2
Author Pov
'Mengapa wanita itu sangat marah? Bukankah dia sudah dibayar mahal untuk menyerahkan kesuciannya padaku? Tapi kenapa wanita itu harus dipaksa agar mau melayaniku? Dan apa yang dikatakannya tadi?'
Brak!!!
Pintu kamar mandi yang ditutup kasar menyadarkan lamunan Arsen. Pertanyaan yang hinggap di kepala tidak mendapatkan jawaban.
Mengingat reaksi wanita yang sudah tidur dengannya membuat Arsen bingung. Kening pria itu mengerut kala melihat pintu seolah mengeker apa yang ada di dalam sana.
'Sepertinya aku sudah meniduri wanita yang salah. Semua ini tidak akan terjadi kalau aku tidak hampir kehilangan nyawa. Aku yakin seseorang sengaja memasukkan obat perangsang ke dalam minumanku. Semua bermula saat aku menghadiri acara party yang diadakan untuk merayakan ulang tahun perusahaan.'
Arsen bermonolog sendiri. Ia masih ingat betul mengapa tubuhnya tidak bisa dikendalikan. Usai menenggak minuman bersama rekan bisnis yang lain, sekujur tubuh Arsen terasa panas seperti ada bara api yang membara di dalam dada.
Hasrat kelelakian Arsen tiba-tiba memberontak minta untuk disalurkan. Debaran jantung terasa kencang bahkan meledak-ledak kala ia menahannya. Kepala seperti ditusuk-tusuk seribu duri. Pria itu merasa seperti kehilangan nyawa.
Sambil sempoyongan Arsen keluar dari kerumunan yang ada di sana. Seorang wanita datang tiba-tiba dan membantu pria itu meninggalkan loby hotel. Pandangannya yang buram membuat Arsen tidak bisa mengenali wajah wanita itu, tapi nada bicaranya menggoda bahkan terdengar mendesah di telinga Arsen. Namun, itu terdengar sangat menjijikan untuknya.
"Kita naik mobilku saja, Tuan," tawar wanita berpakaian sexy itu.
"Tidak, jauhkan tanganmu dariku," tolak Arsen di sisa kesadarannya.
Di saat yang bersamaan, seorang pria muda berbaju hitam datang menghampiri Arsen.
"Biar aku saja yang membawanya pulang." Gery asisten pribadi Arsen langsung mengambil alih pria yang sudah lama menjadi tuannya.
"Sialan kau ... kenapa baru datang disaat aku hampir kehilangan nyawa?" Arsen marah tidak jelas.
"Maaf, Tuan." Gery memapah Arsen dan mendudukkannya di bangku belakang. Memasangkan sabuk pengaman dan memastikan Arsen duduk tenang.
"Carikan seorang wanita untuk melayaniku malam ini." Arsen bicara sambil menahan sesak, sesekali membenturkan kepala di kaca jendela mobil.
"Wanita untuk apa, Tuan?" Gery bertanya seperti orang bodoh dan kebingungan mendengar perintah Arsen. Pasalnya tidak biasanya Arsen bermain dengan seorang wanita.
"Seseorang sudah memasukkan obat perangsang ke dalam minumanku, kau tau artinya 'kan? Bayar mahal perawan itu untuk semalam bersamaku!"
Darah Arsen terasa semakin mendidih, ia duduk bersandar dan mengadahkan wajah, mati-matian menahan sesak yang terasa menghimpit rongga pernapasannya.
Gery berpikir sejenak, selama ini ia tidak pernah membantah perintah Arsen, tapi kali ini Gery ragu melakukannya. "Tapi, bagaimana kalau nanti--
"Cepat atau kau kupecat! Lakukan saja petintahku atau kau ikut mati bersamaku, Gery!" sentak Arsen sambil menendang pintu mobil.
Sambil melajukan mobil, Gery menghubungi seseorang untuk segera mengirimkan wanita yang masih perawan ke kediaman Arsen.
Masih pukul 10 malam saat Arsen tiba di rumah. Langit malam itu sangat gelap tanpa bintang. Bahkan tetesan air hujan menyambut kedatangan Arsen.
"Kau pergilah, Gery!" seru Arsen setelah penjaga rumah membukakan pintu untama.
Gery tidak lantas pergi, ia bergeming mencemaskan Arsen. Belum sempat bicara, Arsen masuk lalu membanting pintu.
"Sudah sampai di mana wanita itu? Astaga ... ada-ada saja. Tuan Arsen bisa mati kalau menunggu terlalu lama."
Gery menyimpan mobil ke garasi lalu ia mengecek keamanan di sekeliling rumah.
***
Arsen berjalan sempoyongan saat memasuki rumah. Tidak mau memikirkan kemungkinan buruk yang akan terjadi di lain hari, pria langsung mencari wanita yang akan menjadi pelampiasan hasrat untuk malam ini. Hanya satu malam dan setelah itu semua akan berakhir.
