Sudah satu bulan semenjak makan malam keluarga waktu itu. Lea tidak lagi bertemu dengan pria itu.
Dia masih ingat, bagaimana sikap Edo pada dirinya ketika mereka pergi keluar.
"Dia tidak menyukai ku" lirih Lea dalam hati.
Malam itu, mereka pergi ke sebuah taman. Entah di mana letak nya Lea tidak tahu. Tapi, tempat itu sangat jauh dari rumahnya.
Lea merupakan gadis biasa saja, dia hanya keluar untuk pergi ke pasar dan juga pergi ke tempat kerja nya saja.
Malam itu, Edo menatapnya dengan sangat tajam. Membuat Lea tidak berani mengangkat wajahnya untuk membalas pandangan Edo.
"Aku tidak tahu, kenapa mami menyuruh ku untuk menikahi mu. Tapi yang harus kamu tahu, aku tidak akan pernah mencintai mu. Aku tidak akan menerima mu!"
Lea terdiam, air matanya hampir jatuh mendengar perkataan tajam keluar dari mulut Edo. Pria yang di jodohkan dengan dirinya.
"Jika kamu tidak bersedia, tinggal tolak saja!" Ucap Lea.
Kata kata itu keluar begitu saja dari mulutnya. Edo saja tidak menyangka akan menerima kalimat seperti itu dari wanita ini.
"Aku sudah menolak nya, aku sudah berusaha. Tapi, mami ku seakan keras kepala ingin menikahkan aku sama kamu!"
"Aku minta sama kamu, tolong tolak pernikahan ini!"
"Cih.."
Edo terkejut melihat sikap yang tidak terduga dari gadis yang dia anggap cupu ini.
"Jika kamu tidak bisa, lalu bagaimana dengan aku yang bukan siapa siapa?"
Sit..
Edo menggeram kesal, gadis ini membuat dirinya kesal saja.
"Lea!! Lea!!" Seru Tina membuat Lea tersentak kaget.
"Iya Bu" sahut Lea.
Lea berjalan cepat keluar dari kamarnya, menemui ibu nya yang memanggilnya dari dapur.
"Ada apa Bu, panggil Lea ke dapur?"
"Ini nak, ibu lupa. Tadi ada Bu Eva. Dia nitip ini buat kamu"
Tina memberikan kotak hadia dari calon mertua putrinya.
"Apa ini Bu?" Tanya Lea sembari menerimanya.
"Kamu bawa ke kamar gih, lihat di sana saja. Ini ibu mau masak makan malam" suru Tina.
Lea menurut saja, dia membawa kotak hadia itu ke kamar nya.
"Apa isi nya yah?"
Lea merasa penasaran dengan isi dari kotak yang hampir sebesar kotak kardus tv.
Sesampainya di kamarnya, Lea langsung membuka kotak itu. Melihat isi kotak hadia itu.
Mata Lea melebar, saat melihat apa yang ada di dalam kotak hadiah itu.
"Astaga, cantik cantik sekali" gumamnya kagum.
Lea mengeluarkan satu persatu gaun dan juga dress yang Eva kirimkan pada nya.
"Ya ampun, Tante Eva baik banget"
"Coba ah" Lea mengambil salah satu dress yang sangat cantik dan menarik perhatiannya. Lalu Lea segera mengenakannya.
Sementara itu, di ruangan kerjanya. Edo baru saja marah marah pada sekretarisnya.
Entah mengapa, emosi Edo makin tinggi sejak mami nya meminta dirinya menikah dengan gadis cupu itu.
"Maaf boss, saya benar benar tidak tahu. Jika laporan itu salah"
Edo menatap wanita yang menunduk ketakutan di hadapan nya.
"Tidak tahu? Apa itu jawaban yang pas untuk seorang sekretaris?"
"Maaf" lirih wanita yang bernama Diva.
Brak.
Edo menarik tangan Diva, hingga gadis itu terhenyak duduk di atas paha nya.
"B-bos" sahut Diva dengan suara sensual.
"Jangan mencoba merayu ku Diva, aku pasti akan menghajar mu!"
"Silahkan, aku rela"
Dengan lancang, Diva langsung mengalungkan tangan nya ke leher Edo. Rasa takut yang dia perlihatkan tadi, berganti dengan rasa inginkan pria itu.
Cup.
Tanpa ba-bi-bu Edo langsung membungkam bibir wanita itu. Menarik paksa blouse hijau Sage yang Diva kenakan. Hingga kancing baju Diva berjatuhan di lantai.
Dengan liar, tangan Edo langsung bergerilya di dada Diva yang masih berbalutkan bra merah menggoda.
"Boss...." Desis Diva nikmat. Matanya merem melek menikmati setiap permainan Edo pada tubuhnya.
Posisi duduk Diva juga sudah berubah, dia mengangkangi Edo, membuat rok pendek nya terangkat ke atas hingga ke pinggang.
"Habis kau!" Desis Edo menyentak kasar buah dada Diva.
Pergumulan mereka berakhir dengan erangan nikmat dan keringat yang membanjiri tubuh keduanya.
Diva terkapar di atas meja kerja Edo, pakaian nya sudah sangat berantakan. Tubuh nya lemas setelah di gempur Edo selama 3 jam.
Sedangkan Edo, dia sudah pergi entah kemana tanpa Diva tahu.
Beginilah sifat Edo, dia selalu bergonta ganti wanita setiap harinya. Tanpa menjalin hubungan yang serius, Edo hanya menggunakan mereka sebagai melampiaskan nafsu saja.
Namun, wanita yang sering di gunakan olehnya adalah Diva. Selain pintar goyang, diva juga selalu pintar membuat Adik kecil pusaka Edo puas.
----------------
Edo pulang ke rumah, hari ini dia pulang lebih awal dari yang biasanya.
"Loh, kamu sudah pulang sayang?" tanya Eva heran.
biasanya Edo pulang pukul 7 malam, bahkan lebih larut dari itu.
Sekarang, pukul 4 sore. Putra semata wayang nya sudah tiba di rumah.
"Cepat pulang salah, lama juga salah" ucap Edo menggerutu.
pria itu menghempaskan tubuhnya dia atas sofa, mengacuhkan Mami nya yang masih merepet pada dirinya.
Melihat putranya yang diam saja, Eva pun berhenti mengomel.
Cukup lama mereka terdiam, dan sibuk dengan pikiran masing-masing. Akhirnya, Edo membuka suara.
"Mi, apa mami yakin Lea terbaik untuk Edo?"
Eva menoleh, terkejut mendengar pertanyaan putranya terdengar sangat mendalam.
"Tentu saja mami yakin. Mami juga yakin, suatu hari nanti kamu pasti akan merasakan apa yang mami maksud"
"Apa mi, jelaskan saja dari sekarang. Kenapa harus berbelit belit sih?" dengus Edo.
Mami nya tidak menjawab, dia hanya bergidik bahu membalas ucapan Edo.
Hal ini tentu membuat Edo penasaran. Dia ingin menolak pernikahan ini, namun dia jug penasaran dengan apa yang mami nya sembunyikan dari dirinya.
"Minggu depan, kalian akan menikah"
"secepat itu?"
"Tentu, kalian harus segera menikah. Setelah itu, kamu tidak perlu menggunakan wanita lain untuk melampiaskan napsu mu itu!"
Deg.
Edo menoleh, terkejut mendengar ucapan maminya yang ternyata mengetahui apa yang selama ini dia lakukan.
"Jangan terkejut, apapun yang kamu lakukan maki mengetahuinya!"
Edo terdiam, dia merasa bersalah dengan maminya. Namun, itu adalah kebutuhan biologis nya. Mana bisa dia menahannya.
Meskipun dia menikah dengan gadis itu nanti. Edo juga tidak bis menghentikan kebutuhan biologis nya terhadap wanita lain.
Dia tidak memiliki selera dengan gadis cupu bertubuh kurus itu.
Jangankan nafsu, niat uny menyentuh saja dia tidak memilikinya.
"Terserah mami saja, menikah atau tidaknya Edo sama dia. Itu tidak akan mengubah apapun" seru Edo.
Lalu, pria itu pun beranjak pergi ke kamarnya.
Eva terdiam menatap kepergian putranya dengan tatapan yang sulit di artikan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments