Bukan Siapa-Siapa

Terlepas dari keterkejutan atas pertemuan ke sekian kali dengan Andra. Entah kebetulan seperti apa yang sedang Allah rencanakan, bahkan ketika Hafizah tidak ingin bertemu pun di ujung usahanya masih tetap bertemu juga.

"Mulai hari ini kau bekerja sebagai sekertaris ku." ucap Andra semakin membuat laki-laki di sampingnya menganga tak percaya.

"Tapi_" laki-laki yang bertuliskan nama Tomi tersebut benar-benar tak percaya.

"Untuk posisi asisten kau lemparkan saja pada Ya-Mingho Aku butuh sekretaris yang lebih fokus kepada pekerjaan, bukan yang suka tebar pesona." ucap Andra tak mau dibantah.

"Aku juga tidak mau memiliki rekan kerja yang hanya tebar pesona, aku ingin punya tekan asisten yang pintar, serius, dan ..."

Andra menatap tajam Tomi yang melirik Hafizah, tentu maksud asisten keduanya itu adalah Hafizah cantik.

"Baiklah." Tomi menunduk, sedikit kecewa harusnya ia yang menempati asisten pertama, walaupun dalam segi kekuasaan dan gaji mereka di berikan hak yang sama.

"Mas Andra yakin menerima aku bekerja di sini?" Hafizah masih merasa ragu.

"Tentu saja. Aku yakin kau bisa melampaui kedua asisten ku yang sok tampan ini." tunjuk Andra kemudian mengajak Hafizah keluar.

"Ish, bahkan sejak awal aku yang menemaninya." kesal Tomi menggerutu.

"Maaf." Hafizah sedikit membungkuk kepada Tomi, ia merasa tak enak hati atas ucapan Andra yang sepertinya lebih memuji dirinya.

"Tidak perlu meminta maaf, aku hanya curiga dia menyukaimu." ucapnya setengah berbisik.

"Hah!"

"Aku yakin sekali." sambung Tomi lagi seperti sedang bergosip.

"Aku bisa memecat mu detik ini juga!" suara lantang Andra membuat keduanya menciut. Tiba-tiba saja pria itu berbalik dan terlihat geram.

Hafizah segera meninggalkan Tomi, mengikuti Andra ke ruangan yang sepertinya jauh, naik ke lantai atas.

"Ini ruangan mu. Sesuai yang tertulis di lowongan kerja yang sudah kau baca, gaji mu sama dengan kedua asistenku. Dan mendapatkan fasilitas kendaraan setelah tiga bulan." ucapnya menunjuk meja di ruangan yang sudah ia buka pintunya.

Hafizah berdiri kaku, seperti sebuah khayalan ia di terima di kantor yang begitu besar. Atau jangan-jangan Andra hanya sedang membantunya?

"Aku butuh bantuan mu untuk memulihkan perusahaan yang sempat kehilangan keseimbangan ini, ini milik kakakku dan ketika ia bercerai dia kehilangan semangat hidup, suaminya selingkuh dan ia sedang koma hingga saat ini."

Tentu wajah sedih Andra membuatnya yakin, mana mungkin Andra begitu baik dengan orang asing seperti dirinya.

"Ya. Aku akan berusaha." ucap Hafizah tersenyum setelah menghembus nafas berat.

Paling tidak, dengan pekerjaan ini ia bisa melakukan hal yang sama, seperti Andra membantu dirinya.

***

Hari terus berganti, tak terasa sudah tiga bulan berlalu. kehidupan yang tadinya porak poranda kehilangan tumpuan hidup, kini mulai membaik perlahan bersama dengan hubungan baik Fiza dan Andra, yang tanpa disadari mereka saat ini sedang berteman.

"Assalamualaikum Kak."

Hafizah keluar terburu-buru ketika suara seseorang yang pasti dikenalnya.

"Wa'alaikum salam." jawabnya dengan senyum mengembang, pagi yang sedikit gerimis itu ia begitu senang dengan kedatangan Ahmad adik dari Azzam suaminya.

"Kakak apa kabar?" tanya Ahmad kepada Hafizah, laki-laki berusia 21 tahun itu terlihat begitu gagah dengan pakaian loreng dan sepatu khas militer.

"Alhamdulillah, masuklah Dik. Kau pasti sangat lelah." ucap Fiza kemudian meraih daun pintu agar tidak terlalu terbuka.

"Terimakasih. Dimana Ara?" tanya Ahmad menoleh ruang keluarga yang tak seberapa luas itu, biasanya Ara ada di sana.

"Ara sedang bersama Bibi, dia ingin membeli sesuatu di depan." Hafizah berlalu ke belakang, menyiapkan kopi untuk Ahmad.

"Kakak bekerja?" tanya Ahmad menatap wajah Hafizah, sorot mata adik ipar tersebut terasa berbeda setelah hampir lima bulan ia tidak pulang, semenjak meninggalnya Azzam.

