BAB 2 - Malam yang panas

"Yaa, apa kau tidak bisa melihat?" Hana berteriak seraya memegang pelipisnya yang terantuk benda keras tadi.

"Kau yang jalan tidak pakai mata, Nona!" Suara seorang pria terdengar menyahuti.

Hana mendongak dalam posisi terduduk, “Apa aku sudah mati? Kenapa ada malaikat tampan sekali di sini?" bisik hati Hana tertegun, matanya berbinar terpesona pada pria yang berdiri di hadapannya, pria itu tengah mengamatinya dengan kepala tertunduk.

"Kau tidak akan bangun, Nona?" Suara ketus pria yang ia tabrak kembali terdengar membuat Hana mendengus kesal. Hana lalu berdiri dan berhadapan dengan pria itu. "Setidaknya katakan maaf setelah menabrak ku bukan malah memasang wajah galakmu ini." Hana berucap sambil geleng-geleng kepala kemudian berjalan ke arah samping kanan lalu melangkah maju melanjutkan langkahnya menuju balkon meninggalkan pria yang tadi bertabrakan dengannya.

"Dasar sial." Ucap Hana menggerutu. Jika bukan karena ia berada di sebuah acara penting, Hana mungkin saja sudah mengomeli pria yang sudah menabraknya tadi, namun sadar ia sedang menghadiri acara penting dan tidak boleh membuat malu nama Perusahaannya, Hana menahan sikap saat ini.

Sementara pria yang tadi bertabrakan dengan Hana terlihat cuek lalu melanjutkan langkahnya pergi dari tempat itu.

Acara itu sungguh membosankan membuat Hana berpikir untuk pulang sebelum acara selesai, apalagi ia banyak disalahpahami di sana, orang-orang mengira Hana patah hati karena tunangan pria pada acara itu memiliki hubungan khusus dengan Hana sebelumnya, padahal mereka hanyalah mantan rekan kerja. Kedekatan mereka saat kerjasama dua perusahaan dulu agaknya membuat banyak orang salah paham akan hubungan mereka.

Saat dalam perjalanan pulang di dalam taksi, Hong Taera–sahabat Hana menghubunginya melalui panggilan telepon.

“Oh Hana sahabatku tersayang,” Ucap seseorang dari ujung sana saat Hana mengangkat panggilan telepon dari Taera. Suara Taera terdengar melantur tidak seperti biasanya.

“Taera, kau mabuk?” Tebak Hana. Ia tahu sahabatnya sedang dalam mode patah hati. Mungkin  Taera tengah minum di suatu tempat saat ini.

Dan, tebakan Hana tidaklah salah. Taera sedang berada di salah satu Club malam terbesar di kota itu. Juga Club malam terpopuler di sana.

“Mabuk? Siapa yang mabuk, aku hanya minum soda saja, hehehe.” Jawab Taera terkekeh.

Hana menghela nafas sebentar, sebelum menanggapinya. “Kau di mana? Aku akan menjemputmu.” Putus Hana. Sedikit khawatir dengan kondisi Taera.

“Sungguh?” Taera di tempatnya mendadak bersemangat, lalu menatap tampilan dirinya di cermin toilet. Ya, tepatnya Taera sedang berada di toilet saat ini sehingga tidak terdengar suara berisik musik saat ia menelepon Hana sekalipun dirinya sedang berada di Club malam.

“Hem,” Hana berdehem menanggapi, “Kirimkan lokasinya padaku, aku akan datang.” Ucap Hana.

“Oke, cepatlah datang. Kita akan menari, xixixi.” Taera cekikian lalu menutup panggilan teleponnya. Ia segera mengirim pesan pada Hana membagikan lokasinya terkini.

Sedang Hana langsung meminta pak Sopir untuk mengubah alamatnya menuju lokasi yang dikirimkan oleh Taera.

Sampai di lokasi, Hana mencari Taera tetapi di sana ia melihat Taera bersama seorang pria. Dan, sahabatnya itu terlihat cukup akrab dengan pria yang Hana tidak mengenalnya.

“Taera!” Sapa Hana berjalan ke arah Taera, ia yang baru pulang dari acara pesta pertunangan langsung pergi ke Club itu cukup menyita perhatian orang-orang dengan gaun malam yang ia kenakan.

Taera menoleh pada Hana dan tersenyum, “Hana sahabatku, kau datang juga.” Ucapnya menyambut Hana sumringah. Namun, ada yang aneh, Taera tidak terlihat mabuk saat ini. Justru terlihat sangat sadar.

