Bab 3 - Kehidupan lain di dalam tubuhmu!

Dylan Wang--pengusaha muda berdarah Korea Selatan-Amerika yang kemampuan berbisnisnya tidak perlu diragukan lagi terbangun di ranjang king size sebuah hotel tanpa sehelai benangpun. Ia terbangun setelah mendengar dering dari benda pipih yang tergeletak di lantai. Nada dering keras begitu mengganggu tidurnya pagi itu.

“Shit.” Umpatnya membungkus tubuh polosnya dengan selimut lalu turun dari ranjang dan meraih telepon genggamnya. Mengangkat panggilan telepon yang masuk di ponselnya.

“Tuan, apakah anda akan ke Kantor siang ini? Atau haruskah saya membatalkan semua jadwal hari ini?” Tanya seseorang yang meneleponnya.

“Black, apa kau pikir aku memiliki waktu senggang hari ini? Jemput aku dan bawakan setelan baru untukku!” Semprotnya pada Black–asisten pribadinya.

“Baik, Tuan.”

Dylan mematikan teleponnya dan pergi ke kamar mandi mencari kimono yang bisa ia kenakan, kebetulan di sana ada fasilitas hotel yang ia butuhkan. Sekalian dirinya membersihkan tubuhnya.

“Kemana wanita itu?” Gumam Dylan di bawah guyuran air shower yang dingin.

Setelah membersihkan diri, Dylan menunggu Black sambil tanpa sengaja melihat secarik kertas di nakas beserta cek. Ia membaca note yang Hana tinggalkan dengan kening mengkerut.

“Kau menghargai kerja kerasku satu juta won, Nona. Ckckck, menarik.” Sambil meremas catatan yang Hana tinggalkan namun memasukkan cek ke dalam dompetnya.

“Kita lihat apa yang akan kau lakukan jika aku mengembalikan cek ini.” Smirk Dylan, mengingat bagaimana Hana mendesah semalam di bawahnya timbul niatan licik di hati Dylan, “Kau begitu menikmatinya tetapi mengatakan servisku kurang, bodoh. Kau berhasil melukai harga diriku, Nona. Ingat untuk tidak menunjukkan wajahmu di depanku, atau aku akan menangkapmu saat itu juga.” Lagi-lagi Dylan menyeringai.

Black datang dan mereka langsung pergi ke perusahaan Dylan. Grup Wang–salah satu perusahaan yang terkuat di Negara itu. Saat ini Dylan menjabat sebagai CEO sebuah perusahaan Investasi dan juga perusahaan yang bergerak di bidang perhotelan, dua perusahaan di bawah naungan Grup Wang–Perusahaan milik keluarga besarnya yang terdiri dari dirinya, sang Kaek,sang Ayah dan Ibu. Dengan kata lain, Dylan nantinya yang akan menjadi pewaris jajaran lini usaha milik Grup Wang. Karena dirinya adalah konglomerat generasi ketiga.

“Black, kau tau siapa perempuan yang bersamaku semalam?” Tanya Dylan sambil mendaratkan tubuhnya di kursi kebesarannya saat bekerja.

“Saya, sudah mengirim informasinya ke email anda, Tuan.” Black sigap menjawab.

“Apa dia kiriman Direktur Kim atau Grup Hanyang?”

Black menggeleng, “Tidak, Tuan. Nona Hana adalah ketua tim desainer di S&Co.”

“S&Co? Bukankah itu merek perhiasan terkenal?”

“Betul, Tuan.”

“Hana.” Tanpa disadari kedua sudut bibir Dyan terangkat saat menyebutkan nama “Hana”.

“Apa ada hal lain yang anda ingin tanyakan, Tuan?” Tanya Black sebelum undur diri.

“Kau ambilkan aku kopi, dan jadwalkan pertemuan dengan tim Yeol, satu jam lagi!”

Setelah Black pergi, Dylan memeriksa email yang berisi informasi Hana dari Black. Satu persatu poin mengenai latar belakang Hana ia baca dengan teliti.  “Hampir tidak pernah mengambil cuti tahunan? Apa dia robot industri?” Gumam Dylan bermonolog pada dirinya sendiri. Ia lupa bahwa dirinya juga sama gilanya dengan Hana jika itu menyangkut pekerjaan. Seorang Dylan Wang bahkan masih bekerja di akhir pekan saat semua orang pergi beristirahat.

