Bau harum khas roti panggang dan kopi menyambut kedatangan Caitlin saat memasuki cafe yang menjadi tempat favoritnya belakangan ini. Dia berjalan ke arah meja yang disana sudah duduk sahabatnya Agatha.
''Elah kebiasaan si ogeb, kalau janjian nggak pernah datang tepat waktu.’' Agatha menggeser kursinya lebih dekat dengan kursi Caitlin dan memberikan Macha Latte nya.
Agatha tidak perlu bertanya dan langsung memesan minuman itu untuk Caitlin, karena sahabatnya begitu menyukai minuman itu. Caitlin bukanlah tipe yang menyukai kopi, karena katanya dia akan merasa berdebar-debar setelah meminumnya.
Lucu sih, dia bahkan belum pernah berdebar untuk seorang pria, tetapi dia malah berdebar untuk seteguk kopi yang masuk kedalam mulutnya.
Bunyi lonceng kecil di pintu masuk mengalihkan perhatian Caitlin. Seorang pria dengan hoodie hitamnya baru saja masuk. Caitlin tebak kalau pria itu sedang mencari seseorang, soalnya sejak tadi kepalanya berputar kesana kemari, hampir ke seluruh penjuru cafe.
‘’Hay Bae’’ Regan tersenyum, mengecup singkat kening Naomi lalu duduk di depan wanita itu.
‘’Cantik sekali sih pacar aku.’’ Regan terkekeh, mencolek pelan dagu Naomi yang menurutnya selalu tampil cantik dan modis.
‘’Baru sadar?’’
Regan terkekeh pelan dengan kepala yang menggeleng. ‘’Udah lama sadarnya, tapi baru bisa nyampein sekarang aja.’’
‘’Ck,’’ dengus Naomi, mengambil orange jus di depannya lalu memberikannya pada Regan. Pria itu meminumnya hingga habis. Entah karena haus atau karena gugup.
‘’Tumben.’’ Tatapan Caitlin beralih pada Agatha. Sahabatnya itu sedang menggodanya. Oh dan jangan lupakan tatapan genit Agatha, dua alisnya sudah naik turun, seperti perahu yang tengah diterjang ombak besar.
‘’Tertarik ya?’’
‘’Apaan sih, ngawur banget lu kalo ngomong.’’ Caitlin kembali mengambil matca lattenya, meminumnya hampir habis. Mungkin karena meja mereka yang berhadapan, sesekali Caitlin tidak sengaja melihat pada pria itu.
‘’Katanya nggak tertarik, tapi kok curi-curi pandang sih?’’ Agatha tertawa kecil, Caitlin sudah menatapnya nyalang sekarang.
‘’Apaan sih!’’
‘’Kalo cinta tuh ngomong Cait ntar keburu diambil orang loh. Atau, apa lu mau gw bantuin? Eh tapi kayaknya nggak deh, gw pengen liat lu berjuang sendiri ya namanya juga cinta kan, kalau gw langsung turun tangan, ntar perjuangan lu jadi kurang berarti, iya nggak?’’
‘’Ngomong apaan sih AGATHA?’’ Caitlin mulai bete, karena Agatha terus menggodanya. Tanpa sadar, Caitlin malah kembali melirik Regan dan itu semakin memperbesar tawa Agatha.
‘’Tuh kan, katanya nggak tertarik Cait.’’
‘’Agatha udah deh, gw bete lama-lama kalau dicengcengin terus. Dia duduk di depan gw dan lagian, gw juga nggak sengaja kok ngeliriknya. Atau kita tukaran tempat duduk aja deh.’’ Caitlin mau berdiri tapi Agatha malah menahan.
‘’Nggak ah, ntar leher lu sakit lagi kalau terus menerus nengok kebelakang.’’ Agatha malah cekikikan.
‘’AGATHA!’’
Caitlin tersenyum canggung, beberapa pelanggan cafe sedang melihatnya karena teriakannya barusan, termasuk Regan dan wanita yang bersamanya.
Di depannya, Agatha malah masih cekikikan, benar-benar menyebalkan.
‘’Lu sih!’’ Mata Caitlin membesar, menahan rasa kesalnya. ''Sumpah, hari ini lu nyebelin banget tau nggak.''
‘’Gw kenapa Cait?’’
Mata Caitlin membesar. Seandainya bisa tukar tambah sahabat, Caitlin ingin menukarnya sekarang. Hampir kesahabisan kesabaran dia.
*****
‘’Oh ya, katanya ada yang mau diomongin, ada apa?’’
Regan lmemberikan senyum tertekannya, bingung harus mulai dari mana, bingung akan kata pertama yang akan disampaikan.
Naomi menatapnya intens. ‘’Kenapa, ada apa, jangan menantang rasa penasaranku bae.’’
Regan membasahi bibirnya, sebelum membuka mulutnya lagi. ‘’Semalam ….’’
‘’Semalam apa bae, ngomongnya jangan setengah-setengah dong.’’ Wajah Naomi semakin serius saja.
‘’Jadi, semalam papa dan mama ngomong ke aku, katanya aku akan dijodohkan bae.’’
‘’Dijodohkan? What the ….’’ Naomi kehilangan kata-katanya. ‘’Bukannya mereka tau tentang hubungan kita?’’
Regan mengangguk lemah. Ya, orang tuanya memang tau tentang hubungannya dan Naomi tapi sayangnya, mereka menentang dan tidak setuju pada Naomi. Entahlah, mereka hanya selalu mengatakan Naomi bukanlah wanita yang cocok untuk Regan.
