5
Ucapan dan tindakan Arsen membuat Emi menggigil ketakutan, sentuhan pria itu mengingatkan Emi pada perbuatan Arsen yang telah membuat ia rasanya ingin mengakhiri hidup. Disaat Arsen berusaha menenangkan Emi, wanita itu semakin meronta minta dilepaskan.
"Emi, tenanglah. Aku mau bertanggung jawab padamu. Kamu tidak perlu bersikap berlebihan seperti ini." Arsen semakin mengeratkan dekapannya. Namun, tidak sampai membuat Emi kesulitan bergerak.
"Berlebihan katamu? Kau pikir aku sengaja naik ke atas ranjangmu? Kau pikir aku mau disentuh olehmu? Kau pikir ini segampang itu?" Emi semakin tersulut emosi, tenaganya yang tidak sebanding dengan Arsen membuat ia kesulitan melarikan diri.
Arsen menguar pelukannya, ia meraih kedua bahu Emi hingga wanita itu benar-benar hanya menghadapnya. "Aku tau aku salah, maka dari itu aku ingin menebus kesalahan ini dengan menikahi kamu. Apa itu salah?"
Emi menggeleng. Air matanya bercucuran membasahi pipi. "Aku nggak mau dinikahi laki-laki brengsek sepertimu." Emi menjatuhkan tangan Arsen yang tadi masih memegang bahunya. Ia menatap benci pada pria itu.
Arsen mengusap wajah gusar. Dia amat sangat memaklumi sikap Emi, tapi ia tidak terima cap brengsek yang disematkan wanita itu padanya
"Berhenti memakiku. Aku tidak seberengsek itu," tegas Arsen. Dia menyerahkan paper bag berisi pakaian wanita lengkap dengan dala mannya. "Pakailah, nanti kita bicara lahi," katanya.
Emi berdecih. "Sekali brengsek tetap saja brengsek. Apa sekarang Anda sedang menyogok setelah berhasil menghancurkan aku? Apa hal seperti ini sudah sering Anda lakukan?"
Emi tidak perduli pada siapa dia bicara, ia tidak akan pernah diam menyerang Arsen dengan kata-kata. "Aku akan membuat laporan di kantor polisi," katanya, ia melayangkan tatapan tajam pada Tuan rumah yang seharusnya disegani.
Rahang Arsen mengeras, ia yang tadi berusaha menjaga kesabaran agar tidak menyakiti Emi kini sudah tersulut emosi. "Kau pikir kau bisa keluar dari rumah ini tanpa izin dariku?" Ia membentak hingga suaranya menggema di kamar. "Jangan harap kau bisa lepas dariku, setuju atau tidak ... kau akan tetap menikah denganku!"
Arsen meletakkan paper bag di atas tempat tidur yang menjadi saksi bisu saat ia merenggut kehormatan gadis itu. "Pakai ini atau aku sendiri yang akan memakaikannya untukmu!"
Emi terkesiap untuk kesekian kali, matanya memanas kala menatap pria yang amat ia benci. Tubuhnya semakin menggigil, ia panik dan menolak kehadiran Arsen hingga dia jatuh tidak sadarkan diri.
***
Tidak tahu berapa lama Emi tidak sadarkan diri, yang pasti saat ia terbangun sudah berada di kamar yang berbeda. Dan bibi pun ada bersamanya.
"Kamu sudah bangun, Sayang?" Bibi Lusi mengelus rambut Emi. Ia tidak tau apa yang terjadi dengan Emi yang pasti gadis itu tampak sangat kacau dan Arsen pun selalu mengawasinya.
Emi lega bisa melihat bibi lagi, ia genggam erat tangan Bibi. "Aku mau pergi dari rumah ini, Bi. Biarkan aku pergi," katanya, ia memaksakan diri untuk duduk tapi Bibi menahannya.
"Tenanglah, Sayang. Kamu masih sangat lemah. Sebaiknya istrahat saja."
Emi menggeleng cepat. "Nggak, Bi. Aku harus pergi dari sini, aku nggak mau berurusan sama laki-laki brengsek itu. Ak-aku ... mau melaporkan dia ke polisi." Geraham Emi mengeras kala bicara, namun air matanya kembali tumpah.
"Maksudmu Tuan Arsen? Kenapa sepertinya kamu sangat membencinya? Dan kenapa Tuan Arsen punya keinginan untuk menikahi kamu?" Sungguh bibi Lusi tidak tau apa yang sudah terjadi di rumah ini.