Hana sampai di hadapan Taera dan mengerutkan salah satu alisnya, “Taera, kau tidak mabuk?” Tanya Hana yang langsung dijawab dengan gelengan kepala oleh sahabatnya.

“Hana, sejak kapan kau melihat aku mabuk? Hanya beberapa gelas tidak akan membuat aku tumbang.” Jawab Taera dengan senyumannya.

Yah, Hana mengakuinya. Taera memang tergolong perempuan yang kuat minum, ia sempat melupakannya tadi saking khawatirnya pada Taera mengingat sahabatnya tengah patah hati.

“Lalu tadi?”

“Hei, ayolah!” Taera menepuk bahu Hana, “Aku hanya ingin kau datang, kau sudah cukup lelah dengan pekerjaanmu. Kita bersenang-senang malam ini?” Ajak Taera.

“Taera, Kau tahu aku tidak terbiasa dengan suasana ini.” Hana mendengus kesal. Dia yang cepat-cepat datang karena mengkhawatirkan Taera nampaknya sia-sia saja. Harusnya ia langsung pulang tadi.

“Sekali ini saja, kau perlu me-refresh otakmu. oke?” Bujuk Taera, “Kau sudah di sini, mana mungkin pergi begitu saja.” Bisik Taera.

Hana menghela nafas lagi, sebelum akhirnya setuju dengan Taera, “Oke, satu jam saja.” Putus Hana.

“Deal,” Taera mengangguk setuju.

Hana baru sadar dengan keberadaan pria yang tadi bersama Taera, ia lalu melirik Taera dengan gerakan mata menunjuk pria di sebelah Taera seolah meminta penjelasan paa sahabatnya.

“Oh, Ini Hardy. Teman baruku.” Ucap Taera memahami arti gerakan mata Hana. “Hardy, ini Hana, sahabatku!” Lalu mengenalkan pria bernama Hardy itu pada Hana.

“Hai, Hana. Hardy.” Sambil mengulurkan tangannya.

Hana tersenyum tipis, “Hana.” Ucapnya menerima uluran tangan Hardy saling bersalaman singkat.

“Oke, Hana. Aku dan Hardy akan ke sana. Kau mau ikut atau ingin minum dulu?” Taera menunjuk ruangan dengan gerombolan orang-orang menari dibawah kerlap-kerlip lampu disko dan musik yang terdengar keras, memekak di telinga.

“Aku akan menyusulmu.” Hana memilih duduk di bar.

“Oke, ayo Hardy!”

Taera dan Hardy pergi begitu saja, meninggalkan Hana seorang diri di meja Bar. Hana sampai menghela nafas berkali-kali akan kelakuan sahabatnya.

“Yah, apa yang aku khawatirkan. Bukankah putus cinta adalah hal biasa baginya,” Hana geleng-geleng kepala. Ia memesan minuman rendah alkohol pada Bartender sambil mengamati Taera dari tempat duduknya.

Waktu semakin malam, Hana merasa sudah waktunya ia pulang namun ia ingin pergi ke toilet sebentar sebelum pulang. Hana pergi ke toilet untuk buang air kecil, setelahnya ia mencari Taera tapi tidak bisa menemukan sahabatnya di manapun. Bahkan, di telepon pun, Taera tidak menjawabnya. Ia kembali ke tempat duduknya.

“Nona, sahabatmu tadi memesankan ini untukmu. Dan, berpesan agar kau pulang dengan taksi karena dia akan pergi dengan seseorang.” Ucap Bartender pada Hana sambil menyodorkan segelas koktail pada Hana.

Hana menghela nafas panjang, “Dia sudah menemukan cinta baru rupanya.” Gumam Hana bisa menebak kemana sahabatnya akan pergi.

“Apa ini sudah dibayar?” Tanya Hana.

Bartender yang ditanya pun menganggukkan kepala.

“Terima kasih,” Hana meneguk sedikit lalu pergi. Ia akan pulang saja.

Namun, saat berjalan Hana merasakan sesuatu di kepalanya, seperti kepalanya berputar-putar. Jalannya pun menjadi sempoyongan, tubuhnya merasa panas setelahnya.

“Apa ini? Aku merasa tidak nyaman,” Gumam Hana menepuk-nepuk kecil kepalanya, “Aku tidak minum banyak, kenapa aku merasa mabuk?” Ia bahkan tidak menghabiskan segelas alkoholnya tapi apa yang terjadi pada dirinya saat ini.