‘’Terus kamunya gimana, kamu terima?’’
Regan menggeleng. ‘’Bae, nikah yuk. Kalau kita nikah, aku yakin mama-papa nggak akan memaksakan perjodohan ini lagi.’’
Naomi terdiam, pandangannya kosong. Sedetik kemudian menggeleng kepalanya. ‘’Aku belum siap nikah Gan, masih banyak yang harus aku gapai. Kamu tau kan apa impianku?’’
Regan mengusap wajahnya kasar. Kekasihnya menolak lamarannya lagi dan lagi. Ini bukan baru 2 atau 3 kali, tapi sudah hampir 7 kali dan hasilnya, Regan selalu saja ditolak.
‘’Naomi, aku dijodohkan dan hanya ini satu-satunya cara, untuk menolak perjodohan ini. Aku janji, kamu tetap bisa berkarir setelah kita menikah nanti, aku nggak akan membatasi apapun yang kamu inginkan, percaya sama aku.’’ Tangannya mengambil kedua tangan sang kekasih, berusaha membujuk, agar sang kekasih berubah pikiran.
‘’Maaf Gan, aku benar-benar nggak bisa. Bukan karena aku nggak cinta kamu, tapi impianku terlalu besar dan terlalu berat untuk aku iklaskan. Satu tahun Gan, beri aku waktu satu tahun dan aku janji saat itu, saat kamu melamarku lagi, aku akan dengan senang hati menerimanya.’’
Tangan Regan terlepas. Kecewa dengan penolakan Naomi lagi.
‘’Gan,’’ Naomi mulai menangis. Tangannya menggenggam tangan Regan dengan erat.
‘’Satu tahun Gan, kasih aku waktu satu tahun. Aku janji, saat itu kita akan menikah.’’
‘’Tapi aku sudah dijodohkan Naomi. Kalau kamu nggak setuju untuk menikah, maka aku harus menikah dengan wanita yang dipilih kakek untukku.’’
Naomi menengadah. ‘’Aku izinin kamu nikah, tapi hanya setahun.’’
‘’Kamu gila!?’’ Regan kembali melepas tangan Naomi. Tatapannya penuh dengan kekecewaan.
‘’Gan, hanya ini solusinya. Kamu hanya perlu pura-pura menerima perjodohan ini.’’
‘’Naomi, ini pernikahan bukan permainan!’’ Regan kehilangan kontrol, suaranya membesar mencuri perhatian hampir seluruh pengunjung, termasuk Caitlin dan Agatha.
‘’Kenapa tuh?’’ Agatha antusias, sedangkan Caitlin sudah memalingkan wajahnya ke arah lain. Tidak mau digoda lagi.
‘’Ya aku tau, tapi saat ini kita nggak punya pilihan lain. Gan, aku sayang sama kamu, aku cinta sama kamu tapi Gan, aku juga nggak bisa merelakan cita-citaku begitu saja. Tolong kamu ngertiin aku, kali ini saja.’’
Regan membuang nafas berat. Menatap dalam wajah wanita tercintanya. Jujur saja, Regan keberatan dengan saran Naomi. Dia sangat mencintai wanita itu jadi bagaimana bisa dia menikah dengan wanita lain. Untuk berpura-pura saja Regan terasa berat hati.
‘’Gan.’’
Regan membuang nafas panjang. ‘’Baiklah. Hanya satu tahun, aku memberimu waktu satu tahun Naomi. Saat itu, terlepas impianmu sudah tercapai atau tidak, kita tetap akan menikah.’’
‘’Terimakasih Gan.’’ Naomi berdiri, mendekati Regan dan memeluk leher pria itu dari belakang.
‘’Ya, nggak jadi putus mereka.’’ Agatha malah menyayangkan pemandangan romantis ala Regan dan Naomi itu. Sejak tadi, ternyata Agatha terus memperhatikan perdebatan Regan dan Naomi.
‘’Kamu tuh, ya masa nyumpahin hubungan orang sih?’’ Caitlin menegur, matanya sedikit membesar. Tidak habis pikir dengan sahabatnya itu. Melihat orang bertengkar bukannya mendoakan yang terbaik eh si Agatha malah berharap sebaliknya.
‘’Kemalangan seseorang adalah peluang bagi orang lain.’’
Caitlin tidak merespon. Tadi, dia benar-benar tidak sengaja melirik Regan. Lagian, Caitlin tidak percaya pada yang namanya jatuh cinta pada pandangan pertama menurutnya itu terlalu dramatis dan nggak mungkin terjadi di dunia nyata. Apalagi, Regan sudah punya seorang kekasih, rasanya nggak etis saja kalau harus tertarik pada kekasih orang sedang diluar sana begitu banyak pria jomblo.
Seperti nggak laku saja, iya kan?
‘’Oh ya Cait, tadi yang nganter kamu siapa? Kak Edward ya?’’
‘’Udah mau pulang juga baru nanya.’’
‘’Elah tinggal dijawab doang.’’
‘’Emang siapa lagi kalau bukan kak Edward?’’
‘’Kan bisa papa lu ogeb atau mungkin taxi. Oh ya, nanti kalau pulang kak Edward jemput lu lagi nggak?’’
‘’Nggak ada drama nebeng-nebeng ya, gw pengen berduaan sama kakak gw.’’
‘’Elah pelit banget lu.’’
‘’Biarin.’’
Bersambung .....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments