Lea tersenyum pada Eva, calon ibu mertuanya. Mereka baru saja selesai memilih dan melengkapi semua yang di perlukan untuk pernikahan nanti.
Semua keperluan seperti seserahan, gaun pengantin, semuanya di urus oleh Eva dan Lea. Edo tidak ambil andil dalam proses itu. Bahkan dia tidak mau bertemu dengan Lea.
Hingga kini, di hari Sabtu pernikahan akan di langsungkan di rumah Edo sendiri.
Tidak ada kemewahan di sana, tenda dan riasan terlihat sederhana sesuai dengan permintaan Edo. Lagi pula keluarga Lea juga meminta hal itu.
Para tamu undangan juga hanya kerabat dekat mereka saja, dan beberapa keluarga dekat dari keluarga Lea yang sederhana.
Edo sudah siap dengan Tuxedo putihnya, duduk di atas panggung yang sudah di rias sebagai tempat pengucapan Akad pernikahan.
Tak lama kemudian, pengantin wanita di giring naik ke atas panggung.
Edo terlihat tidak berminat melihat wajah calon istri nya. Dia tetap melihat ke depan, menatap pak penghulu yang sudah duduk di depan mereka.
"Apa acaranya sudah bisa di mulai?"
"Sudah pak, semuanya sudah siap" jawab Eva antusias.
Lea melirik calon suaminya dari ekor matanya.
Lea tersenyum tipis, meskipun calon suaminya terlihat enggan melihat penampilan nya. Lea tetap senang melihat kesediaan Edo Untuk menikahinya.
"Baik. Acara akan kita mulai"
"Saudara Edo Farezi. Apa anda sudah siap untuk menikahi Alea Antarian?"
Untuk beberapa menit Edo diam, dia tidak langsung menjawab pertanyaan pak penghulu. Membuat Lea dan semua orang menjadi gugup.
"Saya siap"
Fyuu..
Terdengar helaan nafas lega dari Eva. Edo dapat mendengar nya, dia tahu mami nya akan sangat kecewa jika dia mengacaukan semua ini.
Pak penghulu beralih pada Lea.
"Saudari Lea Antariana, apa anda sudah siap menikah dengan saudara Edo Farezi?"
"Saya sudah siap" jawab Lea lembut.
Mendengar jawaban Lea, Edo menggerutu di dalam hatinya.
"Tentu saja kamu siap, menikah dengan pria tampan dan kaya seperti ku. Kapan lagi ingin merubah nasib" batin nya.
Acara pun di lanjutkan, pak penghulu mengulurkan tangannya dan langsung di sambut oleh Edo.
"Saya nikahkan engkau Edo Farezi bin Anwar dengan Alea Antarina bin Adam dengan mas kawin berupa seperangkat alat sholat di bayar tunai."
"Saya terima nikah dan kawinnya Alea Antariana bin Adam dengan mas kawin tersebut di bayar tunai." Ucap Edo tegas dan lantang.
Enta apa yang membuat pria itu menjawab dengan begitu semangat dan lancar. Padahal dia hanya mengucapkan nama Alea satu kali saja.
"Bagaimana para saksi, sah?"
"Sahhhhhhhhh" jawab para saksi dengan serempak. Dan Edo pun menghembuskan nafas berat. Seola beban berat menimpa pundaknya. Sehingga membuat pria itu tertunduk lemas.
Pupus sudah harapan Edo memiliki istri yang cantik dan sexy. Dia malah mendapat wanita miskin dan cupu. Merias wajah saja dia tidak bisa. Bagaimana nanti dia akan mengurus Edo.
Bukan nya pelecehan body, tapi Edo merupakan pria normal yang memiliki hawa nafsu. Dan keinginan nya memiliki seorang wanita cantik sebagai istri nya.
"Ayo nona Lea, Salim suami mu" seru pak penghulu.
Edo pun tersentak dari lamunannya, dia secara spontan menoleh ke samping melihat wanita cantik tanpa kaca mata tebal melekat di batang hidungnya.
"Astaga, apa dia Lea? Gadis cupu itu??" Batin Edo menganga.
Gadis cupu yang sama sekali tidak membuatnya berselera, berubah menjadi gadis yang cantik.
Bagaimana Edo tidak akan terkejut. Namun, besarnya rasa benci dan kesal Edo terhadap pernikahan ini. Perasaan terkejut dan terpesona itu dalam sekejap langsung menghilang.
Edo memberikan tangannya pada Lea, agar gadis itu mencium punggung tangannya. Setelah itu, Edo kembali meluruskan tubuhnya hingga sikut Eva mendarat di punggung belakang nya.
Barulah Edo kembali menghadap pada Lea dan mengecup keningnya singkat.
Lea tersenyum, meskipun sangat singkat dan terlihat jelas bahwa itu sangat terpaksa. Lea tetap merasa senang.
Di dalam hatinya, dia yakin bahwa Edo akan melihat kearahnya dan mencintainya.
"Aku akan menunggunya" gumam Lea dalam hati.
Waktu cepat berlalu, 3 jam acara pernikahan yang sederhana pun selesai.
Lea di bimbing oleh parah sepupu Edo kenkamar pengantin.
"Ini kamar kamu dan kak Edo" ujar Fia ketus, sepupu tertua Edo.
Lea hanya mengangguk pelan, melihat sikap dingin Fia, Lea merasa bahwa gadis yang seumuran dengan nya tidak suka padanya.
Setelah Fia pergi, Lea langsung masuk ke dalam kamar itu.
Lea terperanga melihat kamar yang sangat luas, dan bersih milik Edo.
Bagaimana dia tahu itu kamar Edo?
Lea menghirup aroma yang menyebar di dalam ruangan luas itu sama seperti aroma yang menguap dari tubuh Edo.
Lagi pula, di dinding dekat ranjang kamar itu terdapat foto Edo yang di bingkai dengan sangat besar.
Ceklek.
Pintu kamar mandi terbuka, Lea berbalik untuk melihat siapa yang muncul dari kamar mandi itu.
Deg.
"Aaaaa!!"
"Ada apa??"
Edo ikut berteriak terkejut mendengar teriakan melengking Lea.
Setelah sadar dengan apa yang dia lakukan, Edo menatap tajam pada Lea dan bertanya ada apa.
Lea menutup matanya dan berbalik badan.
"Ke-kenapa kamu tidak memakai baju?" Tanya Lea terbata.
Edo berdecih pelan, memutar mata malas melihat tingkah Lea.
Dasar gadis kampung, hal begini saja reaksinya sudah seperti itu.
Setelah mandi, tentu saja dia hanya memakai handuk. Bagaimana bisa dia memakai baju di kamar mandi. Dasar gila!.
Edo melenggang pergi melewati Lea yang masih menutup matanya.
"Dasar gila"
Edo membuka lemari tanpa menghiraukan kehadiran Lea. Dia juga memakai bajunya di sana.
"Apa sudah selesai?" Teriak Lea masih menutup kedua matanya.
Edo tidak peduli, dia mengabaikan pertanyaan Lea yang menurutnya tidak berguna itu.
Setelah beberapa saat, Lea merasa sudah terlalu lama menutup mata. Dia mencoba mengintip dari sela jarinya.
"Dasar" dengus Lea kesar.
Ternyata Edo sudah berbaring di atas ranjang dengan pakaian yang sudah lengkap.
Dengan menggerutu, Lea beranjak menuju ke kamar mandi. Tidak lupa, gadis itu mengambil handuk dari dalam kopernya.
Sebelum pergi ke kamar ini, Lea sudah bertanya pada ibunya soal kopernya yang sudah di simpan di dalam kamar Edo.
"Dasar menyebalkan. Pria seperti apa sih dia, tidak ada kelembutan dengan wanita" gerutu Lea sambil membuka gaun pengantinnya di dalam kamar mandi.
Tak lama kemudian, Lea selesai mandi. Dia keluar dengan handuk yang menutup hampir seluruh tubuhnya.
Seperti seorang pencuri, Lea terlihat was was saat keluar dari kamar mandi. Takut takut Edo bangun dan menyerangnya. Sebisa mungkin Lea menutupi setiap bagian tubuhnya yang terbuka.
"Aku tidak selera dengan tubuh jelek mu itu"
Deg.
Lea langsung menegakkan tubuhnya, benar juga apa yang pria itu katakan. Dia yang jelek dan bertubuh kurus seperti ini tidak akan mampu menarik perhatian pria itu.
Cih.
Buang buang waktu dan pikiran saja.
Lea berganti pakaian, dia mengenakan pakaian santai. Baju kaos lengan pendek dan celana kaos berbahan spandek panjang. Tidak lupa kaca mata tebal yang dia simpan di dalam saku koper melekat di batang hidung Lea.
Lea bergerak mendekati ranjang besar milik Edo. Mata nya menyapu seluruh ruangan kamar yang sangat luas itu.
Hanya terdapat satu ranjang dan satu sofa.
"Aku harus tidur di mana?" Pikir Lea bingung.
