Daniel duduk di ruang tamu sambil menunggu Laura. Dia merasa khawatir tentang bagaimana Laura menghadapi kehidupan sehari-harinya setelah kepergian Tom. Ketika Laura akhirnya muncul, wajahnya penuh dengan kesedihan yang mendalam.
Daniel bangkit dari kursi. “Laura. Bagaimana kabarmu?”
Laura menatap Daniel dengan mata berkaca-kaca dan berkata. “Daniel. Aku merasa hancur. Aku tidak tahu bagaimana caranya melanjutkan hidupku tanpa Tom.”
Aku mengerti bahwa ini adalah masa sulit bagimu, Laura. Namun, kita harus mencoba untuk menghadapinya bersama-sama. Apakah mungkin ada sesuatu yang bisa aku bantu?” Ucap Daniel.
Aku merasa terjebak dalam rutinitas sehari-hariku. Tom selalu melakukan begitu banyak hal untukku. Aku tidak tahu bagaimana mengurus keuangan, memperbaiki kerusakan di rumah, atau bahkan beberapa hal kecil lainnya yang biasa dilakukan Tom,” ucap Laura sedih.
Daniel mendekati Laura dna berkata. “Laura, kita semua pernah mengalami masa sulit. Namun, kamu tidak sendirian dalam menghadapi ini. Aku akan berada di sampingmu dan membantumu melewati semua ini. Aku percaya kamu mampu mengatasi kesulitan-kesulitan ini.”
Laura meneteskan air mata. “Terima kasih, Daniel. Aku benar-benar merasa sendirian sekarang.”
“Aku mengerti perasaanmu. Tapi ingatlah bahwa hidup tidak berhenti di sini. Mari kita mulai dengan sesuatu yang sederhana. Bagaimana jika kita mulai dengan mengatur keuanganmu? Aku bisa membantumu membuat anggaran, mengelola tagihan, dan memberimu saran tentang cara menghemat uang.” Ucap Daniel tersenyum.
“Itu akan sangat membantu, Daniel. Aku merasa begitu kewalahan dengan semua hal itu.” Ucap Laura.
Daniel dan Laura duduk di meja ruang makan, dengan kertas dan pena di depan mereka. Mereka mulai merancang anggaran keuangan Laura, mencatat pendapatan dan pengeluaran bulanan, serta merencanakan cara untuk menghemat uang.
“Sekarang, mari kita lihat apakah ada tagihan atau pembayaran yang perlu kita atasi terlebih dahulu. Aku punya beberapa ide tentang cara mengelolanya,” kata Daniel mengecek catatan keuangan yang mereka buat.
Laura merasa lega. “Terima kasih, Daniel. Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan tanpamu.”
Selanjutnya, Daniel mengajari Laura beberapa dasar perbaikan rumah. Mereka memperbaiki kerusakan kecil, seperti mengecat dinding yang tergores dan mengganti lampu yang mati. Daniel dengan sabar mengajarinya langkah-langkah yang diperlukan.
Setelah itu mereka berdua duduk di ruang tamu, sambil menikmati secangkir teh hangat yang dibuat Laura.
“Laura, aku ingin tahu tentang perasaanmu terhadap kehilangan Tom,” ucap Daniel. “Kamu tahu memikirkan diri sendiri juga penting dalam proses penyembuhan hatimu.”
Laura terisak. “Aku merindukannya setiap saat. Aku merasa sendirian dan tidak lengkap tanpanya.”
Aku tahu itu tidak mudah, Laura. Kehilangan seseorang yang kita cintai sangat menyakitkan. Namun, kamu harus ingat bahwa Tom akan selalu ada di hatimu. Dia ingin melihatmu bahagia dan terus menjalani hidupmu.” Ucap Daniel.
Laura menatap Daniel. “Tapi bagaimana aku bisa bahagia tanpanya?”
Daniel tersenyum lembut dan berkata. “Bahagia tidak berarti melupakan Tom, tetapi menghormati kenangan dan menciptakan kehidupan yang berarti bagi dirimu sendiri. Aku akan selalu di sampingmu, mendukungmu dalam setiap langkah yang kamu ambil. Kita bisa mencoba mencari kegiatan baru, menghabiskan waktu dengan teman-temanmu atau bahkan melakukan perjalanan untuk mengalihkan perhatian sejenak.”
“Terima kasih, Daniel. Aku akan memikirkan tawaranmu, aku sangat beruntung memiliki seorang seperti kamu sekarang,” ucap Laura.
“Kamu juga penting bagi aku, Laura. Kita akan menghadapi tantangan ini bersama-sama, langkah demi langkah. Kita akan menemukan kekuatan dalam kesedihan dan membuatmu bisa tersenyum kembali.” Ucap Daniel.
—
Laura merasa sangat lelah dan terbebani setelah menyelesaikan pekerjaan yang berat di toko bunga miliknya. Dia sangat merindukan suaminya Tom yang selalu menjadi tempat sandarannya dalam situasi seperti ini. Tapi kini, Tom telah tiada dan dia merasa begitu sendirian.
Saat sedang dalam perjalanan pulang menuju ke rumahnya, tiba-tiba mobilnya mogok di tengah jalan. Dia mencoba menyalakan kembali mesin mobilnya, tetapi tidak berhasil. Dia merasa panik dan bingung karena dia tidak tahu bagaimana memperbaiki mobilnya.
Laura memutuskan untuk menelepon Daniel, hanya Daniel yang ada di pikirannya yang selalu siap membantunya dalam situasi sulit seperti ini. Beberapa saat kemudian, Daniel tiba di lokasi dengan sebuah taksi dan melihat mobil Laura yang mogok di pinggir jalan.
“Apa yang terjadi, Laura? Apakah kamu baik-baik saja?” Ucap Daniel mendekati Laura.
“Mobilku mogok, Daniel. Aku tidak tahu bagaimana memperbaikinya.” Ucap Laura panik.
“Tenang saja, Laura. Aku akan membantumu.” Ucap Daniel dan berjalan menuju ke mobil Laura.
Daniel membuka kap mobil Laura dan mencoba memeriksa mesin mobilnya. Dia menemukan masalah pada aki mobilnya.
“Aki mobilmu habis habis, Laura. Aku akan membantumu dengan menggunakan baterai cadangan.” Ucap Daniel.
“Terima kasih banyak, Daniel. Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan tanpamu.” Ucap Laura
Saat Daniel memeriksa baterai cadangan di dalam bagasinya, Laura tidak bisa menahan pandangannya untuk tidak tertegun. Dia melihat punggung Daniel yang tegap dan otot tangannya yang kuat. Dia merasa tersipu malu karena melihat Daniel dengan pakaian yang ketat dan t-shirt yang menonjolkan ototnya.
Tiba-tiba, dia melepas t-shirtnya dan mengelap keringatnya dengan kain lap. Laura terkejut melihat Daniel mengeluarkan bahu yang berotot dan perut yang rata.
Laura tersipu malu dan mengalihkan pandangannya.
Setelah beberapa saat, Daniel berhasil memperbaiki mobil Laura dan mereka berdua melanjutkan perjalanan ke rumah Laura dengan Daniel yang menyetir mobilnya.
“Terima kasih banyak atas bantuanmu, Daniel. Aku tidak tahu bagaimana aku bisa memperbaiki mobilku tanpamu.” Ucap Laura.
“Kamu tidak perlu berterima kasih, Laura. Aku selalu siap membantumu dalam situasi apapun. Aku senang bisa membuatmu merasa lebih baik.” Ucap Daniel dengan tiba-tiba menyentuh tangn Laura membuat Laura terkejut dan menarik tangannya.
Laura mulai merasa bahwa ada sesuatu yang berbeda dengan Daniel. Dia merasa bahwa Daniel telah memperlihatkan perhatian yang lebih dari sekedar membantunya. Laura tidak yakin bagaimana harus menanggapinya, dan ketegangan mulai terasa di antara keduanya.
—
Suatu sore, ketika Daniel sedang memperbaiki kompor milik Laura di dapur dan Laura sedang duduk di sofa merebahkan tubuhnya setelah selesai membersihkan ruang tamu. Dia melihat ke arah Daniel, dan melihat bahwa dia tampak sangat tampan dalam pakaian kerja yang kotor. Laura merasa jantungnya berdegup lebih cepat, dan dia merasa malu karena merasa tertarik pada Daniel.
"Tidak apa-apa jika aku bertanya?" Daniel berkata, memecah keheningan yang terasa tidak nyaman.
"Tanya apa?" Laura bertanya, mencoba mengalihkan perhatiannya.
"Tentang dirimu. Aku tidak banyak tahu tentangmu," jawab Daniel.
"Oh, apa yang ingin kamu ketahui?" jawab Laura.
