Kembali

Dibandara, satu orang terlihat gelisah menantikan kedatangan seseorang, sudah satu jam ia menunggu dan belum mendapatkan hasil.

"Mami."

Wanita yang sejak tadi mematung itu menoleh, ia begitu terpesona dengan lelaki tampan yang berjalan kearahnya.

Jaket hitam yang tak ditutup menunjukan baju cokelat di baliknya, celana jeans cokelat dan kacamata cokelatnya.

Rambut yang sedikit panjang, sehingga tampak sedikit berponi, ia membawa begitu banyak barang di tangannya.

"Mami," teriaknya setelah sampai di hadapan.

Tanpa berkata apa pun, wanita itu segera memeluknya erat, semua bawaan itu dilepaskan begitu saja demi bisa membalas pelukan tersebut.

"Mami, aku merindukan mu."

"Apa lagi Mami."

Keduanya tersenyum, pelukan itu dilepas, wanita itu kembali menatap lelaki di depan matanya.

Dua tahu lalu sosoknya tidak sesempurna saat ini, lelakinya sangat berubah, perubahan baik yang sangat disukainya.

"Raffa, kamu baik-baik saja sekarang?"

"Tentu saja, aku sangat baik sekarang, aku sudah berhasil bangkit dari keadaan yang menghancurkan, aku kembali dengan hidup baru dan Mami harus tetap menyayangi aku meski sekarang aku berbeda, karena aku tetap menyayangi Mami Renata ku sampai detik ini."

Renata tersenyum, ia kembali memeluk putranya itu, mereka berpisah selama dua tahun lamanya.

Raffa memilih pergi setelah ia ditinggalkan oleh kekasihnya Gladis, wanita yang teramat dicintainya harus meninggal dunia karena depresi.

"Mami, kemana yang lain?"

"Tidak, Mami tidak ajak siapa pun, kita akan berdua saja."

Raffa tersenyum, itu akan sangat menyenangkan, keduanya bergegas pergi dengan membawa barang bawaan Raffa tadi.

Keluar dari Bandara, mereka akan makan di salah satu tempat, menghabiskan waktu berdua saja sebelum nanti pulang ke rumah.

"Aku merindukan masakan Mami."

"Besok akan Mami siapkan yang spesial."

Raffa tersenyum dan mengangguk, ia melihat sekitar, rindu sekali Raffa dengan kehidupan di kota kelahirannya itu.

Dua tahun minggat, sudah membuatnya jauh lebih baik, Raffa akan hidup dengan arah yang terbaik dari pada sebelumnya.

"Pak, Restauran depan berhenti, Pak," ucap Raffa.

"Kenapa harus disana?"

"Aku tidak melupakan Gladis sampai saat ini, aku masih mengenangnya dengan sempurna, dan aku ingin mengingat semua hal manis tentangnya disana."

Renata mengangguk, ia mengusap pundak Raffa, kehancuran yang dirasakan Raffa mungkin tidak bisa Renata rasakan dengan sempurna.

Tapi sedikit banyak, Renata ikut hancur saat calon menantunya itu meninggal dalam keadaan yang menyedihkan.

"Silahkan, Pak."

"Mami, Mami mau temani aku meski disini?"

"Tentu saja, ayo kita makan disana."

Keduanya keluar, mereka berjalan dengan tangan kosong, semua barang bawaan Raffa ditinggal di mobil.

Raffa langsung memilih tempat favoritnya bersama Gladis, Renata pun tak banyak bicara karena ia tahu persis seperti apa kebiasaan pasangan kekasih itu dulu.

"Mami, pesanlah yang banyak, aku yang akan teraktir Mami."

"Benarkah?"

"Tentu saja."

"Baiklah, mana ini waitersnya."

"Permisi, silahkan mau pesan apa?"

Renata langsung memesan apa yang diinginkannya, ia tidak ragu memesan banyak meski sadar tidak akan habis.

Raffa juga tidak keberatan dengan itu, mereka akan banyak makan saat ini, dan saat sampai rumah mereka tinggal tidur saja.

"Ada yang lain?"

"Sudah itu saja."

"Masnya?"

"Tidak, itu sudah cukup, bawakan double jus strawberry."

"Baik, mohon menunggu."

Raffa mengangguk, ia membuka kacamatanya, merapikan rambutnya yang mungkin saja berantakan.

Raffa melihat sekitar, hingga matanya berhasil menemukan dua sosok yang sepertinya salah satunya dikenali Raffa.

"Mami."

"Apa?"

"Lihatlah itu?"

Renata melihat arah pandang Raffa, ia seketika menatap Raffa memastikan ekspresinya tetap tenang.

Dan benar, sorot matanya tampak biasa saja, tidak ada lagi sorot mata yang penuh kebencian dan dendam seperti dua tahun lalu.

"Dia sudah punya pengganti?"

"Iya, mereka sudah bersama selama 7 bulan belakangan."

"Dia memperlakukannya dengan baik?"

"Kita semua mengenalnya seperti apa, itu tidak perlu ditanyakan lagi."

Raffa tersenyum seraya menunduk, hal yang sama tidak akan Raffa biarkan terjadi untuk kedua kalinya.

Raffa akan melindunginya, siapa pun dan seperti apa pun, Raffa akan melindunginya, sekali pun mungkin mereka sama-sama saling menginginkan.

"Raffa, are you oke?"

"I'am fine."

Renata mengangguk, ia menggenggam tangan Raffa, seperti apa pun keadaannya sekarang Renata yakin jika putranya telah menjadi lebih kuat lagi.

"Silahkan pesanannya."

Keduanya menoleh, sampai tiga orang yang mengantarkan pesanan Renata tadi, hebat sekali wanita itu menyusahkan orang lain.

Raffa hanya bisa tersenyum melihat kelakuan sang mama, ini pertemuan pertama yang menggemaskan.

"Selamat menikmati."

"Terimakasih banyak," ucap Renata.

Mereka mengangguk lantas pergi meninggalkan keduanya, Renata melirik Raffa, lelaki itu mengangguk santai.

Tanpa buang waktu mereka menikmati hidangannya, membuat momen berdua dengan amat manis.

Raffa memperlakukan Renata sudah seperti kekasihnya sendiri, menyuapinya dengan hati-hati, membersihkan noda di bibirnya, membantunya minum dan banyak hal manis lainnya.

"Rasanya masih tetap sama, konsisten sekali tempat ini," ucap Raffa.

"Bagus dong, jadi tidak menghilangkan ciri khasnya."

"Aku akan sering kesini lagi."

"Lakukan yang membuat mu bahagia."

Raffa tersenyum, mereka kembali menikmati makanannya, tentu saja mereka harus bisa menghabiskan semuanya.

Tapi jika memang tidak bisa, paling tidak mereka sudah sempat mencicipinya, jadi tidak sia-sia karena telah memesannya.

"Raffa, kamu mau tinggal di rumah mana?"

"Aku tinggal sama kalian saja."

"Tidak perlu memaksakan."

"Aku tidak apa-apa, tenang saja, aku akan baik-baik saja tidak akan merusak suasana."

Renata mengangguk, tentu saja ia percaya dengan itu, Raffa adalah anak kesayangannya sejak dulu.

Semua yang dikatakan Raffa tidak pernah mengecewakannya, bahkan saat Raffa hancur terpuruk pun, Raffa tidak pernah mengecewakan Renata.

"Kamu akan bekerja bareng Papi?"

"Tidak, aku akan mencari pekerjaan ku sendiri, aku mau jadi karyawan biasa."

"Raffa."

"Itu bukan masalah Mami, aku selama di LA juga bekerja jadi karyawan Cafe."

"Tapi ini berbeda."

Raffa menggeleng, ia merasa lebih leluasa menjadi karyawan biasa dibandingkan jadi seorang pemimpin.

Biarkan saja bukankah ada yang lain yang lebih menginginkan jabatan itu, Raffa tidak mau memikirkan itu sekarang.

"Mami hanya harus dukung dan doakan aku saja, aku sudah katakan kalau sekarang aku sudah berubah dari yang dulu."

"Mami hanya khawatir saja."

"Tidak perlu, aku akan baik-baik saja karena sekarang aku sudah tahu harus seperti apa menjalani hidup."

"Semangat, Sayang."

Keduanya tersenyum, Raffa menikmati jus strawberry kesukaannya, tentu saja itu sangat membuatnya lebih segar lagi.

Perlahan tapi pasti semua pesana itu habis, maklumlah hidangan restauran meski harganya mahal, tapi porsinya hanya sedikit.

Raffa dan Renata merasa puas dengan kebersamaannya kali ini, pertemuan pertama setelah dua tahun mereka berdua berpisah jarak dan waktu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!