Sekarang aku ada di gedung acara pertunangan Iqbal dan Rara. Kulihat Rara tampak bahagia dengan mengenakan gaun putih. Aku kesini bersama Bang Rehan. Kak Diego sepertinya sibuk, sudah tiga hari ia tak mengabariku, dia juga tidak membalas pesanku.
Acara dimulai dengan sangat meriahnya, dengan ratusan para tamu undangan, juga dengan dekor ruangan yang sangat megah, dan sekarang, tibalah saatnya, pihak laki-laki yang memberikan sambutan. Saat menikmati acara itu, kembali kumelihat seorang lelaki yang sekilas sedang berjalan keluar ruangan. Seorang lelaki yang kucurigai adalah lelaki yang sama, yang ada dilokasi kejadian, sesaat setelah Kak Diego mengalami kecelakaan.
Aku berjalan mengikuti lelaki itu, ralat, aku sekarang pergi ke arah yang kurasa habis didatangi oleh orang itu. Sepertinya dia kesini untuk menemui seseorang. Tidak mungkin, dia secara sengaja datang ke tengah acara ini. Apalagi dengan memakai pakaian serba hitam, juga penutup kepala. Jadi, sulit untukku melihat wajahnya.
Secara tak sengaja, aku melihat Kak Diego keluar dari ruangan. Apa yang Kak Diego lakukan di sini? Apa dia,.. hei, itu tidak mungkin. Kedatangan Iqbal mengejutkanku, hampir saja aku ketahuan sedang mencoba mengikuti Kak Diego.
“Lin, ngapain kamu disini?." tanya Iqbal mengejutkanku.
“Oh, aku--, aku mau ke toilet, tapi salah jalan, kamu sendiri, ngapain di sini?.” kataku berbohong, sekaligus mengalihkan pembicaraan. Iqbal menatapku, mungkin itu terdengar sedikit tidak masuk akal. Karena letak toilet sudah jelas kulewati saat kesini.
“Aku dari toilet, disitu toiletnya kalau kamu gak tahu,” jelasnya, aku membalas ucapannya tersenyum, dan berpura-pura ke toilet agar Iqbal tak curiga. Setelah memastikan Iqbal pergi, aku baru keluar dari persembunyianku.
Saat akan kembali bergabung, aku melihat Kak Diego sedang duduk bersama seorang wanita, Bukannya itu wanita ada di lapangan waktu itu? Yang kalau tidak salah, kuingat bernama Marshanda. Mereka tampak sangat akrab, siapapun yang melihatnya, pasti akan berpikir mereka memiliki hubungan spesial. Aku ingin, menghampiri mereka tapi khawatir aku salah.
Bang Rehan berjalan menghampiriku, aku pun panik dibuatnya. Aku berusaha mengalihkan perhatiannya agar tak melihat ke arah Kak Diego, karena akan jadi masalah nantinya. Aku berpura-pura tidak melihat ponselku dan memintanya membantu mencari.
“Bang, ponsel gue gak ada. Mungkin ketinggalan waktu tadi dimeja, cariin,” kataku dengan nada sedikit manja. Mendengar itu, Bang Rehan hanya bisa mengangkat tangan dan pasrah. Semenyebalkan apapun Bang Rehan, dia paling tidak bisa menolak permintaanku.
Selepas kepergian Bang Rehan, aku masih melihat Kak Diego sedang sibuk bercengkrama dengan wanita itu, aku mengambil ponselku, dan mencoba menghubungi Kak Diego. Untuk sesaat, dia menatap ponselnya tapi setelah itu dibiarkan begitu saja.
Aku berlalu pergi, kembali bergabung ditengah acara. Aku sangat kesal dengan Kak Diego. Bayangkan saja, dia tidak menghubungiku, tapi sedang bersama wanita lain. Mataku tak sengaja melihat ke arah Rara, sepertinya dia menangis dan juga menahan marah. Seketika, seisi ruangan tampak kacau. Aku dibuat tak mengerti dengan hal ini. Bagaimana tidak, acara yang sesaat aku tinggalkan masih dengan suasa meriahnya kini berbanding sebaliknya.
Para tamu undangan sibuk menyaksikan apa yang tengah terjadi? Ada apa ini? Perasaan aku baru saja pergi, sekembaliku semuanya tampak sudah seperti ini, kenapa Rara menangis ditengah acara bahagianya!? Kenapa juga orang tua Rara tampak sangat marah? Rasa keingintahuanku sangat melambung tinggi.
“saya minta maaf, serta menyesal. Karena tidak bisa melanjutkan ini. Saya juga tidak menduga akan terjadi hal seperti ini,” ucap Iqbal membuka pembicaraan.
Rara berlari keluar dari tengah acara, dengan berderai air mata. Serta diikuti oleh kedua orang tuanya. Apa? Iqbal membatalkan pertunangannya!?, tapi kenapa? Aku begitu bingung dengan hal-hal yang sedang terjadi akhir-akhir ini.
Ayah Iqbal tampak sangat marah juga tampak sangat malu, dia pun pergi dari sana. Meninggalkan Iqbal dan Bundanya. Bundanya juga sangat terkejut, tapi bedanya, dia minta maaf kepada para tamu undangan, juga mencoba mengerti akan situasi anaknya. Beberapa petugas, meminta beberapa para wartawan untuk tidak meliput. Jika mereka tetap memaksa, maka mereka secara pribadi akan menuntut.
Para tamu undanganpun meninggalkan acara tersebut, ada yang kesal karena sudah membuang waktu dengan acara itu. ada juga yang biasa saja, ralat, maksudnya tidak menunjukan kekesalan pada pihak keluarga. Karena tahu, bahwa mereka hanya pebisnis kecil di banding dengan Ayah Iqbal.
Kini, bunda Iqbal yang bersuara setelah terdiam beberapa saat. Istri dari pengusaha ternama di jakarta itu berusaha berbicara dengan putranya. Ia juga putri dari keluarga kaya. Dia pun memiliki banyak kolega. Dia adalah seorang ibu yang tegas juga sangat menghormati suaminya.
Aku sendiri masih berdiri disana, mencari keberadaan Bang Rehan. Yang sejak tadi tak kunjung kulihat.
“Bunda, Iqbal punya orang lain, maafin Iqbal,” kata Iqbal secara tiba-tiba. Aku sendiri masih berdiri disana. Entah kenapa, mencari Bang Rehan rasanya bukan satu-satunya alasanku tetap disana.
“Kita pulang dulu, Ayahmu sudah menunggu dirumah.” ucap Bundanya. Sementara Iqbal kulihat menghembuskan nafasnya berat.
***
Acara pertunanganku dengan Rarapun aku batalkan seperti janjiku. Aku akan bertunangan dengannya, tapi tak benar-benar melakukannya. Kulihat Rara tampak sangat marah, dia juga menangis. Rara berlalu pergi tanpa mengucapkan apa pun, Mama dan Papanya pun sama.
“Iqbal tahu, Ayah pasti marah, Bunda!."
“Kita pulang dulu,” ucap Bunda.
“Apa Bunda sangat menyukai Ayah?.” tanyaku menggoda Bunda.
“Apa yang kamu bicarakan!.” ucap Bunda acuh, seakan tidak suka dengan pertanyaan yang sedang kuajukan. Kami telah sampai dirumah dan segera berjalan memasuki rumah. Benar saja, kulihat Ayah tengah berdiri dengan murkanya. Aku tahu, ayah merasa sangat malu juga sangat marah atas kejadian hari ini. Aku tiba-tiba membatalkan pertunanganku dan Rara didepan semua tamu undangan, termasuk didalamnya dihadiri oleh kolega bisnis Ayah. aku mengerti tentang ini semua.
“Iqbal sini Kamu, apa kamu tahu apa yang kamu lakukan?, kamu mempermalukan Ayah didepan kolega bisnis kita,” kata Ayah membentak.
“Iqbal minta maaf, Yah, tapi Iqbal tidak suka dengan pertunangan ini,”
“Tapi kamu sendiri yang menyetujui ini, dan bersuka rela mempercepat pertunanganmu dengan Rara, dan sekarang kau bersikap seolah kau dipaksakan.”
“Iya, iqbal sengaja, ini hukuman untuk Rara.”
“Apa yang sudah Rara lakukan, sampai kau melakukan ini, kau tidak lebih baik dari Diego!." kata Ayah dengan berteriak.
“Berhenti membandingkan putraku dengan putramu itu,” ucap Bunda tak kalah membentak. Aku berlalu pergi kedalam kamar, aku mendengar ayah memakiku. Aku bahkan tidak peduli dengan keributan diluar. Ya, tadi Ayah menyebut Diego. Dia kakak tiriku, kami memiliki Ayah yang sama tapi berbeda ibu, dia tidak tinggal dengan kami sejak kami tinggal disini. Dia juga tidak menjalin hubungan yang baik dengan kami.
“Dasar, anak tidak normal, berkepribadian ganda,” umpat ayah terus memaki.
Ya, aku tahu, mereka selalu menyebutku tidak normal, dan berpribadi ganda. Kala suasa hati Ayah sedang tidak baik. Aku rasa itu dimulai oleh Diego, dia yang mengatakannya. Ayah juga tidak pernah memihakku. Kami tinggal bersama hanya karena aku anak Bunda.
Aku tidak tahu mengapa Diego melakukannya, padahal aku tidak melakukan apa-apa, kudengar, mereka mengatakan jangan sampai aku dibuat marah. Sementara aku tidak mengerti sama sekali. Diego membenciku, sangat. Rara juga tentunya mengenalnya. Diego datang ke kehidupanku, menjadi sahabat Bang Rehan, juga mendekati Evlyn, hanya untuk menghancurkanku.
Aku tahu, dia tidak benar-benar melakukannya karena menyukai Evlyn. Saat di taman, dia sengaja mengikuti kami, dan bereaksi seolah-olah dia terluka. Aku hanya diam, aku tahu aku tidak menceritakannya kepada Evlyn. Aku tidak tahu, bagaimana dia membuat Lin tertarik dan menganggap seolah dia tulus. Aku mengetahui semuanya dari Bunda.
Ayah masih berteriak diruang keluarga, dengan bunda di sampingnya yang selalu sabar mendengarnya. Hubungan ayah dan bunda-pun hanya sebatas bisnis.
“Lihat perbuatan anakmu, dia akan membatalkan semua investasi besar pada perusahaan,” ucap Ayah masih berteriak.
“Kau akan menjadikan hidup putraku sebagai hubungan bisnis, berhentilah. Kau melakukannya untuk dirimu sendiri, sejak kapan kau peduli dengannya, aku tidak peduli sekali jika mereka marah.”
“Apa yang kau tahu? Kau hanya ibu rumah tangga.”
“Aku ibunya, aku yang melahirkannya!."
“Sudahlah aku tidak mau tahu, bawa anakmu ke psikiater.”
“Kau pikir anakmu sakit, sekarang?.” bentak Bunda disertai tertawaan. Ayah pergi keluar dengan mengendari mobilnya.
Hubungan keluarga kami tidak baik-baik saja, orang lain tidak tahu itu. kami tampak seperti keluarga bahagia didepan semua orang. Padahal nyatanya, Ayah dan Bunda sudah melepaskan pernikahannya tapi bertahan karena takut reputasi perusahaan terpengaruh.
***
“Bagaimana? Kau sudah tahu, siapa, gadis itu?.” tanya seseorang yang diketahui adalah Rani.
“Ya, Nyonya, itu Evlyn. Berdasarkan pengakuan teman sekolahnya, dia sempat memiliki hubungan dengan Iqbal, tapi entah kenapa, sekarang dia dekat dengan Diego. Dia juga dulunya adalah sahabat Rara.”
“Dulu, jadi maksudmu, sekarang mereka sudah tidak dekat?!."
“Tepat sekali, itu karena, Rara menjauh, dan tiba-tiba bertunangan dengan Iqbal.”
“Menurutmu, apa yang sedang terjadi?."
“Saya sangat menyesal harus mengatakan ini, ini ada kaitannya dengan Diego, dia sengaja mendekati gadis itu, untuk menjatuhkan Iqbal, juga Iqbal sangat menyukai gadis itu.”
“Jadi, apa saranmu?."
“Kita buat mereka kembali.”
“Baiklah, akan kupikirkan, kau boleh pergi.”
“Baik, Nyonya.”
“Satu lagi, Nyonya.”
“Apa, katakan, apa yang ingin kau ucapkan?."
“Sepertinya Iqbal menyewa seseorang untuk melukai Diego,”
“Apa, apa--, maksudmu?."
“Iya, itu yang berhasil saya selidiki, saya khawatir, gadis itu juga Diego mencari siapa pelaku di balik kecelakaan itu.”
“Baik, tolong atur pertemuanku dengan gadis itu. kau juga, tolong bereskan masalah ini, jangan sampai meninggalkan jejak.”
“Baik, Nyonya, saya permisi.”
***
“Bang Reyhan, nanti gue pulangnya telat. Jemput ya!.” kataku saat masih di gerbang.
“Ok, tinggal hubungin aja, “tuan putri” gue bolos sekarang!."
Seorang pria menghampiriku, dan itu membuatku sedikit takut, karena kondisi sekolah yang sudah sepi. Di karenakan jam masuk sudah di mulai, dan aku yang telat masuk. Tapi kuberanikan diri dan terus berpikir positif, bahwa pria itu bukan orang jahat.
“Apakah Anda nona, Evlyn?.” tanya pria itu.
“Iya, Anda siapa?."
“Seseorang ingin bertemu dengan, Anda. Mari ikut saya!."
“Tapi—,” ujarku terpotong.
“Tenang, saya bukan penjahat,” aku percaya dengan orang itu, dan mengikutinya dari belakang. Aku masuk ke dalam mobil setelah orang itu membukannya untukku.
“Maaf, kita akan bertemu siapa?."
“Sebentar lagi kita sampai,” ucapnya, dan kami berhenti tepat di sebuah cafe, yang tidak jauh dari sekolah. Aku diperkenalkan pada seorang wanita cantik. Aku sepertinya pernah melihatnya, tapi aku lupa, dia tersenyum saat melihatku datang. Pria tadi pamit setelah mengantarkan aku.
“Silahkan duduk,” kata wanita itu.
“Kamu tidak mengenal saya?.” tanyanya padaku. Aku menggeleng. Karena aku tidak ingat bertemu dia dimana.
“Oh iya, Kamu tentu tidak mengenalku. Ini pertamakalinya kita bertemu,” katanya ramah sambil tersenyum.
“Aku minta maaf, sudah mencuri waktumu! Aku, aku dengar kamu dekat dengan Diego?.” ucapnya.
“Maaf, anda siapa? Apa, Anda ibunya Kak Diego?.” tanyaku polos, wanita itu hanya tersenyum.
“Saya butuh bantuanmu!.” katanya kini berubah serius.
“Tentang apa?.” tanyaku memastikan.
Pukul 08 : 00 aku kembali ke sekolah. Aku merasa seperti tidak asing dengan wanita itu, tapi siapa? sepertinya aku pernah bertemu dengannya. Tunggu dulu, bukankah dia wanita di pesta itu? Berarti dia adalah Bundanya Iqbal, tapi kenapa, dia memintaku berhenti untuk mencari tahu siapa pelaku di balik kecelakaanya Kak Diego. Kenapa juga, dia mengatakan itu berbahaya. Mungkinkah dia tahu siapa pelakunya?, tapi ingin menutupinya. Ah, tapi itu tidak mungkin.
Yang paling membuatku bingung, adalah ketika dia mengatakan, Kak Diego dan Iqbal adalah saudara tiri. Mereka memiliki Ayah yang sama, tapi dengan ibu yang berbeda. Sejak kecil mereka tidak dekat. Itu di mulai sejak mereka tinggal disana, Diego memutuskan untuk pergi dari rumah. Ayahnya sangat menyayanginya, tapi tidak kepada Iqbal.
Kau pikir mengapa Diego bisa bertemu denganmu? Apa kau pikir itu kebetulan!. Tidak, itu sudah direncanakan. Dia datang ke kehidupan putraku, dia ingin mengusiknya, ia akan merebut apa-apa yang membuat Iqbal bahagia. Dia menyebarkan sesuatu yang kupikir tidak benar, dia mengatakan bahwa Iqbal itu seperti psikopat, dia berkepribadian ganda. Iqbal memiliki masalah emosi yang tidak stabil.
Kau tahu, bagaimana perasaanku sebagai ibunya? Wanita itu mulai menangis saat menceritakan semuanya. Aku tahu, Iqbalku tertekan, tapi dia tidak mengatakan apa-apa, dia selalu tampil biasa saja, seakan tidak terjadi masalah apa-apa. Putraku yang malang.
Kau tahu, Ayahnya bahkan mengatakan hal itu padanya. Dia memintaku, membawanya ke Psikiater. Orang-orang pikir Iqbal memiliki masalah kejiwaan dan harus segera di tangani. Tapi kau tahu, aku lebih tahu putraku di banding siapapun.
Aku bahkan mendengar kabar, bahwa mereka m mereka menyebarkan kabar tidak benar. Bahwa, Iqbal lah penyebab kecelakaan yang terjadi pada Diego. Mereka mengatakan bahwa Iqbal sengaja melakukannya. Aku bahkan sempat berpikir itu mungkin saja, tapi setelah kuselidiki lebih lanjut ternyata itu murni kecelakaan. Iqbal tidak melakukannya, dia tidak akan melakukan itu kepada Kakaknya. Aku harap kamu bisa membantu Iqbal di saat tak ada yang mempercayainya. Bisakah kamu membantuku? Diego tidak seperti yang kamu lihat, Aku harap kamu tidak salah dalam memutuskan.
Dia mengatakan semuanya padaku, sebelum dia pergi. Entahlah, aku tidak tahu harus apa, mereka tidak mengatakan apa-apa padaku. Apa aku harus memutuskan Diego? Atau aku harus menunggu, sampai semuanya benar-benar selesai? Aku tahu, perasaanku pada Iqbal masih sama, tapi Rara. Bukankah mereka sempat akan bertunangan, meskipun akhirnya Iqbal membatalkan semuanya. Tapi bukankah itu berarti, bahwa benih cinta itu sudah tumbuh di hati mereka.
Aku sungguh bingung akan semuanya, aku tidak tahu, aku harus apa. Aku mencoba untuk menghilangkan semua beban pikiran yang menggangguku, bagaimanapun, aku tetap akan melewati itu semua, bukankah hidup selalu punya masalah?.
Aku sekarang sedang menunggu Bang Rehan untuk menjemputku, tapi dia belum kunjung datang. Padahal aku sudah mengiriminya pesan untuk menjemputku. Jam menunjukan pukul 01:30 menit, aku kembali mencoba menghubungi Bang Rehan lagi, tapi tetap tak ada jawaban. Sementara langit sudah terlihat mendung, dan sebentar lagi akan turun hujan.
“Pulang bareng aku aja, Lin!” tawar Iqbal yang muncul dari belakang.
“Gak usah, Bal, aku nunggu Bang Rehan aja. Lagi pula, dia datang kok bentar lagi,” tolakku halus.
“Tapi bentar lagi hujan turun, Lin, kemungkinan Bang Rehan juga gak datang,” ajaknya sekali lagi. Akupun mengiyakan ajakan Iqbal, lagi pula dia benar, Bang Rehan belum tentu datang.
Dalam perjalanan pulang, tiba-tiba hujan turun seketika. Meskipun sudah di tandai dengan mendung dan angin kencang. dan aku tahu hujan akan turun, tapi tidak tahu jika hujannya akan turun sekarang. Karena hujannya lebat, kami terpaksa mencari tempat berteduh. Sepertinya hujan akan turun lama hari ini.
“Masih mau nungguin Bang Rehan, nih, Lin,” ucap Iqbal sembari tertawa. Aku pun ikut tertawa dengannya. Kami saling menatap, lama. Hingga akhirnya aku memberanikan diri untuk bertanya.
“Bal, boleh gak gue tanya?!” kataku menatap Iqbal.
“Tanya apa?” ucap Iqbal lagi.
“Bal, kenapa—“
“Gue batalin pertunangan itu?” katanya memotong ucapanku. Aku hanya terdiam mendengar itu.
“Kalau Kamu keberatan buat jawab, yaudah gapapa,” kataku pada Iqbal.
“Gue, gak benar-benar tunangan sama Rara, itu semua gue lakuin buat, Lo!”
“Buat gue?”
“Iya, buat Lo, lagi pula Rara punya cowok yang dia taksir,” jelas Iqbal.
“Trus keributan itu?” tanyaku lagi.
“Kita udah ngomong sama mereka, sengaja kita pertemuin, jadinya udah ngerti.”
“Oh ya, ngomong-ngomong, siapa cowok yang Rara taksir.”
“Belum Dia kasih tahu juga!”
“Oh, tapi syukurlah, masalah kalian udah selesai,” ucapku melihat Iqbal.
“Iya, Lin, tinggal Kamu aja yang belum,” katanya tersenyum mendengar ucapannya sendiri.
“Maksudnya?” tanyaku seolah tak mengerti. Tanpa terasa hujan sudah berhenti, kami melanjutkan perjalanan pulang.
“Lin, ada pelangi! cantik,” ucap Iqbal menatapku.
“Mana pelanginya?” tanyaku yang tak melihat ada apa-apa.
“Di bola matamu, Lin,” ucapnya tersenyum.
“Lagu kali, Bal,” ucapku ikut tersenyum melihat tingkah Iqbal.
Sesampainya di rumah, aku beranjak turun dari motor, tentu saja, gak lupa buat ngucapin terimakasih ke Iqbal karena sudah ngantarin. Saat akan berjalan masuk, tanpa sengaja aku berpapasan dengan Rara. sepertinya Rara terkejut melihatku, begitupun aku. Aku sama terkejutnya dengan Rara sekarang. Terlebih kenapa dia datang kerumah, saat aku tak ada? apa yang dia lakukan disini?
Aku dan Rara sama-sama canggung untuk memulai perbincangan. melihat itu, Iqbal sengaja mencairkan suasana dengan mengucapkan sedikit lelucon, yang dapat mencairkan suasana.
“Eh, Mantan, ngapain Lo kesini?” ucap Iqbal pada Rara.
“Apaan sih Bal! gue, cuma, lagi ada urusan sama Bang Rehan!” ucap Rara gugup.
Biar bagaimanapun kami lama sudah tidak berbicara. Aku tahu persis, bagaimana Rara saat jujur atau sedang berbohong. Aku bahkan tahu, bagaimana dia ketika sedang berusaha menutupi sesuatu. Dan aku yakin, saat ini Rara sedang mencoba untuk menutupi sesuatu dari kami.
Aku menatapnya penuh selidik, tapi saat itu, tiba-tiba Bang Rehan muncul dari belakang dan mengatakan jika Rara meninggalkan hp-nya, dan Bang Rehan keluar untuk mengantarkannya.
“Weh, baik banget, Adeknya sendiri di lupain,” kataku pada Bang Rehan .
“Ayodeh, Dek, henfon gue tadi law, jadi gak tahu Lo bilang apa,” jelas Bang Rehan.
“Iya deh, Lin, gak percayaan banget sih!” kini Rara yang bersuara.
“Yaudah Bang, jelasin semuanya ke Evlyn di dalam,” kataku, lantas berlalu pergi ke dalam rumah, dan menunggu untuk mengintrogasi Abang Rehan diruang tamu.
“Waah, dia mengerikan,” ujar Rara yang sempat aku dengar.
“Yah gitu deh, yaudah gue duluan ke dalam,” kata Rehan kepada mereka berdua.
“Yaudah Bal kita pulang, ngapain Lo liatin gue kayak gitu.”
“Bisa jelasin ke gue, punya hubungan apa, Lo. sama Bang Rehan?”
“Yang jelas, Evlyn bakal jadi Adek ipar, gue!”
“Apaa? jadi maksudnya, Lo, sama Bang Rehan, pacaran!”
“Iya, banyak nanya Lo, bal. gue pulang sendirian aja, kebetulan gue bawa mobil kesini!”
“Udah minta maaf loh gue, Dek!” ucap Bang Rehan malas.
“Trus ngapain Rara kesini?” tanyaku penasaran.
“Ya, ada urusan sama gue,” ucap Bang Rehan memberi alasan.
“Ok, tapi intinya, gue gak mau, Rara jadi ipar gue,” kataku acuh dan menekankan pada kata ipar.
“Ya Allah, Dek, ngapain sih Lo,” katanya kesal mendengar ucapanku.
“Pokoknya titik . gak pakek koma,” jelasku lagi.
“Iya, Tuan Putri, iya,” ujarnya mengiyakan perkataanku.
Bersambung,...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 20 Episodes
Comments