Episode 2, Awal Januari 2019

Sepuluh tahun telah berlalu begitu saja. Kini rumah itu sudah direnovasi menjadi rumah layak huni. Semuanya sudah berubah. Rumah itu terlihat elegan. Dipagari dengan besi tinggi sebahu. Halamannya luas, ditanami bunga-bunga perdu berdaun rimbun. Pecahan batu granit tersusun rapi sampai ke teras depan. Namun, nuansa Belanda masih terlihat di rumah itu.

Di ruang tamu ada dua orang tukang bangunan yang membersihkan sisa-sisa bahan bangunan. Keduanya ketakutan. Apalagi saat mendengar sering muncul penampakan yang menakutkan di rumah itu.

“Rumah ini seram sekali, Bang.” Kata seorang tukang kepada temannya.

“Sudahlah, Hot. Jangan ngedumel terus. Ayo, cepat kerjakan, keburu gelap.”

“Iya, Bang. Tapi bulu kudukku merinding terus. Aku merasa ada yang mengawasi kita.”

“Ah... Kau jangan mengada-ada, Hot. Di sini cuma kita berdua.”

“Benar, Bang. Aku seperti melihat seseorang di ruangan itu.”

“Jangan ngaco. Ayo kerjakan!” Seru laki-laki itu yang sebenarnya takut juga.

“Aku tidak bohong, Bang. Aku melihat bayangan orang di sana.”

“Itu Cuma khayalan mu saja, Hot.”

“Bang, aku juga pernah mendengar cerita si Johan yang melihat penampakan di kamar mandi. Dia melihat sepotong kepala anak-anak yang meringis dengan mata melotot kemerahan. Wajahnya penuh belatung dan mengerikan. Ih... Serem, Bang.” Laki-laki itu bergidik ngeri.

“Ah, sudahlah, Hot. Jangan cerita yang seram-seram di sini. Cepat kita selesaikan pekerjaan kita, biar cepat pulang.” Laki-laki itu ketakutan.

Ia sebenarnya pernah mendengar cerita-cerita misteri tentang rumah itu. Konon arwah seorang perempuan sering muncul. Kulitnya terkelupas dan mengeluarkan asap. Konon arwah perempuan itu tewas dibakar. Matanya leleh dan menjuntai ke bawah. Ada juga arwah gadis Belanda mengenakan gaun putih berlumur darah. Gadis itu tewas dibantai orang tak dikenal.

“Siapa sih orang yang mau menempati rumah seperti ini, Bang?” tanya Marihot dengan gemetar. Hawa di ruangan itu tiba-tiba menjadi dingin.

“Tidak tahu. Katanya seorang pengusaha.”

“Kok gak takut, ya?”

“Ah, sudahlah, Hot. Dari tadi kau ngoceh terus. Kupingku bisa panas mendengar ocehan mu. Tinggal sedikit lagi ini. Kalau besok belum selesai juga, Pak mandor pasti marah besar dan gajih kita dipotong.”

Laki-laki itu terdiam. Matanya memperhatikan ruang gelap dengan seksama. Dia melihat sekelebatan bayangan hitam melintas tanpa kepala.

“Aku takut, Bang... Sebaiknya kita pulang saja. Besok kita lanjutkan.”

“Nggak bisa, Hot. Besok pak Rahmad mau melihat rumah ini.”

“Tapi, Bang...”

“Tapi apa lagi, Hot?”

“Aku melihat,” Bibir Marihot bergetar hebat.

“Kau melihat apa?”

BRAK!

Sebuah benda jatuh ke lantai. Tidak tahu benda apa. Kedua laki-laki itu semakin ketakutan. Keduanya tercekat dan saling pandang. Wajah mereka berubah pucat dan menjerit ketika sebuah bayang hitam melintas dengan cepat.

“Akh...!” Teriak keduanya histeris.

Kedua laki-laki itu berlari terbirit. Tak peduli sampah berserakan di lantai. Tak peduli sendal mereka tertinggal di anak tangga. Mereka terus saja berlari dengan napas tersengal. Sebuah suara menggema di ruang tamu.

Jakarta, 2019

Papa dan mama terlihat bercengkrama di ruang tamu. Wajah keduanya terlihat serius. Maklum, mereka sedang membicarakan masalah perusahaan. Ini mungkin adalah keputusan terberat yang harus diutarakan papa. Perusahaan mereka bangkrut dan papa sudah tidak mampu lagi mengembalikan keadaan perusahaan. Utang ci bank semakin menumpuk.

“Kita akan pindah ke Medan, Ma.” Ujar papa.

Mama mendesah berat, memperhatikan wajah papa dengan lekat.

“Apakah keputusan papa itu sudah matang?”

“Papa tidak tahu lagi harus bagaimana, Ma. Sebaiknya beri tahu Riri dan Gordy supaya mereka bersiap-siapmengemasi barangnya.”

“Ini pasti berat buat Riri, Pa...”

Papa bergeming, hanya menghelah nafas denganberat. “Mau bagaimana lagi, Ma? Rumah ini juga akan disita pihak bank. Sebelum kita diusir, lebih baik kita pindah lebih dulu.”

