Bab 4

Setelah makan malam, mereka semua berkumpul di ruang keluarga. Lea merasa seorang diri di sana, karena kedua orang tuanya telah pulang ke rumah mereka.

"Nak Lea, tidak apa apa kan tinggal di sini sama Mami dan Edo?" Tanya Eva menatap lembut pada menantunya.

Belum sempat Lea menjawab, Edo lebih dulu menjawab pertanyaan mami nya.

"Kami akan tinggal di apartemen"

"Loh kenapa nak? Rumah ini sangat besar, kalian bisa tinggal di sini"

"Tidak Mi, Edo mau hidup mandiri. Lagi pula, mami bisa kapan saja datang berkunjung " ujar Edo menjelaskan.

Lea tidak bisa berkata kata lagi, dia hanya diam dan menundukkan kepalanya.

"Ya sudah deh, kalau itu yang kalian mau" pasrah Eva tidak bisa berkata kata lagi.

Edo mengangguk, kemudian mengeluarkan ponselnya. Melihat ada berpuluh puluh pesan dari wanita wanita yang pernah menghabiskan malam dengan nya.

"Sampah" dengus Edo.

Pria itu menghapus dan memblokir nomor nomor perempuan itu.

Lea tidak banyak bicara, dia hanya duduk diam mendengarkan pembicaraan keluarga yang baru saja dia masuki.

Sesekali Lea menjawab iya atau tidak, ketika salah satu dari mereka melempar pertanyaan kepadanya.

Setelah sedikit lebih larut, tepat nya pukul 10 malam. Semua orang memilih untuk pergi ke kamar masing-masing.

Waktu istirahat telah tiba, ada yang langsung tidur, dan ada yang yang main hp dulu sebelum tidur.

Namun, berbeda dengan Lea dan Edo. Pengantin baru yang harusnya sedang pengen berdua dua di kamar malah terlihat biasa saja.

Mereka sibuk dengan diri masing masing. Lea sibuk di sofa, sedangkan Edo sibuk dengan laptopnya di atas ranjang.

Sesekali Lea melirik suaminya, melihat apa yang pria itu sedang lakukan.

"Apa begini malam pengantin baru itu? Apa hanya diam dan sibuk masing-masing?" Pikir Lea.

Dia gadis yang polos, belum pernah menjalin hubungan asmara dengan laki laki mana pun.

Jadi, Lea terlalu awam untuk berdekat dengan seorang pria.

Namun, sikap nya yang jutek dan ketus membuat dia terlihat anti dengan pria.

"Heh!"

Lea menoleh, menatap Edo yang meneriakinya.

"Ada apa?" Tanya Lea ketus.

"Rapikan pakaian mu, besok kita akan pindah" suru Edo memberitahu.

"Ya" jawab Lea acuh.

Edo kembali melanjutkan kesibukannya. Dia hanya akan berbicara atau menoleh pada Lea ketika ada keperluan saja.

"Dasar pria dingin" cibir Lea beranjak dari sofa.

Entah bagaimana nasib rumah tangganya nanti. Sikap suami yang sangat dingin, Lea rasa tidak akan bertahan lama.

Namun, mengingat Eva sangat baik, Lea harus mempertimbangkan semuanya.

Keesokan pagi nya, Sesuai yang Edo katakan. Mereka pindah ke apartemen milik Edo.

Eva mengantar putra dan menantunya ke depan pintu. Sebenarnya dia tidak rela melepas Lea pergi dari rumahnya. Namun, ini keputusan putranya. Dia tidak bisa menahan apa yang sudah menjadi keputusan putranya untuk rumah tangga nya.

"Nak, apa ini tidak terlalu cepat?" Tanya Eva sendu. Dia masih berusaha membujuk putranya.

"Tidak mi, lebih cepat lebih baik" jawab Edo sambil berpamitan.

"Mi, Lea pamit yah. Nanti Lea bakalan sering kunjungi mami yah" ujar Lea memeluk Eva.

"Harus, kamu harus sering datang ke sini. Temani mami yah, mami cuma sendiri di sini"balas Eva sedih.

"Iya mi, Lea bakalan sering ke sini kok"

Dengan berat hati, Lea melepaskan pelukannya pada Eva. Meskipun baru bersama, Lea dapat merasakan ketulusan hati Eva. Kasih sayang Eva yang menganggap dirinya seperti putri kandungnya sendiri.

Kini, mereka harus berpisah. Keputusan Edo sangat bulat dan tidak bisa di bantah.

"Ayo" seru Edo dingin.

"Mi Lea berangkat"

Lagi lagi Lea memeluk Eva, seakan akan tidak ingin pergi dari rumah itu. Namun, apalah daya dia yang hanya seorang istri harus menurut pada suami.

"Hati hati yah sayang. Edo, jaga Lea. Cepat cepat kasih cucu untuk mami"

"Iya mi, Edo berangkat"

Setelah Salim dengan mami nya, Edo masuk ke dalam mobil. Di susul oleh Lea yang duduk di bangku samping Edo.

Awal nya Lea mau duduk di bangku belakang, tapi Edo memelototinya. Jadi Eva langsung masuk di bangku depan samping kemudi.

"Bye mi"

"Bye sayang!!" Balas Eva.

Lea terus melambaikan tangannya hingga rumah Eva tak terlihat lagi.

Fyuu...

"Berat rasanya jauh dari mami" gumam Lea dalam hati.

Selama perjalanan, Lea dan Edo sedikitpun tidak mengeluarkan suara.

Mereka seperti tidak saling kenal dengan menutup rapat mulut masing-masing.

1 jam kemudian, mobil BMW hitam berhenti di sebuah basemen. Lea terkejut dan merasa takut. Apalagi suasa basemen yang gelap dan sepi, membuat pikiran nya di rasuki oleh berbagai macam dugaan.

"Ayo turun" seru Edo begitu saja. Pria itu langsung keluar dari dalam mobil.

"Ngapain datang ke sini?" Tanya Lea takut takut. Dia tidak berani keluar dari dalam mobil. Di dalam pikiran nya berputar adegan mengerikan yang biasa terjadi di dalam film action. Bahkan film horor.

Edo yang mengeluarkan koper milik Lea dan juga milik nya merasa kesal karena tak kunjung mendapati Lea keluar dari dalam mobil.

"Kenapa kamu tidak keluar?" Tanya Edo dengan suara sedikit lebih tinggi.

Lea menggeleng, dia tidak mau keluar karena takut. Tangannya bahkan saat ini sudah bergetar.

"Aku tidak mau keluar, di sini terlalu seram!" Jawabnya polos.

Edo berdecak kesal, dia lupa jika wanita yang sudah menjadi istrinya ini berasal dari perkampungan yang kuno.

Bahkan dia sangat kolot tidak tahu tempat apa ini.

"Jika kau ingin tetap di dalam mobil. Terserah saja. Aku akan pergi dan membiarkan mu ditangkap orang jahat!" Ucap Edo sengaja menakut nakuti Lea.

Setelah itu, Edo pun melangkah menuju ke lift.

"Orang jahat? Menangkap ku?"

"Edo!!!"

Brak!

Lea keluar dari dalam mobil, menghempaskan pintu mobil lalu berlari menyusul Edo masuk ke dalam lift.

Beruntung pintu lift belum tertutup. Jika sudah tertutup. Maka Lea tidak tahu harus bagaimana.

Ting.

Pintu lift terbuka, Edo menarik dua koper besar keluar dari lift. Sedangkan Lea, dia malah berdecak kagum.

Dia pikir tadi tempat ini adalah gedung tua tempat orang orang jahat melakukan kejahatan. Ternyata ini adalah bangunan yang sangat terawat dan terdapat banyak orang di sana.

Entah apa nama tempatnya, Lea tidak tahu. Gadis ini sangat kolot dan merasa sangat malu pada dirinya sendiri.

Mereka berdua masuk ke sebuah apartemen mewah.

Lea mengikuti Edo yang berjalan menuju ke kamar. Mata gadis itu tampak berbinar, berdecak kagum dengan rumah mewah ini.

Dia tidak menyangka, ternyata gedung ini adalah rumah baru mereka.

"Ini kamar kamu!" Seru Edo.

Pria itu juga meletakkan koper milik Lea di depan pintu kamar itu.

"Maksudnya?" Tanya Lea bingung.

Dia tidak mengerti apa yang Edo maksud. Dia berpikir jika suami istri akan tidur di kamar yang sama.

Sedangkan Edo, mengatakan ini adalah kamar miliknya. Apa itu berarti mereka akan tidur terpisah?

"Kamu tidur di sini dan aku tidur di kamar ku. Jangan berharap aku akan berbagi kamar dengan mu!"

"Ah tidak, aku tidak akan berpikir seperti itu" sangkal Lea menggelengkan kepalanya cepat.

"Ingat yah, pernikahan ini bukan atas keinginan ku. Jadi ikatan ini tidak akan berarti apa apa bagi ku. Soal kebutuhan hidup mu, akan aku tangani. Tapi, jangan sesekali berpikir ingin ikut campur dengan urusan ku!"

"Mengerti?"

Lea mengangguk patuh, semuanya cukup jelas. Dia memang cupu, tapi dia tidak bodoh. Untuk perkataan sederhana seperti itu, Lea dapat menahannya.

"Baiklah, aku mengerti. Aku harap kau juga melakukan hal yang sama" balas Lea.

Kemudian, Lea pun masuk ke dalam kamar nya dan menarik koper besar milik nya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!