PRIA Di Toko Bunga

PRIA Di Toko Bunga

Penopang Harap

Hai, perkenalkan namaku Evlyn Cassandra Dewi, sejak kecil aku sudah tinggal beedua bersama seorang kakak laki-laki, Rehan Syaputra namanya. Dari kecil aku sudah tinggal berdua dengan Bang Rehan. Jadi cerita bagimana akhirnya bisa tinggal berdua dengan kakak lelakiku itu karena keluarga kami yang broken home. Orang tuaku memutuskan buat bercerai, yang ending akhirnya aku harus ikut Papa, dan Bang Rey ikut Mama.

Aku adalah anak yang paling manja, dan sedari kecil selalu ikut Bang Rey kemanapun dia pergi. Jadi, Abangku adalah seseorang yang paling tidak bisa jika melihat aku sedih, hingga akhirnya aku dibawa ikut dia. Jadi, jika kamu bertanya, kenapa orang tua kami tidak mencari kita berdua? Aku juga tidak tahu, mungkin mereka sudah tidak begitu peduli pada kita berdua, tapi aku bersyukur memiliki kakak yang seperti kakakku. Bayangkan saja, di usianya yang cukup muda, dia bisa mengurusku tanpa keluhan apa-apa.

Oh iya! Satu hal lagi, kakaku itu resek, menyebalkan, tapi dia care, juga pastinya sangat menyayangiku, dia selalu tampil didepan buat ?mellindungiku, dari gangguan anak nakal lainnya, dan Itu terjadi ketika 15 tahun yang lalu.

“Dek, gimana naskahnya, keterima gak?!.” tanya Bang Rey.

“Gak, Bang. Malah katanya naskahku hancur,” jawabku santai.

“Haha, Aku bilang juga apa dek! Mending gak usah lanjutin,” ejek Bang Rey.

“Apaan sih, Bang, gak lucu tahu,” balasku ketus.

“Terus, kamu gimana sekarang?.”

“Ya aku down-lah, Bang,” jawabku sambil tiduran di meja.

“Yaudah deh, siap-siap sana. Aku mau ngajak kamu jalan. Biar Lo gak malas trus mukanya kayak kucing gitu,” ajak Bang Rehan.

“Eh, apaan sih, Bang,” pekikku, sementara Bang Rehan langsung menarik tanganku mengajak beranjak.

“Iyadeh, aku siap-siap dulu.”    

“Yaudah, aku tunggu kamu didepan aja.”

Bang Rehan ternyata mengajak aku ke mall, itu Abang tahu aja, adeknya yang cantik ini suka belanja. Dalam perjalanan menuju ke mall, aku memeluk Bang Rehan. Buat orang yang tidak tahu, aku dan Bang Rehan Kakak-adek pasti mikirnya kita pacaran.

Setelah selesai belanja, aku dan Bang Rehan memutuskan buat pulang ke rumah. Nah, tahu sendirikan yang namanya pusat perbelanjaan itu selalu ramai. Pada saat kami akan pulang, kami melihat sekumpulan cewek-cewek hitz berjalan melewati kami.

“Eh, Dek, liat tuh cewek, cantik amat!.” kata Bang Reyhan. Sementara aku hanya mendengarnya malas, dan aku memutar mataku bosan.

“Dek, aku mau cari istri,” kata Bang Rey tiba-tiba, sontak membuatku kaget.

“Ih, apaan sih Bang,” kataku memelas.

“Biar ada istri yang ngurusin gue,” sahutnya meyakinkan.

“Loh, aku kan rajin, Bang, kadang aku nyuciin baju lo.”

“Iyaa, tapi lebih sering gue yang nyuci, baju lo juga,” ucap Bang Rehan malas.

“Makanya aku bilang, “kadang”  Bang!. Haha.” kataku sambil nyengir tidak jelas.

“Dasar, Adek gila,” umpat Bang Rehan menarik hidungku gemas.

~~~                                                               

Hari ini aku pergi sekolah bareng Bang Rehan. Kami satu sekolahan, Hanya beda kelas. Bang Rehan kelas tiga SMA, sementara aku masih kelas 2, kami selisih satu tahun saja, sebab itu kami akrab. Ah, kami memang harus akrab, bukan?. Karena kami saudaraan, dan aku adik satu-satunya. Kami sekolah di SMA ternama dijakarta. Sesampainya disekolah, seseorang menghampiriku. Lelaki yang kukenal beberapa hari yang lalu, Iqbal Syafikra namanya.

“Hai, Lin! Mau ke kelas, ya? barengan yuk!.” kata Iqbal. Aku hanya terdiam melirik kearah Bang Rey, Bang Rey yang sengaja berjalan dibelakang aku pun menghampiri kami.

“Ngapain Lo gangguin cewek gue.!” ujar Bang Rey sok cool. Aku yang mendengarnya sedikit tidak terima. What? Ceweknya, sontak membuatku terkejut sekaligus kesal, tapi aku hanya diam saja menatap wajah Iqbal.

“Jadi, Lo udah punya pacar yah, Lin! Oh sorry, gue gak tahu,” ucap Iqbal padaku. Iqbal yang tidak mengetahui aku dan Bang Rey adalah saudara, lantas bergegas pergi menjauh dengan kesalnya. Bang Rey pun hanya tertawa geli.

“Abang apa-apaan sih! Iqbal kan cuma mau nganterin gue,” protesku kesal pada Bang Rey.

“Belain, nih!.” kata Bang Rey sambil mengacak rambutku.

“Ih, Abang apaan sih! berantakan nih rambutku,” ucapku kesal pada Bang Rey, sementara ia hanya tersenyum.

“Aku gak mau ada yang gangguin Kamu! Nanti aku gak ada teman jomblo,” urai Bang Reyhan kembali mengacak rambutku, lalu pergi berlalu ke hadapan teman-temannya.

“Abaaang,..!.” pekikku kesal pada Bang Rey. Dia hanya tertawa sambil melambaikan tangannya. Dasar Abang resek, jeritku.

~~~                                                            

Iqbal adalah seorang lelaki yang dikagumi oleh para gadis dan memiliki fans club karena ketenarannya. Oh iya, satu lagi Iqbal itu kelas 2A sementara aku kelas 2B. Jadi, kelas kami sampingan. Selain itu Iqbal adalah sepupu dari sahabatku, Rara Auderia Putri.

Kata sahabatku yang kebetulan satu ruangan dengan Iqbal, Iqbal itu menyukaiku dan sedang mengincarku. Aku hanya mendengarkan dan mengiyakan penjelasan panjang lebarnya, yang sebenarnya tidak kumengerti. Bagaimana mungkin dia menyukaiku, itu tidak masuk akal sekali, kami hanya kenal baru-baru ini. Ehem, tapi setelah kejadian itu, dia tampak cuek dan acuh padaku, namun, aku membiarkannya saja, lagi pula aku juga tidak menyukainya.

“Lin,” panggil Rara sambil menepuk pundakku. Rara adalah gadis yang kuceritakan, tepat! Dia satu ruangan dengan Iqbal.

“Hei, Ra,” balasku menyapanya. Seperti biasa kami berdua menuju ke kantin. Setelah memesan, kami pun duduk sambil menunggu pesanan.

“Lin, kenapa gitu, cowok, Lo?.” tanya Rara sambil melirik Iqbal yang kebetulan sedang duduk dimeja yang tidak terlalu berjauhan dengan meja kami.

“Tahu ah,” jawabku santai.

“Cieee, yang udah mulai nih,” ucap Rara dengan mengedipkan matanya.

“Hush, apaan sih, Lo.” kami bercerita panjang lebar. Sampai akhirnya aku menceritakan kejadian yang kemarin. Rara tampak senang, karena dia yang paling ingin aku jadian dengan Iqbal, yang merupakan sepupunya sendiri. Kami pun pergi ke kelas, karena bel masuk sudah berbunyi.

~~~                                                            

“Hei, Bal,” sapa Rara.

“Hei juga, Ra,” balasku cuek.

“Lo kenapa sih?, kayak siput tuh muka, galau nih yee.”

“Lo, sih, udah tahu Evlin punya cowok, masih aja, males gue,” ucapku memutar mataku bosan.

“Hahaha, jadi, Lo percaya, itu tuh Abangnya lagi!.” pekik Rara sambil tertawa.

“Serius Lo, Ra?.” tanyaku antusias.

“Dua rius malah,” sahut Rara meyakinkan.

“Jadi, Evlyn belum punya pacar gitu?.” tanyaku penasaran.

“Iya, Bal, belum. ya Allah!.”

“Thanks, ya, Ra,” kataku berlalu pergi dengan semangatnya. aku dengar kata Rara, yang heran melihatku. Aku segera berlalu dan mencari Evlyn. Akhirnya aku melihatnya ada di taman belakang sekolah. Aku menghampirinya, sepertinya dia terkejut dengan kehadiranku yang tiba-tiba.

“Thanks, ya, Lyn,” ucapku tiba-tiba, dia menatapku bingung.

“Kenapa sih, Lo, datang-datang maen terima kasih aja,” ucapnya bingung. Sedangkan aku, hanya tersenyum karena senangnya.

Bel pulangpun berbunyi, seperti biasa saat pulang, Rara selalu menungguku didepan pintu. Atau terkadang aku yang menunggunya. Bagiku dan Rara hal seperti itu sudah menjadi kewajiban, Hihi. Karena kelas kami berdampingan, jadi, siapa yang keluar lebih dulu, maka dialah yang harus menunggu. Seperti saat ini, aku yang menunggu Rara. Sesaat kemudian Rara keluar dari kelas. Namun, Rara terlihat sedikit berbeda. Sepertinya dia sakit, Rara berjalan dengan terus memegangi perutnya. Akupun berjalan mendekati Rara, belum sempat aku bertanya, Rara sudah berlari ke arah toilet.

“Lin, Lo pulang sendiri aja ya, gue sakit perut,” teriaknya dari kejauhan.

“Tapikan, gue udah larang Bang Rey buat jemput! masa harus suruh jemput lagi,” balasku berteriak pada Rara yang sudah hilang di kejauhan. Tak sadar, Iqbal ternyata berdiri disana, Iqbal yang melihat itupun, berjalan menghampiriku.

“Pulang bareng aku aja,” tawarnya.

“Ga usah, gue tunggu Rara aja,” tolakku.

“Rara bohong! itu akal-akalan dia aja, biar kita bisa pulang bareng,” jelasnya tersenyum.

“Terus, Rara?”

“Dia pulang lewat pintu belakang,” jelas Iqbal.

“Jadi, Rara bohong gitu?.”

“Tanya terus, jadi pulang gak!.” kata iqbal berlalu meninggalkanku.

“Ehh, tunggu!.” teriakku pada Iqbal. Dia hanya tersenyum, kami pun sampai di tempat parkiran. Iqbal memberiku helm, dan aku langsung memakainya. dalam perjalanan pulang, Iqbal melajukan motornya kencang. Akupun memukul bahunya.

“Pelan-pelan dong, ntar aku jatuh gimana.”

“Makanya peluk,” ucapnya sambil melirik ke belakang.

“Dasar mesum,” sahutku kembali memukul bahunya. Iqbal hanya tersenyum melihat tingkahku. Akhirnya kamipun sampai dirumah, tanpa mengatakan apa-apa, aku pun langsung berjalan masuk, tapi Iqbal menarik tanganku.

“Apaan sih maen pergi aja,” sahutnya.

Abang Rehan yang melihat itupun, berjalan kearah kami, Dan,..

“Ehem,” ngapain-- ,"

“Ngapain Lo nganterin cewek gue, maksudnya?!."kata Iqbal memotong ucapan Bang Rehan. Aku yang mendengar itupun tertawa.

"Jadi Lo udah tahu, kalo gue abangnya," tanya Bang Rehan.

"Udah tahu Bang, gue salut sama Abang! Yang ngelakuin hal sederhana buat jaga Evlin."

“Alah modus Lo!” sahutku.

“Modus banget malah,” tambah Bang Rehan.

“Idih! ngapain Abang ikut-ikut,” sahutku pada Bang Rehan.

“Biar aja!." celetuk Bang Rehan. Iqbal yang mendengar itupun terdiam, melihat ekspresi wajah Iqbal, Aku dan Bang Rehanpun tertawa. Iqbal yang melihat itu, mungkin merasa bingung dengan tingkah kakak-adek ini. Namun, akhirnya Iqbalpun ikut tertawa.

“Oh iya, Dek, gue mau keluar bentar, Lo jangan kemana-mana.”

“Siap, Bos!.” sahutku dengan gaya hormat.

“Gue duluan yah, Bal,” pamit Bang Rehan pada Iqbal.

"Iya Bang," Bang Rehanpun berlalu pergi, meninggalkan kami berdua, aku dan Iqbal.

"Yaudah Lin, aku pulang dulu."

"Gak masuk dulu nih," tawarku.

"Lain kali aja, gak enak, gak ada Abang Lo."

"Oh, yaudah," balasku ketus.

"Jangan kecewa gitu dong, nanti aku gak mau pulang," kata Iqbal menahan tawa.

"Ih apaan sih, gak jelas, Pulang sana."

"Yaudah aku pergi dulu, bye Honey,” kata Iqbal kemudian berlalu.

\*\*\*                                                               

Sementara ditempat lain terlihat banyak pemuda yang sepertinya sedang menunggu kawanannya yang lain. “Rehan mana sih? Dari tadi kita tungguin gak muncul-muncul!."

“Eh, itu si Rehan!." kata Diego. Diego adalah salah seorang teman sari rehan.

"Hai, Bro!." sahut Rehan.

"Kemana aja, baru muncul," ucap Diego.

"Ada gue."

"By the way, Adek Lo, Lina, cantik juga ya!"

"Evlin, adek gue."

"Ya itu sudah," balas Diego.

"Kenapa Lo, tanya-tanya adek gue! Jangan macam-macam Lo yah, ntar gue hantam," ancam Rehan kepada Diego. Rehan yang mengenal dekat Diego, tahu persis bagaimana Diego, dia seorang playboy yang senang bermain-main dengan wanita. Rehan khawatir jika Diego sedang mengincar adeknya.

"Iya tenang aja," sahut Diego dengan senyum sinis khasnya, menatap ke arah Rehan yang sekarang juga tengah sedang menatapnya.

\*\*\*

“Dek, Lo pacaran yah, sama—, siapa namanya?.” tanya Bang Rehan.

“Iqbal Bang, Iqbal.”

“Yah santai aja lagi, Dek, gak usah kek mau makan aku gitu.”

“Idih, siapa juga yang mau makan Abang, dagingnya keras,” sahutku melarikan diri. Bang Rehan yang mendengar itu pun mengerjarku. Tak butuh waktu lama, Bang Rehan sudah menangkapku dan menggelitikku.

“Haha, ih Abang udah, bisa mati aku,” kataku menahan geli.

“Makanya gak usah jail jadi orang.” Setelah kelelahan berlari, kami berduapun memutuskan untuk duduk diteras rumah. Hening beberapa saat, Bang Rehan memecahkan keheningan dengan pembicaraan seputar Iqbal.

“Dek, Iqbal itu kelihatannya anak baik-baik.”

“Apa sih Bang, tiba-tiba bahas Iqbal aja,” kataku salah tingkah.

“Lo, suka yah, sama Dia?” kata Bang Rehan menatapku.

“Jelas gaklah,” sahutku menahan malu.

“Gak gimana cobak, orang pipi merah gitu,” sahutnya menggodaku.

“Abaaaang,” teriakku memekik telinga.

“Ga usah teriak gitu juga kali, Dek! Lo sangka gue budek apa,” katanya sambil menarik hidungku. Aku yang mendengar itu hanya nyengir sok imut depannya.

“Lo suka juga gapapa, abang cuma pengen Lo dapet laki-laki yang bisa jaga Kamu,” lanjutnya lagi. Aku yang mendengar penuturan terakhir dari Bang Rehan pun terharu dan langsung memeluknya.

“Abang yang terbaik!.” kataku masih memeluknya. Tak terasa air mataku jatuh, menyadari hal itu Bang Rehan mengusap punggungku.

“Lo nangis yah, Dek!” katanya memastikan. Tak harus menunggu jawabanku, Abang yang mengerti hal itu pun semakin membenamkan Aku di dada bidangnya. Begitupun aku, aku juga semakin memeluknya erat.

“Dek, udah ya, gak bisa nafas gue,” ucap Bang Rehan. Melihat Aku yang tak menjawab sama sekali.

“Hmmm dasar, kebiasaan suka tidur anak ini,” samar kudengar Bang Rehan mengucapkan itu.

\*\*\*

Aku terbangun dari tidurku, Aku terkejut mendapatkan diriku sudah terbaring di atas tempat tidur. "Kapan aku nyampe disini? Perasaan tadi lagi sama Bang Rehan. Ah, mungkin Bang Rehan yang ngantar aku kesini," gerutuku pada diriku sendiri. Kulirik hpku, kulihat ada sebuah pesan masuk dari nomor baru, dan isi pesannya:

¤¤¤¤

§  082453112xxx :

v  Hai, Honey,.!

¤¤¤¤

Tak perlu kutanya itu siapa, aku langsung tahu kalau itu dari Iqbal. Aku yang mendapat pesan seperti itu sangat senang. Mungkin saja, aku sudah mulai menyukai Iqbal. Akupun membalas pesan itu, tapi tak menunjukan jika Aku senang mendapat sms darinya.

"Apaan sih, Bal," balasku cuek.

"Idih, tau aja Lo ini gue, padahal belum di kasih tahu, rindu yah?!." balas Iqbal lagi. Akupun sengaja tak membalas pesannya, nanti Iqbal pikirnya aku suka sama dia lagi, yah meskipun itu dapat dibenarkan.

Akupun memutuskan untuk menemui Bang Rehan, saat berjalan menuruni tangga. Mataku langsung terpusat keruang tamu, di situ kulihat ada Iqbal. Tak menunggu lama, Akupun langsung memundurkan langkahku. Pelan, agar tak terdengar oleh Iqbal dan juga Bang Rehan. Sesampainya di kamar, Aku pun langsung menuju ke kamar mandi untuk mencuci mukaku, yang tadi tak sempat kubasuh. Kemudian aku menuju lemari baju, untuk memilih pakaian mana yang akan aku kenakan sekarang.

Setelah selesai bersiap, Aku pun berpura-pura tengah sedang membaca buku di meja belajarku. Karena kutahu, Bang Rehan akan memanggilku. Dan benar saja, sesaat kemudian kudengar suara langkah kaki menuju kamarku. Akupun makin berpura-pura sibuk dengan kegiatanku, dan seolah tidak memperhatikan ada yang datang. Bang Rehan membuka pintu, dan dia melihatku tengah sibuk membaca.

"Dek, gue tahu, Lo, bohong, Lo udah tahukan dibawah ada Iqbal," kata Bang Rehan.

"Ih Abang, apaan sih, sok tahu betul," sahutku salah tingkah.

"Iya yang gak, tapi pipinya merah kayak gitu," balasnya lagi. Aku pun semakin salah tingkah di buat oleh Bang Rehan.

"Yaudah yuk," ajak Bang Rehan. Akupun menggangguk. Kami berdua pun berjalan menuju lantai bawah, untuk menemui Iqbal. Dengan aku yang berjalan mengikuti Bang Rehan di belakang.

"Bal, nih cewek Lo, udah siap dari tadi ternyata," kata Bang Rehan cekikikan.

"Abanggg," teriakku memenuhi ruangan.

"Iya-iya, canda aja aku Bal," ucap Bang Rehan melirik ke arah Iqbal. Wajahku seketika menjadi panas, sementara Iqbal hanya tersenyum melihat tingkah kami.

Abang Rehan adalah orang pertama dan satu-satunya orang yang paling kusayangi, tanpa dia mungkin sekarang kehidupanku akan menjadi sangat tidak jelas. Karena aku tidak ingin tetap tinggal bersama orang tuaku, karena waktu saat kami bersama hanya mereka isi dengan keributan, keributan, dan keributan setiap harinya.

Aku juga sudah tak ingin mengingat tentang mereka, karena hari-hari yang kujalani saat disana hanya tentang kebencian, orang tuaku tak lagi memberikan cinta seperti keluarga lain yang kuharapkan, tapi Abangku membawaku menjauh dari sana, kami pergi ke tempat dimana hanya ada kebahagiaan disana. tak ada luka, yang harus menyayatmu setiap hari. Abangku memberikan semuanya untukku, tawa, cinta, dan kebahagiaan.

Dia menjagaku, menggantikan tugas mereka yang tak bisa memberikannya, aku bersyukur memiliki seorang kakak yang hangat, dan penuh kasih. Ia selalu menjagaku dan melindungiku. Suatu hari, aku ingin melakukannya, aku ingin membalas kebaikan yang telah kakakku lakukan untukku.

Saat dia tak bisa, aku akan melindunginya. Meski tak kuucapkan tapi aku sangat berterima kasih. Hal-hal seperti itu memang sangat sulit untuk di ucapkan, kau pun pasti pernah merasakannya. Ingin berterima kasih pada seseorang, tapi tidak tahu harus memulainya dari mana.

                                                             

Bersambung,....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!