Dia ingin tidur di samping Edo. Tapi, dia yakin pria itu tidak akan membiarkannya.
Sedangkan sofa, Lea tidak mungkin tidur di sofa itu. Selain ukurannya yang kecil. Lea tidak biasa tidur dengan posisi seperti itu.
"Apa aku harus tidur di lantai?"
Lea mencari cari selimut tebal, dia akan menjadikan selimut tebal itu sebagai kasurnya di lantai.
Pilihan terbaik tanpa merecoki pria yang sudah menjadi suaminya itu adalah tidur berbeda tempat dengan dirinya.
Namun, sayang sekali. Lea tidak menemukan selimut atau apapun di kamar itu.
"Huh, tubuh ku sudah sangat lelah. Aku sudah tidak kuat" gumamnya putus asa.
Mengenakan pakaian pengantin dan berdiri di atas pelaminan membuatnya merasa pegal.
Lea sekali lagi menatap Edo yang sudah tidur pulas di atas ranjang. Seakan tidak mengijinkan siapapun yang tidur di sisinya, Edo merentangkan kaki dan tangannya memenuhi ranjang.
"Huh!"
Lea membaringkan tubuhnya di atas sofa kecil. Entah bagaimana nanti tulang tulangnya. Lea tidak peduli lagi. Yang dia butuhkan saat ini adalah tidur.
Setelah mencari posisi nyaman, menunggu beberapa menit saja Lea sudah tidur dengan lelap.
________
Pukul 8 malam.
Eva mengutus keponakan nya untuk memanggilkan Lea dan Edo untuk makan malam.
Karena tidak ada yang berani, akhirnya Fia lah yang pergi memanggil Edo dan Lea.
"Cih, menyusahkan saja" dengus nya melangkah menaiki anak tangga.
Tuk tuk tuk
Beberapa kali Fia mengetuk pintu kamar Edo, namun tidak ada yang menyahuti dirinya.
Tuk! TUK! TUK ..
kesabaran Fia pun mulai habis, dia yang sudah tidak suka dengan Lea semakin tidak menyukai gadis itu.
"Dasar gadis ******. Tidur sudah kaya kebo aja" maki Fia tidak sopan.
Brak! Brak!
Lea terbangun, dia terkejut mendengar suara gebrakan di pintu kamar Edo.
"Siapa itu?" Seru Lea terburu buru berlari kearah pintu.
"Eh Fia, ada apa?" Tanya Lea saat mendapati sepupu iparnya berdiri di depan pintu kamar dengan wajah masam nya.
"Mami memanggil kalian, tidur kaya kebo saja" dengus Fia di akhir kalimatnya.
Lalu, Fia pun berbalik pergi. Meninggalkan Lea yang masih terbengong dengan apa yang terjadi. Gadis itu belum sepenuhnya sadar dari tidurnya.
"Huh.. Dia bilang apa yah? Mami??" Gumam Lea kembali menutup pintu.
Kebingungan Lea terus berlanjut, dia melangkah hendak kembali tidur di sofa. Namun, tanpa sengaja matanya menangkap jam dinding dan membuat matanya hampir keluar dari tempatnya.
"Astaga!!! Jam 8???" Pekik Lea nyaring.
Bahkan Edo saja terbangun dari tidurnya karena mendengar teriakan Lea.
"Heh, kau pikir ini hutan huh? Teriak sesuka hati mu!" Dengus Edo sambil melempar bantal lebaran Lea.
"Maaf, mami memanggil kita" jawab Lea yang baru mengerti maksud dari kedatangan Fia dan kata kata Mami yang singgah di Indra pendengaran nya.
Edo melirik jam dinding, dia mengerti mengapa mami nya memanggil dirinya dan juga Lea.
Ini sudah masuk jam makan malam, wajar saja mereka di panggil.
Karena kelelahan, Edo sampai tidak sadar sudah tidur beberapa jam. Bahkan dia tidak tahu, bahwa gadis ini entah tidur di mana.
Melihat penampilan nya, Edo tahu pasti bahwa Lea baru saja bangun tidur seperti dirinya.
"Apa dia tidur di dekat ku?" Pikir Edo syok.
Fyuu...
Keterkejutannya langsung berubah menjadi nafas lega saat melihat selimut tipis berserakan di sofa. Itu artinya Lea tidur di sana, bukan di dekat dirinya.
Edo turun dari ranjang, pergi keluar dari kamar melewati Lea begitu saja.
"Huh, bodoh" rutuk Lea pada dirinya sendiri. Dia pun ikut menyusul Edo keluar dari kamar menuju ke kamar mandi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments