Imaried

“ baiklah, aku sudah mencatat apa yang harus di beli.” ungkap Arnold setelah mencatat segala hal termasuk ukuran- ukuran yang akan di jadikan kamar.

“ itu belum semua, meski lantai dua di kunci masih ada lantai antara lantai satu dan dua, dan itu di pakai untuk menjemur.” Ucapku menuntun Arnold ke lantai yang di maksud.

“ ayo kita naik.”

“ baiklah, aku juga harus membeli pegangan untuk tangga. Mama ku orang yang ceroboh, bisa- bisa ia akan jatuh jika tak ada tiang untuk ke lantai atas. Kenapa hapir semua bangunan di belakang masih dalam tahap pengerjaan?” heran Arnold melihat rumahku yang memang belum sempurna ini.

“sebenarnya, ayah ku memang selalu menabung sedikit demi sedikit untuk membangun sedikit demi sedikit pula. Jadi semua pembangunan di selesaikan bertahap hingga bisa menjadi seperti ini.” ungkap ku.

“ oo? Jadi ini masih dalam tahap pengerjaan. Kurasa aku tahu dari mana bakat seni mu.” ucapnya.

“ terima kasih, kakak tahu? dulu, saat kakak laki- laki ku yang memberi uang saku pada ayahku, ayahku bisa menabung- bahkan sampai memberiku uang saku kepadaku setiap bulannya, namun semenjak kakak ku menikah, ia tak lagi memberi uang saku kepada ayahku karena ia yang sudah berkeluarga dan memiliki putri kecil.”

“ bukankah aku dengar adikmu juga bekerja dan memberi uang saku pada ayahmu?”

“ ya, namun- mungkin karena kebiasaan di manja sehingga apa yang di ingininya selalu harus di turuti, sehingga- meski memberi setiap bulan, ketika adikku membutuhkan uang- ayahku harus selalu ada untuk di beri lagi kepada adikku.

“ apa? Tunggu! Kau selalu mengatakan ia anak bungsu sehingga apa yang di ingini selalu di turuti, aku bahkan adalah anak tunggal, dan aku tak pernah seegois itu!” ucap Arnold yang mulai kesal pada adik lelaki ku itu.

“ mau bagaimana lagi, ayahku adalah orang Bali yang masih kental menuruti kebiasaan adat Bali yang mengutamakan anak laki- laki dari pada perempuan.” ucapku.

“ kurasa aku takkan memilih kota Bali setelah menikah.” ucapnya.

“ menikah? Apa kau memiliki kekasih?” heranku.

“ lupakan! baiklah. Aku sudah mencatat semua. Aku butuh 6 kasur, 5 tempat tidur, beberapa meter kayu, beberapa genteng untuk mengganti atap yang telah rusak, Jendela, beberapa batu bata untuk menyelesaikan dinding kamar makan, tiang pegangan..” ucap Arnold mencatat.

“ kakak mau ke supermaket pakai mobil?” tanya ku.

“ ya, aku hanya membawa mobil, apa kau mau- aku membeli motor sekalian?”

“ ayah ku kan ada motor.”

“apa hanya ada motor matic di sini.” tanya nya yang melihat ada motor matic tersimpan di dekat ruang untuk tamu.

“Ya, kau tak suka?”

“Sama sekali tidak gentleman.” Ucap Arnold.

“ memang kau suka naik motor apa?”

“Ninja?atau mungkin motor laki lainnya.”

“Sayangnya hanya ada motor matic disini.” ucapku terkekeh.

“Kau tak mau pakai mobil?”

“Sejujurnya aku tak suka pendingin ruangan yang di namakan AC. Aku juga suka pusing di ruangan tertutup.”

“ kau memiliki claustrophobia?” ucapnya.

Claustrophobia adalah ketakutan pada ruang tertutup.

“Mungkin.” ucapku mengendikkan bahu. Karena memang jika di ruangan tertutup, aku akan merasa pusing dan mual- seperti di mobil yang jendela nya selalu tertutup, ataupun lift.

“Ya sudah, kau bisa membuka jendelanya di mobil nanti.” ucapnya.

“ siap kapten.” ucapku.

“ 15 minute, aku akan mandi dan bersiap- siap.” ucapku yang ingat jika aku belum berdandan apa lagi melukis alis ku.

“ maksudmu 15 jam? Takkan ada yang namanya sebentar bagi wanita berdandan.” keluhnya.

“ haish, mau nunggu atau tidak?” geramku.

“ aku bilang tak maupun aku tetap harus menunggumu. Aku akan tiduran di kasurmu.” ucap Arnold membuka kamarku.

“ terbaik.” ejekku.

Terpopuler

Comments

martina melati

martina melati

hahaha ..

2024-10-29

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!