KLEK
Di kelas kosong, Ethan mengunci ruangan ini. Hanya berdua bersama Valerie.
“Apa? Kamu masih marah karena aku ngadu ke Tante Ayu dan Uncle Bobby? Kamu memang nakal tahu engga? Mabuk-mabukan, aku engga suka ya.” celoteh Valerie, kedua tangannya menyilang di depan dada.
“Ck, engga suka? Memang apa yang kamu suka dari aku? Jawab Vale!” demi cinta, bibir Ethan nekat sekali bertanya, dia tidak menyiapkan mental jika tanggapan Valerie tidak sesuai. “Lemah lo Ethan, goyah lagi. Mana janji lo untuk lupain Valerie?” perang batin Ethan.
“Engga ada. Puas? Awas! Aku engga mau terlambat masuk kuliah pertama.” Tukas Valerie merapikan penampilan yang sedikit berantakan.
“Lalu apa arti kebersamaan kita selama belasan tahun?” Ethan merasa perlu mendapat jawaban pasti. Kenapa gadisnya pergi begitu saja dan menerima pria lain?
“Kita teman dan selamanya akan tetap begini.” Bukan jawaban yang ingin didengar, kata-kata itu menghujam kuat ke dalam jantung Ethan Adrian Armend.
“Teman? Dia bilang teman? Mungkin memang benar, kalau gue gak ada artinya sama sekali. Takdir lo jelek banget, Ethan. Tapi satu hal yang harus dia tahu, gue Ethan Adrian engga akan melepaskan semudah itu. Gue bersumpah bikin lo bertekuk lutut.” Dada Ethan bergemuruh. Bertekad menaklukan gadisnya.
“Ok, fine. Teman … gue engga mau jadi teman lo, Vale! Tunggu aja, sebentar lagi lo pasti jadi milik gue.” Lanjutnya dalam hati, obsesi? Ya gila memang, tapi itulah Ethan teramat sangat menginginkan sahabat kecilnya menjadi kekasih hati, bahkan istri di masa depan.
“Ya teman.” Sengit Valerie sengaja menabrak bahu sahabatnya, cukup keras dan sekuat tenaga.
Tubuh Ethan mundur dua langkah. Perih? Iyalah. Tidak bisakah Valerie sekali saja menatapnya? Dia juga bingung kenapa hatinya tetap mengharapkan gadis itu. Jujur saja, benci akan rasa cintanya yang terlalu besar terhadap Valerie.
Ethan mengikuti dari jauh, dia menjadi lelaki bayangan yang menjaga pujaan hatinya. Bahkan melupakan tujuan utama hari ini mengikuti perkuliahan. Masa bodoh, kalau harus mengulang mata kuliah karena terlambat masuk kelas.
Setelah memastikan Valerie aman, dia berlari menuju gedung lain. Dengan santai Ethan mengetuk pintu, tidak peduli tatapan tajam dosen seakan menguliti.
“Izin terlambat, dari toilet, sakit perut Pak.” Alasan Ethan diterima. Otaknya memang cerdas, terbukti bisa menyelesaikan kuis sangat mudah dan cepat, lagi-lagi menambah pesonanya di mata gadis teman satu kelas.
Jam pelajaran telah selesai, sangat membosankan, lebih baik bermain game menggunakan laptop atau handphone, pikir Ethan. Namun apa yang membawanya bertahan hingga akhir? Jawabannya hanya satu, keberadaan Valerie. Iya ketua geng ini menunggu di area parkir, menyandarkan punggung di badan mobil.
‘Ethan, jangan lupa nanti malam, One Vision siap di arena. Jangan terlambat ya.’
Salah satu anggota gengnya mengingatkan kalau hari ini jadwal penting D’Dragon mengalahkan kelompok lain yang berusaha merebut daerah kekuasaan.
“Oh santai bro.” Jawab Ethan santai, balapan sudah menjadi olahraga malam apalagi diselingi pertengkaran, membuat adrenalin terpacu.
Bosan menunggu, Ethan mengeluarkan ponsel memeriksa jadwal e-sport berikutnya, karena uang jajan sudah menipis.
Dia tidak pernah mengemis kepda kedua orangtua, hanya uang saku, harus bisa mencari sendiri. Terkadang bekerja paruh waktu di bengkel, sembari mengisi waktu luang.
“Pasti kamu mau numpang, iya kan?” tanya Valerie, tiba-tiba muncul seperti mahkluk tak kasar mata.
“Ga boleh? Tujuan kita satu arah. Aku bayar ongkosnya.” Sahut Ethan, merebut kunci mobil, dengan lancang duduk di belakang kemudi, menyalakan mesin. Mulai berjalan perlahan.