Emi menatap sayu, ia bicara sambil tersedu. "Bibi mau tau?" Ia lalu menunjukkan jejak merah yang ada di bagian dada. "Ini perbuatannya, Bi. Dia menodai aku!"
Bibi Lusi tersentak, kepalanya berdenyut. "Jadi, karena ini Tuan Arsen mau menikahi kamu?" Bibi Lusi memeluk Emi. "Bibi gagal menjagamu, Maafkan Bibi," katanya, tidak lama kemudian ia pun menangis.
"Ini bukan salah Bibi. Si brengsek itu yang salah. Dan aku tidak terima semua ini, Bi. Aku akan melaporkan dia ke polisi. Aku akan menyeretnya ke jeruji besi!"
"Tapi, bagaiamana kamu bisa lakukan itu? Tuan Arsen semakin memperketat penjagaan di luar rumah. Tidak ada yang bisa ke luar masuk tanpa pengawasan. Bahkan, bibi dengar Tuan Arsen sudah mempersiapkan pernikahan kalian, Nak."
Emi yang malang. Bibi Lusi tidak bisa membantu apa pun. "Sebaiknya, terima saja tawaran menikah dengannya, Nak." Ia pun tidak punya pilihan lain, daripada melihat Emi menderita lebih baik membiarkan Arsen bertanggung jawab atas semua yang telah terjadi.
Emi menguar pelukan mereka, ia heran bahkan nyaris tidak percaya jika bibi bisa berkata seperti itu. Sebelum ia bicara, pintu sudah terayun dari luar. Perhatian kedua wanita itu tertuju pada pria yang dari tadi mereka bicarakan.
"Kau sudah bangun?" Arsen berdiri di samping tempat tidur, Emi langsung duduk dan menutupi dirinya dengan selimut. "Tenanglah, aku tidak mungkin berbuat gila lagi."
Emi membuang muka.
Perhatian Arsen tertuju pada Bibi. "Mungkin, Bibi sudah tau apa yang terjadi dan karena itu aku ingin menikahi Emi."
"Aku tidak mau menikah denganmu!" sahut Emi ketus.
"Tapi, aku tetap akan menikahimu, Nona. Bagaimana jika saat ini kau sudah mengandung anakku?" Arsen langsung menunjuk perut Emi.
Mata Emi membola sempurna. "Itu omong kosong, aku nggak mungkin hamil!"
"Kau meragukan benihku?" Arsen tidak terima. "Aku pria dewasa yang normal dan subur."
"Jadi, Anda sudah membuktikannya? Sudah berapa wanita yang Anda hamili?" sarkas Emi.
Arsen tersentak tidak terima dengan tuduhan itu. "Kau pikir aku seberengsek itu?"
"Anda pikir Anda sebaik itu?" kata Emi lagi.
"Kenapa kalian bertengkar?" Bibi Lusi melerai kedua orang yang saling melemparkan tatapan tajam. "Emi, bibi pikir tidak ada salahnya kalau kamu menerima pernikahan ini."
"Tapi, Bi--
"Apa yang dikatakan Tuan Arsen benar, bagaimana kalau nanti kamu hamil? Apa itu tidak semakin menyulitkan kamu? Bibi bukannya tidak mau membantu kamu melaporkan Tuan Arsen ke polisi, tapi sekarang Tuan Arsen mau bertanggung jawab dengan menikahi kamu. Kalau kamu hamil anak itu tidak akan ikut menanggung kesalahan Tuan Arsen, karena setidaknya dia punya orang tua yang lengkap." Bibi Lusi mencoba menjelaskan.
Arsen menghembuskan nafas lega, tapi Emi malah sebaliknya.
"Aku nggak mau dijadikan budak naf sunya. Aku nggak mau dia menyentuh aku," ucap Emi tanpa menyetujui atau menolak dinikahi Arsen. Ia bahkan sangat membenci pria itu.
Arsen memicit pangkal hidung, ia hampir kehabisan kata-kata untuk membujuk Emi. Tapi, tidak akan ia biarkan gadis ini lari membawa benih yang telah ia taburkan di rahim Emi. "Baik, ayo kita menikah kontrak. Pernikahan ini akan berakhir kalau anak itu sudah lahir."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
lovely
tokoh ceweknya ak suka biasanya cm nangis pasrah di lakukan semena2 SM cwok kya bagus lawan Emi pertahan kan harga diri wanitta meski miskin jangan mau diinjak harga diri
2023-05-18
1
Yati Rosmiyati
lanjut Thor
2023-05-05
0