Suara benda jatuh yang berasal dari dapur membuat langkah pria itu tertuju ke sana. Dilihatnya seorang wanita berdiri menghadap kompor. Tidak mau membuang waktu Arsen menarik wanita itu.
Seperti kehilangan kesadaran, Arsen menghempaskan gadis itu di atas ranjang. Melucuti semua pakaian lalu melakukan hal yang sama dengannya.
Mengetahui wanita itu benar-benar masih perawan membuat hasrat Arsen kian menggebu hingga lebih cepat menggerakkan pinggulnya.
Baru pertama kali Arsen merasakan kenikmatan yang tidak pernah ia rasakan. Sekujur tubuh meremang ketika mendapatkan kepuasan hingga benihnya membasahi rahim wanita yang sudah kelelahan karena ulahnya.
Dalam hitungan menit, wanita itu menjatuhkan tubuh Arsen di sampingnya. Arsen masih ingin menikmati rasa ini, namun kalimat yang terlontar dari bibir wanita itu membuat Arsen melihatnya heran.
***
Suara tangisan yang terdengar dari dalam kamar mandi mengembalikan kesadaran Arsen. Noda darah yang terpampang jelas di mata membuat Arsen menyesali tindakan yang telah menanamkan benih di rahim wanita itu.
"Bagaimana kalau nanti wanita itu mengandung anakku? Bodoh kau Arsen! Kenapa tidak terfikirkan dari tadi?" Arsen menjambak rambut dan mengutuk diri sendiri. Sadar kalau kenikmatan yang tadi ia rasakan akan mengancam hidupnya.
"Aku adalah orang pertama yang menyentuh wanita itu. Dan sialnya aku tidak tahu siapa dia. Jika dia sudah mau dibayar mahal, kenapa menangis dan memakiku seperti tadi?"
Tidak mau terlalu lama terbodoh dan menerka-nerka. Arsen memakai pakaian. Tidak lupa mengunci pintu kamar dari luar agar wanita itu tidak melarikan diri dengan membawa benihnya yang kemungkinan bisa menjadi bayi.
Arsen membersihkan dirinya di ruangan lain yang masih ada di lantai dua. Memakai kaos warna hitam dan celana sebatas lutut kemudian turun ke bawah untuk mencari tahu siapa wanita asing itu.
"Loh, Tuan Arsen sudah pulang?"
Pelayan yang sudah lama bekerja pada Arsen terkejut melihat majikannya itu sudah ada di rumah.
"Bibik tidak tahu kalau Tuan Arsen pulang hari ini."
Arsen yang saat itu masih berdiri di tiga anak tangga terakhir bertanya padanya. "Bik Lusi dari mana saja?"
Arsen ingin memastikan apakah wanita separuh baya ini tahu jika ia telah memerkosa seorang wanita asing di rumah ini. Besar kemungkinan Lusi mengenal wanita itu.
"Beli bahan makanan di supermarket untuk membuat mie besok pagi. Tapi, malah terjebak hujan di sana," jawabnya sembari menunjukkan kantung plastik warna putih berisi belanjaan yang baru ia beli.
Arsen mendekatinya dan mencari informasi lebih dalam. Wajah pria itu terkesan dingin seperti biasa, tidak terlihat seperti baru saja melakukan kesalahan. Padahal, batinnya tidak tenang. "Apa Bibik membawa orang lain ke rumah ini?" selidiknya.
Wajah Lusi tampak menegang, bahkan kantung plastik yang ia pegang jatuh karena takut dan terkejut.
"Ma-maf, Tuan. Bibik nggak bilang kalau sudah dua hari ini keponakan bibik datang dan menginap di rumah ini," jawabnya dengan wajah tertunduk tidak berani menatap Arsen.
"Keponakan? Jadi, dia keponakan Bi Lusi?" Arsen memijit pangkal hidung, memejamkan mata berusaha tetap tenang. Tidak menyangka jika wanita yang telah dinodai adalah keponakan pembantunya sendiri.
"Iya, Emi sudah saya anggap seperti anak kandung sendiri."
Otak Arsen membeku seketika. Tidak bisa bekerja seperti biasa. Kecerdasan yang selama ini ia miliki seolah digantikan kebodohan.
🙃 Jangan lupa jempolin. Biar updatenya luancar, Bestiiii✌
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
ℑ𝔟𝔲𝔫𝔶𝔞 𝔞𝔫𝔞𝔨-𝔞𝔫𝔞💞
Hayo loh kamu arsen
2023-05-11
0
Yati Rosmiyati
semangat Thor 💪
2023-05-05
0
𝕸𝖆𝖗𝖞𝖆𝖒🌹🌹💐💐
kasihan Emi..
2023-05-04
0