Mama terlihat prihatin dengan keadaan papa. Ia bangkit dari duduknya dan menuju kamar Riri. Riri masih asyik mendengarkan musik dari bombox-nya, tiba-tiba mendengar ketukan pintu di kamarnya. Ia mengecilkan volume musik dan membuka pintu kamar.

“Ada apa, Ma?” tanyanya setelah pintu dibuka.

Mama mengumbar senyum sekilas, lalu masuk ke kamar Riri. Mama memperhatikan kamar Riri dan perabotan yang ada, kemudian duduk di tepi ranjang.

“Bagaimana sekolahmu, Ri?” tanya mama basa-basi.

“Ya, seperti biasa, Ma. Memangnya ada apa?”

Mama menarik nafas sejenak. Ia tidak mau Riri shock kerna perpindahan mereka.

“Kita akan pindah ke Medan, Ri.” Ucap mama lembut.

“Pindah?” Riri kaget sambil membuat kerutan di dahinya. “Kok pindah sih, Ma?  Memangnya ada apa sih? Kok mendadak aja ngajak pindah? Riri nggak mau ah!”

“Ri... keadaan papa dan perusahan papa saat ini kurang baik. Saham-saham papa juga mengalami masalah.”

“Tapi apakah kita harus pindah ke Medan, ma? Apakah gak ada kota lain yang dekat dengan Jakarta? Yogyakarta atau Surabaya kek.”

“Ya, karena papa masih punya harta warisan kakemu di sana.”

“Ugghh...” Riri merengut. “Riri udah nyaman di Jakarta, ma. Medan itu ngga ada apa-apanya dibanding Jakarta.”

“Ri... tolong mengerti keadaan papa. Kalau nanti perusahaan papa sudah mulai membaik, kita kembali lagi ke Jakarta.”

“Uh, sebel!” Riri duduk di atas tempat tidur sambil ngedumel.

“Sudah dong, Sayang... Sekarang kamu kemasi barang-barang kamu ya. Besok pagi-pagi sekali kita udah harus ke bandara.”

“Besok?” Riri membelalakan matanya. “Cepat amat? Ma, tolong dong beri waktu buat Riri.”

“Ini sudah keputusan papa, Ri. Pihak bank akan menyita rumah kita. Dari pada kita diusir dengan tidak terhormat, mending kita pergi lebih dulu.”

“Tapi, Ma...”

“Sudahlah, kamu kemasi aja barang-barangmu. Mama juga mau mengemasi barang-barang mama.” Mama beranjak dari tempat tidur Riri dan keluar dari kamar.

Riri lagi-lagi ngedumel kesal. “Memangnya nggak ada cara lain selain pindah?!”

Riri mengepak semua barang-barangnya dengan malas. Sambil memasukan baju-bajunya ke koper besar, Riri menggerutu kecil. Entah apa maksud papa ngajak pindah segala. Padahal hidup di Medan kan lebih enak dari pada tinggal di kota kecil, masuk desa lagi. Nggak ada tempat hiburan, lapangan basket, kampus bagus dan sarana hiburan lainnya.

‘Ugh, bete banget deh.‘ desah Riri kecil.

“Ri, kamu sudah selesai?“ Gordy tiba-tiba saja mengejutkan Riri, adiknya. Riri menoleh dengan kesal.

“Dikit lagi, kak.“ sahut Riri dengan bibir manyun. Gordy menghampiri adik satu-satunya itu.

“Kamu kenapa sih, bawaanya bete gitu?“

“Gimana nggak bete sih, kak. Kalau kita pindah ke desa yang nggak jelas itu sama aja kita pindah di planet asing. Belum lagi Riri harus beradaptasi dengan lingkungan, teman baru dan orang-orang baru. Terus, tempat hiburan di sana apa ada seperti di sini?“

“Sudahlah, Ri. Mungkin papa bosan tinggal di kota yang sumpek ini.“

“Huh, kak Gordy sama aja.“ Riri manyun.

“Kamu sudah selesai, Ri?“ Tiba-tiba saja mama nyelonong masuk. Mama memperhatikan barang-barang Riri yang masih berantakan.

“Loh kok belum selesai juga sih, Ri. Cepetan dong dibenahi barang-barangnya. Papa sudah nunggu tuh. Ntar keburu malam.“

“Iya deh, ma. Sebentar lagi juga selesai.“ jawab Riri malas.

“Ya sudah, mama tunggu di depan ya.“

Riri mengangguk tidak semangat.

“Biar kakak bantu, Ri.“

“Nggak usah deh, kak. Riri bisa sendiri kok.“

“Tapi barang kamu masih banyak yang belum dipak.“

“Iya, tapi Riri bisa sendiri. Lagian barang-barang Riri banyak yang gampang pecah. Kak Gordy nggak tahu.”

“Okey deh, cepetan ya.“

“He-em.“ Riri mengangguk. Gordy beringsut dari kamar Riri dan berlalu keluar. Dengan malas Riri kembali mengepak barang-barangnya. Memasukan satu per-satu pernak perniknya. Boneka kesayangannya dan juga barang-barang antiq lainnya.

Setelah selesai Riri keluar kamarnya dengan langkah malas. Meninting koper besarnya dan beberapa box kecil. Di depan papa sudah menunggu lama sekali. Riri melihat kejenuhan papa menunggu dirinya.

@###@

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!