"Bagaimana kamu bisa bertemu dengan ayahku dan menikah dengannya?” tanya Daniel.
"Mas Tom adalah teman baik ayahku, Mas Tom sering membantu kami sewaktu kami tinggal di desa, saat orang tuaku meninggal, Mas Tom ingin mengangkatku sebagai adiknya, tetapi melihat Mas Tom yang hidup sendiri membuatku memberanikan diri untuk bersedia menjadi istrinya,” jawab Laura menatap kosong ke foto pernikahannya dengan Tom.
“Berapa umurmu waktu itu?” Tanya Daniel lagi.
“Aku berusia 17 tahun waktu itu dan Mas Tom berumur 25 tahun, sekarang umurku 35 tahun,” ucap Laura tersenyum.
“Jadi, kamu sudah menikah dengan ayahku selama 15 tahun?” Tanya Daniel antusias.
Laura pun menganggukkan kepalanya. “Bagaimana denganmu? Mengapa aku tidak pernah tahu tentang dirimu? Bahkan mas Tom tidak pernah menceritakan apapun tentang kamu.”
“Aku dilahirkan sebelum ibuku menikah dengan ayahku, tetapi pernikahan mereka tidak lama dan ibuku pergi membawaku,” ucap Daniel.
“Berapa umurmu sekarang, Daniel?” Tanya Laura.
“25 tahun,” jawab Daniel tersenyum.
Laura merasa senang mengetahui cerita lain dari Daniel dan masa lalunya. Begitupun Daniel, ia tampak sangat tertarik dengan kehidupan Laura dan mereka pun berbicara selama beberapa jam mengenal satu sama lain dan berbicara tentang topik lainnya.
Waktu berlalu dengan cepat, dan tiba-tiba Daniel melihat jam tangannya. "Oh tidak, aku lupa ada janji dengan seorang teman untuk makan malam," katanya sambil berdiri. "Aku harus pergi sekarang."
Laura juga berdiri dan memberinya jaketnya. "Aku akan menemanimu keluar," katanya. Mereka berjalan ke pintu dan Laura membuka pintu untuk Daniel. Laura mendekati dan tersenyum pada Daniel. "Terima kasih atas bantuanmu hari ini," katanya.
Daniel tersenyum. "Tidak ada masalah, aku senang bisa membantumu." Mereka saling berpandangan dan ada ketegangan di antara mereka. Akhirnya, Daniel memutuskan untuk mengambil risiko dan berkata, "Laura, sebenarnya ada yang ingin kukatakan padamu. Aku telah menyukaimu sejak pertama kali kita bertemu, dan aku berharap kita bisa keluar bersama suatu saat nanti."
Laura terkejut dan terdiam sejenak. Dia juga merasa tertarik pada Daniel, tetapi dia ragu tentang apakah dia siap untuk memulai hubungan baru dengan anak tirinya sendiri. Akhirnya, dia memutuskan untuk memberitahunya. "Daniel, aku juga merasa tertarik padamu, tapi aku rasa hubungan kita terasa tidak pantas, aku perlu waktu untuk memikirkannya.”
Daniel mengerti dan memberinya waktu untuk memikirkannya. Mereka saling berpelukan dan berjanji untuk tetap berhubungan. Setelah itu, mereka berpisah dan Daniel pergi untuk makan malam dengan temannya.
Laura terus memikirkan kata-kata Daniel tentang ketertarikan mereka. Dia tahu bahwa dia juga merasakan hal yang sama, tetapi dia tidak pernah berpikir bahwa Daniel akan merasakannya juga. Dia merasa senang, tetapi juga sedikit takut. Dia tidak ingin mengambil risiko dan memperburuk hubungan mereka, tetapi dia juga tidak ingin kehilangan kesempatan untuk menjalin hubungan yang lebih dekat dengan Daniel.
Laura merasa campur aduk setelah beberapa minggu menghabiskan waktu bersama Daniel. Meskipun dia merasa nyaman dengan Daniel dan sangat menghargai dukungan yang diberikannya selama masa-masa sulit, Laura merasa bingung tentang bagaimana dia seharusnya merespons perasaannya pada Daniel.
Malam itu, dia duduk sendirian di rumahnya, Laura merenungkan perasaannya. Dia menyadari bahwa dia telah mengalami perasaan cinta yang kuat pada Tom, dan meskipun dia merindukan Tom, dia juga merasa seperti dia harus melanjutkan hidupnya.
"Apakah aku seharusnya membuka hatiku pada Daniel?" Laura bertanya pada dirinya sendiri. "Apa yang harus aku lakukan jika aku merasa tidak siap untuk membentuk hubungan?"
Sementara itu, Daniel tidak bisa berhenti memikirkan Laura. Dia tahu dia harus memberinya waktu, tetapi dia tidak sabar untuk mengetahui apakah dia akan memberinya kesempatan.
—
Beberapa hari kemudian, Daniel kembali ke rumah Laura untuk membantunya dengan proyek renovasi. Mereka bekerja bersama-sama di ruang tamu, menghapus wallpaper lama dan mengecat dinding dengan warna yang baru. Laura merasa senang bisa bekerja dengan Daniel. Mereka saling bercanda dan tertawa, dan suasana di ruangan itu sangat menyenangkan.
Tiba-tiba, Daniel berhenti bekerja dan menatap Laura dengan lembut. "Laura, apakah kamu sudah memikirkannya?" katanya dengan serius.
Laura merasa sedikit gugup. "Tentang apa?" tanyanya.
"Tentang hubungan kita, apakah kamu sudah memikirkannya?” Ucap Daniel lembut. “Laura, aku yakin tentang perasaanku padamu. Aku merasa terikat denganmu, tapi aku tidak ingin membuatmu merasa tidak nyaman atau terpaksa," kata Daniel dengan lembut.
Laura merasa tegang mendengar ini, dan dia tidak tahu bagaimana harus merespons.
"Aku...aku tidak tahu, Daniel. Aku masih memikirkan tentang apa yang aku inginkan," kata Laura dengan ragu.
"Aku mengerti. Aku tidak ingin tergesa-gesa dan membuatmu merasa tidak nyaman. Aku hanya ingin kamu tahu bagaimana perasaanku," ujar Daniel dengan penuh pengertian.
"Daniel, aku ingin kamu tahu bahwa aku masih merasa bingung tentang hubungan kita," kata Laura dengan ragu.
"Ya, aku tahu," kata Daniel dengan lembut. "Apa yang bisa aku lakukan untuk membantumu merasa lebih nyaman?"
"Sepertinya aku hanya membutuhkan waktu untuk memikirkan semuanya lagi. Aku merasa khawatir bahwa aku tidak siap untuk membuka hatiku," jawab Laura dengan rendah hati.
“Aku akan memberikanmu waktu untuk memikirkannya lagi,” kata Daniel.
—
Beberapa minggu kemudian, setelah beberapa waktu merenung, Laura akhirnya memutuskan untuk berbicara dengan Daniel tentang perasaannya.
"Daniel, aku pikir aku siap untuk mencoba menjalin hubungan denganmu. Aku tahu aku merasa bingung dan takut, tapi aku pikir kamu bisa membantuku melewatinya," kata Laura dengan penuh keraguan.
"Pasti, Laura. Aku sangat senang mendengarnya," ujar Daniel dengan senyum lembut di wajahnya.
Laura merasa seperti beban besar telah diangkat dari pundaknya saat dia merasa bahwa dia sudah mengambil keputusan yang benar. Dia merasa sangat bersyukur memiliki seseorang seperti Daniel yang bisa mendukungnya.
Namun, meskipun Laura sudah mengambil keputusan untuk mencoba menjalin hubungan dengan Daniel, ada beberapa keraguan yang masih menghantui pikirannya.
"Apakah kamu yakin ini benar-benar bisa bekerja? Apa jika aku masih belum siap untuk membuka hatiku sepenuhnya?"
Daniel meletakkan tangannya di atas tangan Laura dan berkata, "Laura, aku tahu kamu sedang merasa cemas dan ragu-ragu, tapi kamu harus tahu bahwa aku siap untuk menunggu. Aku tidak ingin memaksa apapun, dan aku akan selalu memberikanmu ruang dan waktu yang kamu butuhkan."
"Daniel, aku tidak ingin membuatmu terluka atau kecewa. Aku masih merasa ragu-ragu dan takut, tapi aku berjanji akan berusaha untuk memberikan yang terbaik," ujar Laura dengan tulus.
"Laura, kamu tidak perlu khawatir tentang itu. Aku percaya padamu, dan aku tahu kamu akan melakukan yang terbaik," kata Daniel dengan penuh keyakinan.
***
Mohon bantu like dan votenya teman-teman semua. ❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments