Orang bodoh mana yang memerkosa wanita asing di rumahnya sendiri? Bahkan, wanita itu keponakan dari pembantu yang telah lama bekerja padanya.
Arsen memaki diri sendiri. Berjalan mondar-mandir di hadapan bibi Lusi yang masih tidak berani melihatnya.
Bibi Lusi takut Arsen marah karena ia telah membawa keponakannya menginap di rumah tanpa izin. Baru kali ini ia melanggar perintah sang majikan.
Arsen menggusap rambut dengan gusar, berulang kali menghela nafas panjang, ia bingung harus bagaimana sekarang. Pria itu duduk di sofa tunggal dan bicara, "Dari mana wanita itu berasal?" Suaranya terdengar berat. Pertanyaan yang ia lontarkan membuat Bibi Lusi melihat dirinya. Arsen menunjuk tempat duduk lain yang ada di hadapan pria itu. Hanya meja berbahan kaca yang menjadi pembatas mereka.
Bi Lusi tidak mengindahkan perintah Arsen. Ia tidak selancang itu untuk duduk di sofa mahal dan berbincang dengan majikannya. Apa lagi selama ini mereka jarang terlibat percakapan karena Arsen tidak banyak bicara. Pria itu pun jarang pulang ke rumah.
"Kenapa masih berdiri di situ? Duduklah," perintah Arsen lagi.
Pria itu mengulangi perintahnya untuk yang kedua kali, hal itu membuat Bibi Lusi langsung duduk canggung.
Arsen tidak tahu harus dari mana menjelaskan kesalahan yang telah ia buat. Ia khawatir masalah ini akan berkembang liar kemana-mana. "Aku mau tahu semua informasi tentang gadis itu. Siapa namanya, dari mana asalnya dan apa yang dilakukan di rumahku." Arsen memasang wajah serius dan berharap secepatnya bisa menemukan cara untuk menyelesaikan masalah yang ia dapatkan karena ulahnya sendiri.
Bi Lusi terkesiap mendengar pertanyaan dan permintaan Arsen. Tidak biasanya Arsen banyak tanya apa lagi tentang seorang gadis.
"A-apa gadis itu membuat masalah, Tuan?" Bertanya dengan perasaan takut dan was-was. Ia sudah sedikit mengenal sifat dan karakter Arsen. Pria itu bisa marah bahkan tidak segan menyakiti orang yang berani mengusiknya. Bagamana kalau Arsen memecat dan mengusir dirinya dari rumah ini?
"Jawab saja pertanyaanku, jangan ada satu pun yang terlewatkan tentang gadis itu." Arsen pikir, lebih baik mengamati situasi lebih dulu dan mengenali seperti apa kehidupan gadis itu. Setelah itu mungkin ia akan bicara jujur kalau sudah memerkosa gadis itu. Atau membungkam mulut gadis itu agar tidak berani buka suara.
"Emilia Nafisa namanya. Ibunya sudah lama meninggal. Sedangkan, ayahnya baru satu bulan yang lalu meninggal. Itu sebabnya waktu itu bibi minta izin pulang kampung. Emi tinggal sendirian di kampung, waktu itu Emi menolak ikut dengan bibik, tapi beberapa hari lalu Emi berubah pikiran karena mau bekerja di kota. Bibik langsung menyuruhnya datang ke rumah ini."
Bi Lusi menjelaskan seperti yang diminta Arsen, tapi ia penasaran mengapa Arsen penasaran dengan Emi. Matanya yang sudah mulai mengeriput mencoba mencari keberadaan Emi, tapi tidak ada tanda-tanda keberadaan gadis itu di sana.
"Jadi, gadis itu yatim piatu. Astaga ... apa yang sudah aku lakukan?" gumamnya sambil mengusap wajah. Kekacauan ini terjadi karena obat perangsang sialan itu. Arsen bersumpah akan memberikan pelajaran kepada orang yang sengaja menjebak dirinya sampai kehilangan kendali.
"Apa Emi membuat masalah? Tolong jangan menghukumnya, Tuan. Biarkan bibik yang menebus kesalahannya. Emi baru pertama kali datang ke kota ini, dia tidak punya tempat tinggal jadi bibik mohon maafkan dan izinkan Emi tinggal di sini sampai mendapatkan pekerjaan," pinta bik Lusi memohon, ia takut Arsen benar-benar sudah mengusir Emi. "Sekarang, cuma bibi satu-satunya keluarga yang dia punya dan karena itu bibik mau menjaganya."
Arsen bergeming melihat bik Lusi. Sepertinya wanita ini sangat menyayangi keponakannya itu. Apa jadinya bila bibi Lusi tahu ia telah menodai gadis itu? Arsen memiliki uang dan jabatan, dengan uang itu ia bisa mendapatkan segalanya termasuk bebas dari masalah dan tuduhan apapun. Jika Arsen mau, ia juga bisa menyingkirkan gadis itu. Tapi, bagaimana kalau benih yang ia tebar di rahim gadis itu tumbuh berkembang menjadi anak? Arsen tentu tidak akan tega menyingkirkan anaknya sendiri.
"Jadi, Bibi mau gadis itu tinggal di rumah ini bersama Bibi?" Terjadi jeda sebelum Arsen mengatakaan itu. Bibi Lusi menganggukan kepala dengan wajah memelas, kedua tangannya terkatup rapat. "Baik, aku akan mengizinkan gadis itu tinggal di rumahku," katanya dengan suara lirih namun terdengar tegas seperti biasa.
Bibi Lusi tersrnyum bahagia. Hatinya lega mendengar ucapan Arsen.
"Terimakasih, Tuan. Bibi pastikan Emi tidak akan membuat kekacauan dan tidak akan membuat masalah dengan Tuan. Bibi akan menyuruhnya ikut mengurus rumah selama Emi belum mendapatkan pekerjaan."
Kening Arsen mengerut mendengar penuturan Bibi Lusi. Otaknya berfikir lagi. Bagaimana kalau gadis itu kelelahan? Bukankah itu bisa membahayakan calon anak yang dikandungnya?
"Tidak!" tolak Arsen cepat, ia menegakkan punggung dan melihat wajah Bibi Lusi lekat. "Dia tinggal di sini bukan sebagai pembantu, tapi akan aku jadikan sebagai istriku!"
Ucapan Arsen membuat bik Bibi Lusi terkjut, bahkan jantungnya terasa mau jatuh. "Istri? Apa maksudnya Tuan mau menjadikan Emi sebagai istri?" Ia ingin memastikan apakah telinganya salah mendengar atau tidak.
"Aku akan menikahinya." Arsen memperjelas maksudnya dan bersedia bertanggung jawab atas tindakan kurang ajar yang sudah merenggut kesucian gadis itu. "Secepatnya, aku akan mengurus pernikahan kami."
Bik Lusi tidak bisa berkata-kata lagi, terkejut sampai akhirnya pingsan di tempat itu. Arsen tetap tenang dan segera menghubungi dokter pribadi untuk memeriksa kondisi bibi Lusi.
Beberapa saat kemudian.
Kepala Bibi Lusi terasa pusing, matanya mengerjap pelan sampai terbuka sempurna. Orang yang pertama dilihat adalah Arsen. Tuan muda yang tadi sudah membuat ia kehilangan kesadaran. Ya, Bibi Lusi ingat apa yang terakhir kali dikatakan Arsen padanya.
"Tu-Tuan--
"Sepertinya Bibi terkejut sekali. Apa sudah lebih baik sekarang?" tanya Arsen, dokter pribadi sudah pergi. Kini di ruangan itu hanya tinggal dirinya, Bibi Lusi dan Gery.
Bibi Lusi mengamati wajah Arsen yang masih tampak dingin seperti biasa, tapi hari ini sikapnya aneh.
"Bibi istrahat saja di kamar. Besok kita bahas ini lagi. Tentang gadis itu ... Bibi jangan khawatir. Dia ada di kamarku." Ucapan Arsen membuat Bibi Lusi memegangi kepalanya yang terasa pusing dan sebelum wanita itu jatuh pingsan lagi Arsen langsung memberikan minyak angin padanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
Tetty Romauli Manullang
hai kak Vio, aq penggemar setia mu. sampai beralih ke noveltoon buat ngelanjutin baca cerita ini. di tunggu kelanjutannya ya kak
2023-04-30
2
aliffzharif
best.... teruskan.
2023-04-29
1
Aze_reen"
gimana bibi ga syok... habis hujan lebat, guntur menggelegar, kilat menyambar...
si tuan bilang mw menikahi ponakannnya????
auto the pink a sun tuh bibi.....
lanjut kk.. makin kepo kedepannya gimana??
2023-04-29
1