa, Pa, berhenti Pa!" pekik Tika setelah yakin bahwa wanita yang mendorong motor tersebut adalah Bu Anissa. Gadis itu pun segera meminta ayahnya untuk memundurkan mobil mereka dan berhenti persis di sebelah Bu Anissa.

"Bu Anissa!" panggil Tika seraya turun dari mobil.

Bu Anissa yang terkejut lantas mengalihkan pandangannya. "Artika!" seru wanita cantik itu.

"Ibu kok, dorong-dorong motor? Memang motornya kenapa Bu?" tanya gadis itu.

"Ahh, ini ... motornya tidak mau menyala. Ibu tidak mengerti mesin, jadi Ibu ingin mendorongnya sampai bengkel." Jawabnya kemudian.

Ari pun ikut turun dari mobil. Tika lantas saling mengenalkan mereka berdua.

"Motor Bu Anissa mogok, Pa," ujar gadis itu dengan wajah memelas.

"Kalau begitu, boleh saya periksa motornya Bu? Barangkali ada yang kabel yang kendur atau businya kotor," ujar Ari menawarkan diri.

"Boleh, Pak. Aduh, saya malah jadi merepotkan," kata Bu Anissa tak enak hati.

"Tidak apa-apa." Setelah berkata demikian, Ari pun mengambil alih motor tersebut, sementara Bu Anissa berdiri di sebelah Tika.

Dalam hati Tika berharap motor tersebut tidak bisa diperbaiki oleh ayahnya, karena dengan begitu dia bisa menawarkan tumpangan pada wanita yang telah menjadi targetnya itu.

"Sepertinya kondisi motor Ibu kurang baik dan harus segera dibawa ke bengkel. Kapan terakhir kali motor ini di service?" tanya Ari yang baru saja berdiri dari posisinya.

Wajahnya yang tampan dan jarak mereka yang dekat membuat Bu Anissa sedikit salah tingkah.

Bu Anissa lalu tertawa meringis. "Sudah lama sekali. Kesibukan membuat saya lupa untuk memerhatikan hal lain, termasuk kendaraan."

"Ah, begitu rupanya. Kalau begitu, Anda harus membawanya segera ke bengkel," kata Ari. Dia pun meminta Bu Anissa untuk menunggu di sana selagi salah seorang bawahan Ari dimintai tolong untuk menemaninya.

"T tidak perlu, Pak. Bengkelnya paling-paling juga sudah dekat, jadi biar saya sendiri saja!" sergah Bu Anissa tak enak hati. Keduanya pun sempat berdebat kecil, karena Anissa tidak berkenan dibantu, meski Ari terus menuntut.

"Begini saja!" kata Tika tiba-tiba. "Motor biar titipkan dulu di ... ah, minimarket sana, biar karyawan Papa yang mengambilnya nanti, sementara itu Bu Anissa ikut kita. Biar kita yang antar Ibu ke sana ya Bu?" sambung Tika memberi usul.

Tak ada yang tahu bahwa itu adalah bagian dari rencana yang terlintas di kepala Tika tiba-tiba.

Bu Anissa sebenarnya sempat menolak, tetapi berkat kekerasan hati Tika, dia pun lantas menerima bantuan tersebut. Terlebih Ari ikut membuka suaranya.

Tika tentu saja merasa senang dengan keputusan Bu Anissa. Tampaknya Dewi fortuna sedang berpihak pada gadis remaja itu.

Tak ingin menyia-nyiakan kesempatan, Tika segera menuntun Bu Anissa untuk duduk di depan persis sebelah ayahnya. Sementara gadis itu dengan senang hati bergeser ke belakang.

"Tidak Tik, Ibu di belakang saja," ujar Bu Anissa merasa tak enak.

"Tidak apa-apa Bu, saya memang maunya di belakang, cuma nggak enak kalau papa di depan sendirian macam supir pribadi."

Mendengar itu, Bu Anissa terkikik kecil, sedangkan Ari hanya bisa meringis mendengar celetukan kurang ajar anaknya itu. Anissa pun meminta izin untuk mengambil tempat putrinya pada Ari.

"Silakan Bu, tidak apa-apa," ucap Ari ramah. Dia segera membantu Bu Anissa naik ke dalam mobil dan menutup pintu. Saat Ari hendak memutar menuju pintu kemudi, dia mendapati tatapan penuh arti yang dilayangkan sang putri tunggalnya.

"Jangan mikir macam-macam kamu ya?"

Tika mengangkat kedua bahunya tinggi-tinggi. "Nggak kok, Pa, cuma satu macam aja!" jawab Tika sembari cepat-cepat masuk ke dalam mobil demi menghindari sang ayah.

"Maaf ya Pak, Artika, saya jadi merepotkan," ucap Bu Anissa ketika mereka semua sudah berada di dalam mobil.

"Tidak apa-apa Bu, santai saja," jawab Tika dengan mimik wajah penuh kegembiraan. Matanya kemudian melirik pada spion tengah, di mana sang ayah ternyata sedang memandanginya kesal.

Ketiganya kemudian berbincang-bincang kecil membicarakan sekolah, terutama bagaimana Tika di sana.

Objek yang sedang dibicarakan tentu saja senang karena Bu Anissa menceritakan dirinya yang baik-baik. Meski canggung Bu Anissa pun terlihat nyaman berbicara dengan Ari.

Sesekali mereka tak sengaja bersirobok, yang langsung membuat Bu Anissa sedikit salah tingkah dan membuang muka.

Hal tersebut benar-benar manis di penglihatan Tika.

"Bu, Tika boleh tanya sesuatu nggak?" tanya Tika tiba-tiba.

Mendengar itu, Ari memicing melalui kaca spion tengah. Namun, Tika sengaja pura-pura tidak menyadarinya.

"Tanya apa Artika? Silakan saja." Jawab Bu Anissa lembut.

"Ibu sudah punya pacar belum?" tanyanya lagi. "Habis Tika lihat Ibu selalu pulang pergi sendirian naik motor. Apa pacar Ibu sibuk bekerja?" sambungnya cepat. Gadis itu ingin memastikan bahwa wanita yang akan dijodohkan dengan sang ayah bukan lah milik orang lain demi menghindari hal-hal yang tidak diinginkan di masa depan.

Mendapat pertanyaan demikian dari anak didiknya membuat Bu Anissa salah tingkah, terlebih pertanyaan tersebut diajukan Tika di depan ayahnya. Ingin sekali Bu Anissa tidak menjawab, tetapi dia takut menyinggung Tika.

"Ibu tidak punya pacar, Artika," jawabnya singkat.

Wajah Tika lagi-lagi berubah sumringah. Entah sudah berapa kali gadis itu tersenyum-senyum sendiri di sana.

"Itu terlalu pribadi Tika. Jangan tanyakan hal-hal seperti itu, tidak sopan!" Ari yang jengkel segera menegur putri semata wayangnya tersebut. Pria itu kemudian mengalihkan pandangannya pada Bu Anissa. "Maafkan Tika ya Bu, dia memang anak yang terkadang suka tidak bisa menahan diri kalau sedang penasaran," katanya kemudian.

Bu Anissa tertawa kecil. "Tidak apa-apa Pak, lagi pula bukan hanya Artika saja yang menanyakan hal seperti ini kok."

Di belakang, Tika hanya memajukan bibirnya.

Terpopuler

Comments

dike airlngga

dike airlngga

kepala anisa ap kepala tika thor

2023-05-25

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!