Tongkrongan The Dark
Sorenya seperti biasa geng The Dark nongkrong di tongkrongan mereka. Semuanya akan berkumpul di tempat itu jika mereka telah pulang dari sekolah.
"Gimana bin? udah ada kemajuan?" tanya gevan.
"Kemajuan apa?" tanya bintang sembari mengerenyitkan dahinya. Tanda jika ia tidak mengerti kemana arah pembicaraan gevan.
"Bulan" singkat gevan. Bintang mengerti sekarang. Gevan tengah menanyainya tentang progresnya mendekati bulan selama dua hari ini.
"Belum ada kemajuan"
"Udahlah bin, Lo ngaku kalah aja! dan relain motor Lo buat gw!" kekeh gevan.
"Enak aja Lo! gw yakin kok bulan bakal luluh sama gw!" bantah bintang.
"Kita liat aja nanti" ujar gevan.
***
Keesokkan harinya....
Bulan dkk sedang duduk di tepi lapangan menonton anak-anak bermain basket. Tapi mata bulan malah tertarik pada cowok yang ada di ujung lapangan. Cowok yang tengah asyik membaca buku sendirian. Tanpa sadar bulan tersenyum melihat cowok itu.
"Kenapa Lo senyam-senyum?" tanya Nara yang aneh dengan sahabatnya itu.
"Lo suka ya sama Gilang?" tanya Dela. Karna sedari tadi ia melihat bulan terus tersenyum kearah Gilang yang sedang asyik membaca buku.
"Gw gak suka kok sama Gilang" balas bulan cepat.
"Trus ngapain Lo senyam-senyum liat dia?" balas Dela.
"Gw kagum aja sama dia, cuman dia cowok yang gw liat gak pernah caper sama cewek dan sibuk sama urusannya sendiri di sekolah ini"
"Lo cuma bisa liat Gilang doang lan, coba deh Lo liat si bintang dia juga gak caper sama cewek. Cuma sama Lo doang!"
"Gak mungkin lah, anak begajulan kayak gitu mana bisa di percaya" balas bulan.
"Yakin Lo ngatain dia begajulan? bukannya Gilang sama bintang itu satu circle ya?" ledek Dela.
"Gilang itu beda!"
"Beda! karna Lo suka sama dia! udahlah lan, ngaku aja deh!" kekeh Dela.
"Bener Lo suka sama dia?" tanya Nara.
"Gw gak tau!"
***
Kantin sekolah
Dela dan Nara menuju kantin untuk membeli minum. Itu karna Dela terus memaksa Nara untuk menemaninya. Dela tidak suka jika ia harus pergi ke kantin sendiri. Sementara bulan, ia sudah pergi entah kemana. Mungkin karna kesal terus diintrogasi oleh Dela dan Nara.
"Eh Lo liat gak sih tadi mukanya Bulan?" tanya Dela.
"Emang kenapa sama mukanya?" balas Nara.
"Mukanya merah gitu, kayaknya bulan beneran suka deh sama Gilang"
"Ya biarin aja, emangnya kenapa kalau dia suka sama Gilang?" balas Nara acuh.
"Gapapa sih, tapi kasihan aja sama bintang. Kayaknya dia lagi usaha deketin bulan deh, tapi bulannya malah suka sama temennya"
"Gak usah ribet deh Del, biarin aja bulan yang nentuin pilihannya sendiri"
"Kok Lo gitu sih Ra!" Dela kesal karna ocehannya selalu di tanggapi acuh oleh Nara.
"Jadi beli minum gak? lama gw tinggal nih!"
"Iya-iya, jangan di tinggal!" balas Dela. Ia segera menuju ibu kantin untuk membeli minuman.
Tanpa mereka ketahui, ternyata obrolan mereka di dengar oleh Bintang yang baru saja memasuki kantin. Mendengar itu, bintang mengepalkan tangannya kesal.
***
Jam sudah menunjukkan pukul 15.00. Bulan melirik jam tangannya dan sedikit menggerutu kesal. Ia sudah terlambat pulang dari waktu biasanya. Mau mengabari orang tuanya pun. Ponselnya malah lowbat di saat yang tidak tepat. Tadi mendadak saja wali kelas meminta bantuannya untuk memperiksa nilai ulangan teman-temannya. Sehingga Bulan harus merelakan waktu pulangnya tersita untuk memeriksa ulangan tersebut.
"Ini angkotnya mana lagi?!" gerutu bulan di depan gerbang sekolahnya.
Bulan melambaikan tangan saat sebuah angkot berwarna biru lewat. Angkot yang akan mengantarkannya menuju tujuannya.
Bulan memasuki angkot, tapi entah mengapa perasaannya menjadi tidak enak. Apalagi di dalam angkot itu hanya ada ia dan satu penumpang lain. Penumpang itu terus saja menatap bulan dan tersenyum aneh.
Bulan berusaha untuk tetap tenang. Ia tidak boleh berfikir negatif pada orang lain. Mungkin saja penumpang itu memang seperti itu melihat orang lain.
"Bulan, positif thinking! okey! gak boleh negatif thinking!" batin bulan mencoba meyakinkan dirinya.
Baru saja Bulan berusaha meyakinkan dirinya kalau ia tidak boleh berfikir negatif pada penumpang itu. Penumpang itu malah pindah dan duduk di samping bulan.
"Mau kemana cantik?" ujarnya ingin menyentuh wajah bulan, tapi langsung di tepis oleh bulan.
"Pulang om" singkat bulan.
"Jangan panggil om dong, panggil Abang aja" balasnya sembari merangkul tubuh bulan.
"Maaf om, bisa tolong lepasin gak!" ujar bulan melepaskan rangkulannya. Bulan sedikit menggeser posisi duduknya menjauh dari penumpang itu.
"Udahlah, gak usah sok jual mahal deh!" ledeknya ikut bergeser mendekati bulan. Ia kembali merangkul paksa bulan.
"Om lepasin om! pak bilangin dong sama penumpangnya! yang sopan dong!" pinta bulan pada sopir angkot.
"Mas tolong yang sopan ya!" pinta sopir angkot.
"Gak usah banyak bacot Lo! jalan aja terus! mau gw habisin Lo disini!" balasnya sembari mengarahkan pisau kepada sopir itu.
"I-iya mas"
Sopir angkot kembali mengemudikan angkotnya. Hingga akhirnya angkot berhenti di lampu merah.
"Kenapa berhenti?!" tanyanya.
"Lampu merah mas" balas sopir angkot terlihat ketakutan. Berulang kali ia memantau dari kaca keadaan bulan di belakang.
"Kasihan anak itu, semoga dia gak kenapa-napa" batin sopir taksi.
"Lampu merah, ini kesempatan gw!" batin bulan. Ia sedikit melirik pada penumpang yang merangkul paksa dirinya. penumpang itu terus saja melihat kearah lampu merah. Sangat jelas jika ia terlihat tidak sabar menunggu.
"Ayo bulan Lo bisa!" batinnya menyemangati diri sendiri.
"Awwwwwwh" teriaknya karna bulan baru saja mengigit tangannya dengan keras. Kesempatan itu di ambil bulan untuk kabur dan keluar dari angkot itu.
Ia terus berlari tak tau kemana. Yang ia tau ia harus pergi jauh dari penumpang gila itu.
"Ya Allah bantu bulan! tolongin bulan" batinnya terus berdoa meminta pertolongan.
Ditengah larinya, bulan malah tersandung. Hingga ia terjatuh.
"Duhhh sakit banget lutut gw!" ujarnya. Ia kembali mencoba bangkit tapi kakinya terasa sangat sakit. Melihat penumpang gila itu masih mengejarnya dan hampir menangkapnya. Bulan terus berlari walaupun sembari menyeret kakinya yang terasa sangat sakit.
"Tolongin bulan ya Allah" ujarnya kembali berdoa.
Bulan terus saja berlari dengan kaki terseret. Hingga ia tidak sadar jika ada sebuah motor yang hampir menabraknya.
"AHHHHH!!!"
"WOII KALAU JALAN PAKE MATA DONG!!!!" bentak pengendara motor. Ia langsung membuka helmnya. Untung saja ia bisa mengerem. Kalau tidak ia bisa memiliki urusan lagi dengan polisi.
"Bintang!" ujar bulan.
"Bulan, Lo ngapain_" Belum sampai ucapan bintang. Bulan sudah memotongnya.
"Bin, tolongin gw! pleaseeee! gw takutt!" ujar bulan memegang lengan bintang. Dan menatap ketakutan pada penumpang aneh yang hampir saja menangkapnya.
Jangan lupa like dan comen...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Jangan bilang preman yg dalam angkot itu anak buahnya Bintang..
2024-11-07
0
Qaisaa Nazarudin
Itu juga karena taruhan,Biar aja ntar Bintang jilat ludah sendiri..
2024-11-07
0