Bruk!

“Sorry,” Ucap Hana menabrak seseorang sepertinya. Hana mendongakkan kepalanya yang baru saja membentur benda keras, “Kau?” Hana merasa pernah melihat orang yang ia tabrak.

“Kau lagi Nona.” Balas seseorang yang Hana tabrak. Pria tampan nan mempesona yang tadi juga ia tabrak di acara yang Hana hadiri.

“Ah,,” Hana mendesah sensual, “Tubuhku tidak nyaman.” Eluhnya mendur beberapa langkah.

Pria yang Hana tabrak mengerutkan dahinya sehingga salah satu alis tebalnya ikut terangkat, “Kau, baik-baik saja?” Tanya pria itu.

Hana menggeleng jujur, “Tubuhku panas, aku ingin berenang.” Jawab Hana berjalan minggir melewati pria yang ia tabrak, memaksakan diri meneruskan langkahnya yang tidak stabil sehingga ia berjalan sempoyongan.

Pria itu membalik tubuhnya memandang Hana dengan tatapan tidak terbaca.

“Tuan, sepertinya Nona itu-” Komentar pria yang sejak tadi berdiri di belakang pria yang Hana tabrak.

“Kau benar. Kau pergi ambil mobil!”

“Baik, Tuan.”

Pria yang Hana tabrak mengikuti Hana dari belakang sambil memperhatikan langkahnya yang tidak stabil saat Hana hendak terjatuh buru-buru pria itu berjalan cepat menopang pinggang Hana sehingga Hana yang kehilangan keseimbangan tidak sampai jatuh ke lantai.

“Pria tampan, kau lagi ya?” Hana tersenyum lalu melantur meraba-raba pipi pria itu dengan jari-jemarinya, “Sudah tiga kali malam ini kau muncul dihadapanku, apa itu artinya kita berjodoh?” Kekeh Hana.

Pria yang Hana raba-raba wajahnya mengerutkan dahinya, “Kau mabuk, Nona! Singkirkan tanganmu dari wajahku!” Perintahnya sambil membantu Hana berdiri tegak, namun Hana malah menggelengkan kepala sambil mengerucutkan bibirnya gemas.

“Wajah tampan ini sangat tidak nyata,” Gumam Hana terus meraba-raba wajah pria itu, jari-jemarinya bergerak bebas di sana tanpa rasa canggung.

“Kau!” Pria itu melotot saat Hana menyentuh bibirnya dan mengusapnya dengan ibu jari, hal yang membuat pria itu merasakan sensasi aneh pada tubuhnya. “Kau nakal, Nona.”

“Apa tidak boleh?” Hana malah bertanya menantang sambil menatap tepat pada dua mata pria itu, “ Aku panas, kamu bantu aku.” Hana menjatuhkan kepalanya pada bagian dada kanan pria itu membuat sang pria berdebar, “Tubuhku sungguh tidak nyaman.” Keluhnya.

“Apa yang kau minum?” Pira itu menyentuh dua bahu Hana membuat Hana mengangkat kepalanya dari dada sang pria dan menatap pria itu sebelum menjawabnya.

“Aku hanya minum soda, hehehe.” Jawab Hana terkekeh, “Dua gelas.” Mengamati bibir pria dihadapannya, naluri wanitanya membuat Hana memajukkan kepalanya mengecup bibir itu membuat sang pria membelalakkan mata. Dan, mendorong Hana namun Hana malah merangkul erat pinggang pria itu enggan menjauh dari pria itu, “Kau tampan sekali, aku ingin bersamamu.” Hana berucap lirih sambil menatap mata pria itu dengan tatapan memelas lalu kembali menyandarkan kepalanya di dada pria itu tanpa melepaskan lingkaran tangannya di pinggang pria itu.

Pria itu menghela napas, kecupan singkat dari Hana cukup membangkitkan gairah lelakinya, namun ia tidak bisa berbuat apa-apa. Dia tidak tahu siapa perempuan di hadapannya ini, dari mana asalnya dan apa motifnya mendekatinya. Pria itu merasa harus berhati-hati. Namun, tangan Hana yang tadi melingkar di pinggangnya bergerak meraba punggungnya membuat pria itu tidak bisa menahan diri.

“Kau sungguh nakal, Nona.” Pria itu mengangkat tubuh Hana dan menggendongnya meninggalkan Club, Hana bahkan tidak berontak dan malah pasrah saja di dalam dekapan pria itu.

*

“Kita akan pergi ke mana, Tuan?” Tanya seseorang yang berada di belakang setir kemudi.

“Hotel terdekat.” Jawab pria yang saat ini memangku Hana di dalam mobil. Ya, saat berada di dalam mobil Hana tidak mau duduk sendiri, Hana memilih duduk di pangkuan pria yang tadi menggendongnya. Duduk dengan tidak tenang di pangkuan pria itu membuat pria itu sampai melonggarkan dasinya merasa gerah akan sikap Hana.

“Apa kau tidak bisa diam?” Tanya pria itu saat Hana menggesek-gesekkan kepalanya pada bagian dada pria yang memangkunya, sedang jari-jemari Hana bergerak meraba-raba bagian dada sisi lain pria itu.

Hana malah menggelengkan kepala, “Aku suka tubuhmu, seksi sekali. Hehehe.” Oh, Hana kau pasti akan menyesalinya besok setelah tersadar. Hati kecil Hana seakan membisikkan kalimat itu pada Hana, namun Hana benar-benar hilang kendali saat ini. Tubuhnya merasa aneh, panas dan menginginkan sebuah sentuhan.

“Tuan, kita sudah sampai hotel.” Ucap sopir.

“Hem, kau bisa pesan kamar atau pulang terserah padamu!”

“Baik, Tuan.”

Pria itu membawa Hana yang bergerak nakal menggodanya ke dalam kamar hotel lalu melemparkan Hana ke atas ranjang.

“Aww.” Pekik Hana tubuhnya mendarat di ranjang empuk.

“Kau, siapa yang menyuruhmu?” Tanya pria yang berdiri sambil menatap Hana galak. pria itu melepas jas yang ia kenakan dan melemparnya ke sembarang arah lalu melipat kemejanya hingga siku, “Apa direktur Kim yang menyuruhmu, atau Grup Hanyang yang menyuruhmu berbuat seperti ini?” Selidik pria itu.

Hana mengubah duduknya menjadi duduk dengan dua kaki ia lipat, “Siapa Direktur Kim, siapa Grup Hanyang?” Tanya Hana tidak mengerti.

“Bukan mereka?” Tanya pria itu.

Hana menggelengkan kepala lalu dua tangannya melambai-lambai manja, “Kemarilah, aku ingin menyentuh dadamu yang seksi itu!” Pinta Hana dengan suara sensualnya.

“Kau gila.” Pekik pria itu membalik tubuhnya, “Tidurlah jika bukan mereka yang mengirim,-”

Grep!

Belum sempat pria itu menyelesaikan kalimatnya, dia merasa tubuhnya dipeluk dari belakang, seketika itu juga dua tangan meraba dadanya.

“Kau harus patuh, pria tampan.” Ucap Hana sambil meraba-raba dada pria itu.

Pria itu memejamkan mata singkat, “Kau yang memintanya, Nona. Jangan salahkan aku.” Gumam Pria itu nampaknya habis kesabarannya, dia menangkap kedua tangan Hana lalu membalik tubuhnya. Mereka bertatapan dalam jarak dekat, hingga membuat Hana membisu dan tertegun, degup jantungnya berdetak kencang dalam posisi sedekat itu dengan pria asing.

“Kenapa, kau menyesal sudah menggodaku sejak tadi?” Tanya pria itu yang tidak bisa Hana jawab. Hati kecilnya berteriak iya, namun tubuhnya berkata tidak. Kepalanya bahkan bereaksi menggeleng.

“Kau sendiri yang menginginkannya.” Pria itu tanpa aba-aba mencium bibir Hana secara brutal bahkan tidak memberikan Hana kesempatan untuk menolak, Hana pun malah menikmatinya dan mengalungkan kedua tangannya di leher pria itu, membuat pria itu merasa mendapatkan lampu hijau persetujuan.

Sejak berada di dalam mobil, pria itu sudah merasakan gelisah akan sikap Hana. Ia menahan diri untuk tidak menyentuh tubuh Hana sekalipun Hana terus menggodanya, namun saat berada di dalam hotel Hana malah semakin memancing gairahnya membuat ia pun lepas kendali.

Ciuman panas mereka membawa kedua nya berakhir diatas ranjang setelah melakukan hal yang mungkin akan Hana sesali esok hari. Mereka memadu kasih satu malam dengan gairah yang luar biasa.

Flashback off.

tbc.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!