“Eh mobil aku. Kamu mau kabur, hah?” kesal Valerie. Membuka pintu mobil tapi sayang tidak bisa, terkunci dari dalam.
“Ethan buka. Ini mobil aku, kamu turun sekarang juga!” sisi manis nan menggemaskan Valerie hilang seketika dirinya berdiri di depan mobil, merentangkan kedua tangan. Enak saja sahabat bastard-nya berniat melarikan diri.
Mata hazel Valerie menyorot tajam, supercar kesayangannya dijajah. “Kamu, keluar sekarang juga!” tunjuknya kepada Ethan yang tengah tertawa puas.
Deru mesin mobil semakin menjadi, Ethan sengaja menginjak pedal gas. Menikmati kemarahan gadisnya.
Darah Valerie mendidih, kalau bukan mobil kesayangan pasti kacanya sudah pecah. Gadis cantik ini tidak menggeser sedikitpun, memperjuangkan miliknya yang diambil paksa.
Tiba-tiba fokus dua insan ini terganggu dengan hadirnya satu kendaraan lain diikuti banyaknya pengawal. Mata Ethan terbelalak, pria berpakaian kasual turun dari dalam mobil.
Lancang sekali memeluk Valerie tepat di depan matanya. Rahang Ethan mengeras, giginya tertutup rapat. Kedua tangan pun siap melayangkan pukulan.
“Kurang ajar banget dia berani masuk wilayah kekuasaan gue.” Seketika bara api membakar tubuhnya, detik itu juga keluar dari mobil. Menunjukkan diri, menantang pria di hadapannya.
“Lama gak ketemu ya Tuan Muda Torres? Apa kabar?” tanya Ethan mencoba santai walaupun petir menyambar rongga dada.
Dia tidak ingin menimbulkan keributan, apalagi sampai membuat Valerie menjauh lalu membencinya, karena Ethan tahu sosok pria tampan di depannya ini adalah kekasih sahabat kecilnya.
Eberardo Mikhael Torres melepas pelukannya, menatap Ethan, tersenyum miring, mencemooh. “Bocah ingusan kaya gini mau jadi saingan gue. Gak akan bisa.” Walaupun wajah tersenyum tapi hatinya begitu membenci Ethan Adrian Armend.
Ya, dari segi usia, Eberardo jauh lebih dewasa, mapan dan salah satu pewaris keluarga Torres yang memiliki kerajaan bisnis kuat terkenal seantero Spanyol bahkan Eropa.
Sepadan dengan Valerie, gadisnya itu juga pewaris keluarga Bradley, seluruh daratan Britania Raya, Eropa, Asia bahkan sebagian Amerika mengenalnya.
Dibanding dengan Ethan, butiran debu di depan Eberardo. Mungkin hanya dari segi kekayaan dan kekuasaan tidak sebanding.
Dua lelaki ini sejak kanak-kanak memperebutkan satu gadis yang sama. Ethan masih bisa bersikap santai, cangkangnya membentuk pertahanan, sekuat tenaga menahan amarah.
“Ya baik. Tuan Muda Armend bagaimana kabarnya? Kau lebih tinggi dari sebelumnya.” Eberardo mencoba bergurau, tapi sorot mata tajamnya tidak bisa bohong. Pria dewasa ini tahu bahwa Ethan begitu menyukai mantan kekasihnya.
Eberardo pun sempat merasa bersalah beberapa tahun silam karena merebut Valerie, tapi rasa cinta menutupi semua itu, hingga ia ingin menguasai gadisnya. Tak ada yang boleh memiliki Valerie, kecuali Eberardo Mikhael Torres.
Menyadari ada kesempatan kabur, Valerie bergerak pelan berusaha menjauh dari dua lelaki yang saling menatap tajam.
“Kesempatan emas.” Berusaha memasuki supercar, dan sayang sekali, terkunci. Card yang menjadi kunci berada dalam saku celana Ethan. “Ish, ini semua gara-gara Ethan!” lirihnya ingin melayangkan tinju.
“Permisi, Tuan Muda Armend.” Eberardo menghampiri mantan kekasihnya di balik badan mobil. “Baby … ayo kita pulang, aku antar.” Sikap Eberardo ini tidak disukai Valerie. Memaksa tanpa mau mendengar jawabannya lebih dulu.
TBC
***
Like dan komentarnya kaka 🙏🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
Defi
Ethan kisah cintamu seperti kedua orang tuamu rumit.. Eberardo kah yg meluk Vale
2023-05-01
1