Chapter 3

Laura duduk di atas sofa, wajahnya penuh dengan kebingungan dan kekhawatiran. Dia menatap ke arah jendela, sambil sesekali menghela nafas.

Emma, sahabat terdekatnya sejak sekolah menengah, datang ke rumah Laura dengan membawa beberapa kue dan teh hangat. Emma segera melihat bahwa Laura tidak dalam keadaan yang baik.

"Ada apa, Laur?" tanya Emma, sambil menaruh kue dan teh di meja.

Laura menatap Emma, bibirnya bergetar, dan akhirnya dia memutuskan untuk menceritakan semuanya.

"Kamu tahu Daniel, putra tiriku?" tanya Laura, suaranya terdengar lemah.

Ya, aku ingat," jawab Emma.

"Aku tidak tahu bagaimana harus menceritakannya padamu,” kata Laura.

Emma duduk di sebelah Laura, mengambil tangan Laura dengan lembut.

"Ceritakan padaku, Laur," kata Emma.

Laura pun mengaku bahwa dia telah menjalin hubungan dengan anak tirinya Daniel setelah suaminya Tom meninggal.

Emma menatap Laura dengan tatapan penuh perhatian. "Bagaimana kamu merasa tentang ini, Laura?" tanyanya.

"Aku sangat bingung, Emma. Aku mencintai Daniel, tapi dia adalah anak tiri ku. Aku merasa seperti aku melakukan sesuatu yang salah," jawab Laura dengan suara bergetar.

"Kamu tidak melakukan sesuatu yang salah, Laura. Kamu telah menemukan cinta sejati dan tidak ada yang salah dengan itu," kata Emma dengan lembut.

"Tapi, bagaimana bisa aku mencintai anak tiri ku? Apa yang akan orang pikirkan tentang kami?" tanya Laura dengan sedih.

Emma menempatkan tangannya di atas tangan Laura. "Yang penting adalah bagaimana kamu merasa tentang dirimu sendiri dan hubunganmu dengan Daniel. Tidak peduli apa yang orang katakan, jika kamu bahagia, itu yang paling penting."

Laura mengangguk. "Aku merasa bahagia bersama Daniel. Tapi, aku takut jika hubungan ini tidak akan berakhir dengan baik."

"Semua hubungan membutuhkan kerja keras, Laura. Jangan berhenti mencintai hanya karena kamu takut akan terluka. Kita tidak pernah tahu apa yang terjadi di masa depan, tapi kita harus berani mengambil risiko dan mengikuti hati kita," kata Emma dengan tegas.

Laura merenung sejenak tentang kata-kata Emma. Dia tahu bahwa sahabatnya benar. Dia tidak bisa berhenti mencintai hanya karena takut terluka.

"Aku akan mencoba untuk mempercayai perasaanku sendiri dan melanjutkan hubungan ini dengan Daniel," kata Laura dengan tegas.

Emma tersenyum dan mengangguk. "Aku selalu mendukungmu, Laura. Dan jika kamu membutuhkan seseorang untuk diajak bicara, aku selalu ada untukmu."

Laura memikirkan saran Emma sejenak sebelum berkata, "Aku akan mencobanya. Terima kasih banyak, Em."

"Mari kita makan kue dan minum teh dulu, ya?" kata Emma, mencoba untuk mengangkat suasana hati Laura.

Laura dan Daniel duduk di teras rumah dengan segelas teh di tangan mereka. Mereka saling berhadapan dan menatap satu sama lain dengan penuh kasih sayang. Mereka sedang membicarakan tentang masa lalu mereka masing-masing.

"Kamu tahu, Daniel, aku merasa sangat bersalah atas apa yang terjadi pada masa lalu," kata Laura dengan suara lirih.

Daniel meletakkan tangannya di atas tangan Laura dan berkata, "Kamu tidak perlu merasa bersalah, Laura. Apa yang terjadi pada masa lalu tidak bisa kita ubah. Yang terpenting adalah kita belajar dari pengalaman kita dan berusaha untuk menjadi lebih baik di masa depan."

Laura tersenyum, merasa lega mendengar kata-kata Daniel. Mereka melanjutkan untuk membicarakan tentang pengalaman hidup mereka. Laura bercerita tentang masa lalunya dengan Tom, dan bagaimana dia merasa kehilangan saat suaminya meninggal.

Daniel mendengarkan dengan perhatian dan memegang tangan Laura dengan erat. "Aku tahu rasanya kehilangan seseorang yang kita cintai, Laura. Tapi, kita harus belajar untuk tidak pernah menyerah dan terus berjuang di kehidupan."

Laura merasa hangat di hatinya mendengar kata-kata Daniel. Dia merasa bahwa dia bisa membuka diri kepada Daniel dan berbicara tentang apa pun tanpa rasa takut atau malu.

"Kamu tahu, Laura, aku merasa sangat beruntung karena telah menemukanmu. Aku tidak pernah berpikir bahwa aku akan menemukan seseorang seperti kamu," kata Daniel dengan tulus.

Laura tersenyum dan berkata, "Aku juga merasa beruntung, Daniel. Kamu adalah orang yang luar biasa, dan aku merasa sangat nyaman bersama kamu."

"Tapi, aku takut tentang apa yang akan terjadi di masa depan. Bagaimana jika kita menghadapi rintangan yang sulit? Bagaimana jika kita tidak bisa mengatasi masalah kita?" tanya Laura dengan suara gemetar.

Daniel meletakkan tangannya di pipi Laura dan berkata, "Jangan takut, Laura. Kita akan menghadapi masalah kita bersama-sama. Kita akan saling mendukung dan mengatasi rintangan bersama-sama."

"Kamu tahu, Daniel, aku tidak pernah merasa sebahagia seperti ini sebelumnya. Aku merasa bahwa kamu adalah orang yang tepat untukku," kata Laura dengan tulus.

Daniel tersenyum dan berkata, "Aku merasa sama, Laura. Aku sangat bahagia bisa bersama kamu."

Laura menatap Daniel dan berkata, "Aku hanya ingin kamu tahu, Daniel, bahwa kamu adalah orang yang paling penting dalam hidupku sekarang. Aku tidak tahu apa yang akan terjadi jika kamu tidak ada di sini."

Daniel tersenyum dan meraih tangan Laura, "Aku merasa sama, Laura. Kamu adalah segalanya bagiku. Aku akan selalu ada di sini untukmu, untuk mendukungmu dan mencintaimu."

Mereka terus berbicara tentang hubungan mereka dan membicarakan kekhawatiran mereka. Laura khawatir bahwa hubungan mereka mungkin tidak diterima oleh orang-orang di sekitar mereka, tetapi Daniel meyakinkannya bahwa mereka harus memprioritaskan kebahagiaan mereka sendiri.

"Aku tidak peduli dengan apa yang orang lain pikirkan tentang kita. Yang penting, kita saling mencintai dan saling mendukung," kata Daniel dengan tegas.

***

Mohon bantu like dan votenya teman-teman semua. ❤️

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!