*

Dua hari berlalu, Hana masih teringat bagaimana ia berakhir tanpa sehelai benangpun di kamar hotel dengan pria asing, tetapi tidak ingat bagaimana awalya. Hal itulah yang membuat Hana sering melamun sendiri, dia tidak jelas bagaimana bisa berakhir di ranjang polos dengan pria asing. Dia hanya ingat sampai saat dia mencari Taera, dan kenapa dia bukannya pulang bersama Taera malah bermalam di hotel dengan pria asing. Saking kesalnya Hana sampai tidak bisa fokus sama sekali, Taera juga penyebabnya. Dia seharusnya tidak menyusul Taera malam itu. Jika saja Hana tidak mengiakan ajakan Taera bersenang-senang sebentar di Club, mungkin kejadian dia bermalam dengan pria asing tidak akan terjadi. Sungguh sangat sial jadi Hana. Tapi, semuanya sudah terjadi. Apa yang bisa Hana lakukan selain mencoba melupakan kejadian hari itu meskipun sulit karena bayang-bayang wajah pria yang menghabiskan malam dengannya cukup mengganggu pikirannya saat ini.

“Huh, kacau. Aku tidak bisa fokus.” Hana mengacak rambut kepalanya frustasi, dua hari ini ia benar-benar terganggu akan kenangan itu. “Sadarlah, Hana. Fokus, kau harus fokus.” Gumam Hana lalu beranjak dari duduknya, “Ya, kau harus fokus, Hana!” Menyambar tasnya dan berjalan keluar dari ruang kerjanya.

Siang itu Hana akan menemui klien di restoran untuk membahas kerjasama. Hana tiba di restoran sebelum kliennya datang, sampai di sana ia dibimbing oleh staf restoran menuju ruang reservasi yang sebelumnya sudah ia pesan.

“Silahkan, Nona.” Ucap sopan staf restoran.

Hana mengangguk, staf itu berlalu pergi. Hana akan melangkah masuk namun seseorang membuat ia tertegun.

“Kita bertemu lagi, Nona.” Ucap seseorang yang kedengarannya berada di dekat Hana.

Tubuh Hana bergetar, merasa panik sesaat. “Pria itu.” Gumam Hana dalam hatinya, sekalipun hanya hubungan satu malam Hana mengingat suaranya. Hana menoleh, memberanikan diri mencari dari mana arah sumber suara yang ternyata tidak jauh di belakangnya.

“Maaf, apa anda berbicara denganku, Tuan?” Tanya Hana berpura-pura tidak mengenal pria yang menyapa nya yang tidak lain adalah Dylan. Hana panik, tapi mencoba tenang sedemikian rupa. Padahal jantungnya sudah berdegup kencang karena tidak menyangka akan bertemu pria itu. Pria yang sudah menghabiskan malam panas dengannya.

Dylan tersenyum tipis lalu melangkah maju, memajukkan tubuh bagian atas dan kepalanya berisik di samping telinga Hana. “Apa kau akan berpura-pura tidak mengenalku, Nona? Sayang sekali padahal aku tidak bisa melupakan malam panas kita.” Lalu kembali menarik tubuhnya kembali berdiri tegak dengan senyum mengejek.

Glek! Hana gelagapan sampai menelan salivanya sendiri karena gugup.

“Sial, dia mengingatnya,” Batin hati Hana tidak tenang.

“Tidakkah ada yang ingin kau katakan padaku, Nona?” Tanya Dylan melihat ekspresi gugup Hana, “Mungkin kita bisa berbicara empat mata, aku tidak keberatan.”

“A-apa, yang kau bicarakan, Tuan. Aku tidak mengenalmu, maaf. Kau mungkin salah orang.” Balas Hana terbata-bata mencoba menyangkal keterlibatan mereka sebelumnya, Ini cara terbaik yang bisa Hana pikirkan saat itu.

“Lucu sekali.” Batin Dylan ingin tertawa melihat betapa gugup perempuan di hadapannya ini, melihat Hana bersikeras menyangkal hubungan mereka sebelumnya membuat Dyaln semakin ingin membuat Hana mengakuinya.

“Ow,” Dylan menganggukkan kepala, “Nona satu juta won, kau mungkin tidak mengingatnya hari ini. Tapi, bisa saja kau yang mencariku satu bulan ke depan.” Kata Dylan tenang.

“A-apa maksudmu?” Hana bertanya gugup.

Dylan menyeringai lalu kembali memajukkan tubuhnya, sedikit menunduk dan berbisik lagi di sebelah telinga Hana, “Mungkin saja ada kehidupan lain di tubuhmu nanti, Nona. Lagi pula malam itu aku tidak mengenakan pengaman.” Smirk Dylan membuat Hana membelalakkan kedua matanya.

tbc.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!