Lelaki Baru

Hari ini, tidak seperti biasanya Diego datang ke rumah. Padahal dia biasanya hampir tak pernah kesini, tapi semenjak dia mulai berbicara mengenai Evlyn dan mengakui kekagumannya, kurasa ia mulai tampak berbeda, entah apa yang diharapkannya. Semoga apa yang kupikirkan tidak benar terjadi, dan semoga itu hanya berasal dari pikiranku saja.

"Ngapain kamu kesini?." tanyaku, pada saat dia begitu sampai.

"Memang kenapa? aku tidak boleh yah!." sahutnya.

"Gak gitu, jarang aja lo kesini," ujarku lagi.

“iya sih,” katanya tersenyum ke arahku.

"Yaudah masuk yuk," ajakku pada Diego lagi.

"Adek lo mana?." tanya Diego.

"Ngapain Lo masuk-masuk tanya Adek gue?!."

"Ih, kenapa sih Lo, parno amat!."

"Ya iyalah parno, karena itu Lo juga."

"Sama temen sendiri aja gitu," ucap Diego.

"Tuh Evlin," kata Rehan kepada Diego. Aku yang berjalan didepan mereka pun menghampiri keduanya  di ruang tamu.

"Kenapa, Bang?." tanyaku pada Bang Rehan tanpa melirik ke arah temannya.

"Ini teman abang, mau liat kamu katanya." ujar Bang Rehan menatapku, dan aku langsung menyapa temannya.

"Hai, Kak," sapaku canggung.

"Hai juga, Dek. Kenalin aku diego!." jelasnya sambil mengulurkan tangan. Aku pun membalasnya dengan ikut mengulurkan tangan juga.

"Aku, Evlin, Kak," sahutku pada Diego.

"Eh iya, Abang Lo udah cerita!."

"Kalian mau minum apa?." tawarku.

"Apa aja deh," balas Diego. Akupun mengangguk, kemudian berlalu pergi menuju ke arah dapur.

***

"Rehan, gue mulai suka sama, Lyn!." ucap Diego tiba-tiba. Aku yang hendak mengantar minuman yang kubuat tadipun, tersontak kaget mendengar pernyataan Kak Diego. Aku menghentikan langkahku, dan memilih mengatur posisiku, untuk mendengar percakapan mereka lebih lanjut.

"Diego, Lo gak usah macam macam yah, gue tahu Lo siapa!." ucap Bang Rehan dengan menekankan kalimatnya.

"Iya, gue tahu, tapi beri gue kesempatan." kulihat Bang Rehan hanya diam, dia tampak bingung. Dia tahu Aku sudah menyukai Iqbal, Namun, disatu sisi Diego adalah sahabatnya. Tak ingin berlama-lama, khawatir mereka curiga. Aku memutuskan untuk mengantar minuman kemeja mereka.

"Nih, Bang, minumannya," kataku seolah tak mendengar apa pun.

"Han, gue boleh gak ngomong sama Lin dulu?," pinta Diego. Masih dengan ekspresi yang sama, rehan hanya diam saja. Tampak kekhawatiran di wajahnya.

"Bang, yaudah eh!." kataku seolah tak apa-apa. Abangku hanya mengangguk, lantas berlalu, meninggalkan aku dan Kak Diego di ruang tamu.

"Duduk dulu, Lyn!." kata Diego. Aku pun duduk di kursi yang bersebelahan dengan Kak Diego. Jujur aku merasa tidak nyaman. Kak Diego sebenarnya tidak juga jelek, ia memiliki wajah yang cukup tampan, dengan postur tubuh yang cukup atletis. Hanya saja aku tak nyaman karena dia kuperkirakan seusia dengan Abangku.

"Kakak suka sama? Lo, Dek! Bisa?." tanya Kak Diego. Tiba-tiba saja aku merasa badanku kaku, bibirku seolah tak bisa bergerak. Ada bingung di hatiku, antara cintaku atau perasaan Abangku. Aku diam beberapa saat, meski belum jadian dengan Iqbal, tapi aku merasa, aku sekarang seolah tengah mengkhianatinya, tapi ingatanku tentang Bang Rehan lebih kuat, dia yang merawatku, menggantikan posisi Mama dan Papa.

"Iya," ucapku tiba-tiba. Aku memaksa untuk tersenyum di depan Kak Diego.

"Makasih, yah, Dek!."ucapnya lagi. Aku tak menjawab, Abangku yang tadi keluar. Kini kembali menemui kami.

"Udah selesai?." tanya Bang Rehan kemudian.

"Iya udah, gue sama Evlin udah resmi jadian," kata Kak Diego antusias. Jujur aku kembali dikejutkan oleh ungkapan tiba-tiba Kak Diego. Aku tidak bermaksud begitu tadi. Bang Rehan hanya menatapku, aku pun membalas tatapan mata itu, yang seolah bertanya, “Kenapa, Dek?." Mungkin aku hanya bisa menjawabnya lewat tatapan juga, "demi Abang." Aku tidak mau Abang merasa sungkan pada Kak Diego.

"Yaudah, adek mau ke kamar dulu, Bang," kataku lantas berlalu pergi. Sempat aku dengar  Bang Rehan mengatakan pada Kak Diego “jangan Lo sakitin Adek gue!.” itu yang sempat kudengar.

Aku termenung, menatap langit-langit kamar. Hatiku menangis, mengapa juga Kak Diego harus suka padaku! Apa yang harus kukatakan pada Iqbal?

***

Hari ini seperti biasa Bang Rehan berangkat bersamaku ke Sekolah. Aku memeluknya di sepanjang perjalanan kami seperti biasanya. Hanya bedanya, kali ini tak ada pembicaraan. Mungkin Bang Rehan mengerti perasaanku dan dia tidak menggangguku dengan menghujamkan berbagai macam pertanyaan.

Seorang lelaki yang tak asing bagiku, berdiri didepan kelas. Ya, dia Iqbal! Melihatku, Iqbal pun langsung berjalan menghampiriku, tapi, sebelum Iqbal mendekat, seseorang sudah lebih dulu memegang lenganku.

"Hai, Sayang!" sapa Kak Diego. Netraku masih terfokus jelas pada Iqbal, mendengar itu, Iqbal pun tersenyum sinis, tampak jelas tergambar ada kekecewaan di sana.

"Aku antar ke kelas yuk!" ajak Kak Diego lagi.

"Gak Kak, gak usah!" jawabku masih melihat kearah Iqbal. sekali lagi, Iqbal tersenyum dan langsung berlalu ke kelasnya.

***

"Bal, Lo kenapa? Ngelamun aja dari tadi!" ucap Rara.

"Tanya aja sahabat Lo!" Bel keluar main pun berbunyi, seperti biasa Rara mengajakku ke kantin.

"Ke kantin, yuk, Lin!"

"Males gue, Ra, Lo aja."

"Lo kenapa sih? Berantem sama Iqbal?" tanya Rara. belumku menjawab, Kak Diego sudah ada saja di depanku.

"Hai, Sayang! Ke kantin yuk!" Rara yang mendengar itu pun tersontak kaget.

"Sayang? Maksudnya apa, Lin?!" tanya Rara. Diego yang mendengar itu pun, langsung menjelaskan semuanya, Dan memperkenalkan diri sebagai pacarku. Dari raut wajahnya, Aku tahu Rara marah. dia langsung pergi setelah itu, meninggalkan aku dan Kak Diego. Aku ingin mengejar Rara, tapi ia berlalu pergi dengan begitu cepatnya, kenapa juga Kak Diego harus datang di tempat dan waktu yang salah? Aku kesal dengannya, dia selalu membuatku berada di posisi rumit.

Bersambung,...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!