"Iya." jawab Hafizah duduk berjarak setelah meletakkan kopi.

"Harusnya kakak tidak bekerja." ucap Ahmad lagi.

"Kakak masih muda, sehat dan punya kemampuan untuk bekerja. Tidak salah jika Kakak mencari uang sendiri, untuk masa depan Ara." ucap Hafizah pelan.

"Tapi masih ada aku Kak." ucap Ahmad terdengar ingin melarang.

Dan deru mobil memasuki halaman rumah itu.

Ahmad menoleh Hafizah seolah sedang bertanya siapa yang datang.

Samar terdengar suara tawa Ara di luar rumah, tak ketinggalan suara lain yang membuat Ahmad menautkan keningnya, yaitu suara Andra dan seorang lagi sedang bercanda.

Ahmad keluar ikut keluar dari rumah itu menggiring Hafizah dengan rasa penasaran yang sulit di jawab.

"Ara?" panggilnya seraya menatap tajam kepada laki-laki yang sedang menggendong anak kecil dua tahunan tersebut.

Sedikit bingung, sepertinya Andra juga terkejut dengan kehadiran Ahmad yang dia sendiri tidak tahu siapa. Keduanya saling pandang dengan rasa penasaran masing-masing.

Ahmad meraih tubuh kecil Ara yang terlihat begitu nyaman di pelukan Andra. Tak ketinggalan tatapan tajam ia lemparkan lagi kepada pria tampan yang mendadak dekat dengan Ara. "Ara keponakanku." ucapnya memeluk dan mengecup pipi halus Ara.

Andra tersenyum sedikit, melirik Hafizah yang hanya berdiri dengan wajah polosnya.

"Aku datang mengantarkan fasilitas yang di janjikan perusahaan untukmu. Kau sudah tiga bulan bekerja dan itu cukup baik." ucap Andra segera menjelaskan alasan kedatangannya bersama Mingho, asisten berwajah blasteran Indo-Korea tersebut.

"Mobil yang cantik, pas sekali dengan Hafizah yang cantik." ucap Mingho sedikit menggombal.

Tentu membuat Hafizah tersenyum, itu tidak heran baginya. Tapi tidak dengan Ahmad yang benar-benar merasa semua berbeda saat kepulangannya kali ini.

"Terimakasih, aku hanya berharap mendapat kendaraan biasa saja." ucap Hafizah melirik mobil yang terlalu bagus menurutnya, bahkan mobil ayahnya tidak semewah itu.

"Itu pantas untukmu." sahut Andra menatap hangat di sela banyak orang.

"Baiklah, sebaiknya kami pulang. Sampai jumpa besok." Mingho berbalik menggandeng tangan Andra agar lebih cepat berlalu, ia tahu ada yang tak suka dengan kehadiran mereka.

"Ayah?" panggil Ara tiba-tiba membuat Ahmad semakin terkejut.

"Ah, Sayang. Besok kita bertemu lagi." Andra menoleh diantara tarikan tangan Mingho padanya, dia juga berbicara sambil melambaikan tangan dan tersenyum manis.

Mobil Andra berlalu, namun hening setelahnya.

"Apa maksudnya Ara memanggil Ayah padanya?" tanya Ahmad pelan, sungguh mata yang mirip dengan Azzam itu terlihat menyelidik.

"Itu karena Ara terlalu merindukan Mas Azzam, dan tak sengaja Mas Andra bertemu dengan Ara ketika dia sakit." jawab Hafizah mengatakan yang sebenarnya.

"Dia menyukaimu Kak."

Deg.

Mendengar itu ada rasa takut dan khawatir di dalam hati Hafizah walau mencoba menepis. "Kakak rasa tidak, dia seorang yang tidak setara dengan kita."

"Aku laki-laki, tahu persis seperti apa sikap laki-laki ketika sudah menyukai seorang wanita. Dan itu persis seperti dia." ucap Ahmad.

Bibi segera membawa Ara masuk, tahu pembicaraan keduanya sedang serius.

"Dia sudah terlalu banyak membantuku Ahmad."

"Tapi yang terlihat Kak Fiza sedang membiarkan seorang lelaki mendekatimu, dan itu sama sekali tidak pantas untuk kak Fiza sebagai seorang yang sudah sendiri, membiarkan orang asing begitu bebas masuk ke rumah ini. Dan sangat tidak pantas bagi Ara memanggilnya Ayah, ingatlah dia bukan siapa-siapa bagi Kak Fiza dan Ara."

Terpopuler

Comments

Arkan_fadhila

Arkan_fadhila

Ahmad menyukai Fiza juga

2023-05-05

1

Ai Emy Ningrum

Ai Emy Ningrum

Yaming - Ho 👉🏻 kak @yamink oi
😂😂😂😂😂

2023-05-03

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!