Dua hari setelah kejadian itu, kedua keluarga memutuskan untuk bertemu sekalian memperkenalkan Caitlin dan Regan.
Caitlin tidak mengatakan apapun pagi ini, bahkan tidak sarapan dan langsung pamit ke kampus.
Moodnya benar-benar buruk, pikirannya tidak bisa tenang dan terus memikirkan tentang perjodohan. Caitlin memang mengatakan siap menerima, tapi itu mulutnya, sedangkan hatinya masih sangat berat untuk menerima semuanya.
Mungkin ada beberapa yang bercita-cita untuk menikah di usia muda. Tapi Caitlin tidak, dia ingin menikah di saat dirinya siap untuk itu, baik hati maupun pikirannya.
Sayangnya, sekarang keadaan malah memaksanya untuk menjalani sebuah fase hidup yang sebenarnya belum mau dijalaninya.
Bahkan segala kebutuhannya saja masih mamanya yang menyiapkan untuknya dan sebentar lagi dia akan menjadi seorang istri?
Akal sehat dan realita kehidupan terus berperang dalam otak kecilnya.
Saat ini, Caitlin bahkan tidak datang ke kampus, merasa akan sia-sia jika ke kampus saat ini, karena pikiran yang kacau pasti tidak akan menangkap apapun yang disampaikan oleh para dosen.
Caitlin pergi ke cafe kesayangannya untuk sejenak menjernihkan pikirannya disana. Baru saja pesanannya tiba, seseorang sudah duduk di sampingnya, siapa lagi kalau bukan sahabat tercintanya Agatha.
Agatha selalu melewati jalan ini menuju kampus, tidak sengaja melihat Caitlin masuk ke cafe ini dan mengikutinya, Agatha yakin saat ini sahabatnya itu sedang memiliki masalah karena tidak mungkin dia berada disini saat jam kuliah, jika dia baik-baik saja.
''Ceritain, lu ada masalah apa?'' ucap Agatha mengambil alih minuman Caitlin.
Persahabatan mereka memang terjalin dengan sangat baik, mereka selalu tau ketika satu di antara mereka memiliki masalah.
Dengan sedih, Caitlin menceritakan apa yang terjadi padanya sekarang. Agatha yang mendengarnya pun ikut sedih. Dia tau apa yang sudah direncanakan sahabatnya itu untuk masa depannya. Tidak habis pikir kenapa kisah perjodohan-perjodohan seperti ini menghampiri Caitlin.
Mereka bahkan sepakat untuk tidak menikah sebelum mereka mencapai apa yang mereka inginkan, mereka juga sudah merencanakan untuk melanjutkan kuliah mereka di luar negeri bersama.
Mereka bahkan sudah memilih universitas dan negara mana yang akan mereka tuju. Tapi sekarang semua rencana itu hanya tinggal rencana karena tidak akan pernah terwujud lagi.
Agatha hanya bisa berdoa dan berharap, semoga pria itu bisa memperlakukan Caitlin dengan baik, bisa memberi cinta yang besar, seperti yang Caitlin terima dari keluarganya.
*****
Jam 17.30
‘’Gan, kok belum ganti baju sih, bentar lagi kita berangkat loh.’’ Rani, mamanya Regan, menghampiri sang anak yang sedang asyik bermain ponsel di ruang tamu. Sedang saling berbalas chat dengan Naomi.
‘’Ma.’’ Regan mematikan layar ponselnya, pandangannya beralih pada sang mama yang sudah duduk di depannya.
‘’Bisa nggak, kalau perjodohan ini dibatalkan. Mama tau sendiri, kalau aku sudah punya Naomi.’’
‘’Mama nggak suka wanita itu.’’
‘’Tapi kenapa ma, Naomi wanita yang baik, nggak pernah aneh-aneh dan yang paling penting, Regan cinta sama dia.’’
‘’Mama melarang bukan tanpa alasan Regan. Kamu nggak tau aja bagaimana sifat asli wanita itu.’’
‘’Ma, aku sama Naomi sudah 10 tahun, aku yang paling tau bagaimana sifatnya. Penilaian mama itu sama sekali nggak benar.’’
‘’10 tahun dan kamu kecolongan?’’
‘’Ma, ini nggak adil. Mama nggak bisa menjelek-jelekan Naomi, hanya karena mama punya wanita lain, yang mama sukai. Bagaimana sikap Naomi, aku yang lebih tau.’’
‘’Ck, terserah kamu, tapi yang jelas, mama nggak suka wanita itu. Mending kamu ganti baju deh. Percaya sama mama, setelah ketemu Caitlin, kamu pasti akan menyukainya.’’
‘’Ma.’’
Mamanya menghembuskan nafas gusar.
Regan terdiam, menatap mamanya ketika paruh baya itu menggenggam tangannya. ‘’Gan, mama dan papa bukan ingin menghalangi kebahagian kamu, kami malah ingin kamu bahagia, tentunya dengan wanita yang baik dan pastinya bisa terus menemanimu dalam suka dan duka. Kamu tau nggak alasan mama-papa milih Caitlin?’’
Mamanya tersenyum tipis saat Regan menggeleng kepalanya. ‘’Sebenarnya, mama dan papa sering memperhatikan Caitlin dari jauh. Semakin kami mengenalnya, semakin kami menyukainya. Gan, dia adalah wanita yang baik, benar-benar baik dan mama juga yakin Caitlin pasti akan jadi istri yang baik. Papa dan mama menjodohkanmu bukan semata mata karena keinginan kakekmu, tapi memang karena kami merasa Caitlin adalah wanita yang tepat. Seandainya dia nggak baik, walau kakek kamu atau siapapun yang menjodohkan, mama mana setuju.’’
*****
Malam ini, seperti yang sudah direncanakan sebelumnya, keluarga Regan sudah berada di kediaman keluarga Christian.
Regan hanya memberikan senyum palsunya pada keluarga yang sebentar lagi akan menjadi keluarganya itu. Dia tidak tahu bagaimana wajah wanita yang dijodohkan dengannya. Orang tuanya sudah memberinya foto, tetapi Regan enggan untuk melihatnya.
''Sayang, keluarga calon suamimu sudah datang, ayo cepat turun,'' ucap mama Alice memberitahu Caitlin.
Caitlin mengedarkan pandangannya, disana, di sofa ruang tamu ada seorang pria yang menatapnya tajam.
Caitlin memutar otaknya, rasa-rasanya dia pernah bertemu dengan pria itu.
‘’Oh astaga.’’ Mulutnya membulat, mengingat kalau Regan adalah pria yang pernah dia lihat di cafe. Tapi bukannya pria itu sudah punya kekasih?
Regan berdecak sinis, sama sekali tidak tertarik. Baginya, Naomi berkali-kali lipat lebih baik, dari wanita manapun termasuk Caitlin. Hanya melihat sekilas saja, dia sudah tau, kalau Caitlin ini tipe wanita manja, berbeda dengan Naomi yang mandiri.
‘’Cait, sini sayang,’’ panggil Randy, karena Caitlin masih berdiri diam dalam posisinya.
‘’Malam tante, om,’’ sapa Caitlin. Pandangannya pun beralih pada Regan yang nampak acuh.
‘’Hai.’’ Caitlin berusaha menyapa, hanya sebagai bentuk sopan santunnya.
‘’Hhmm.’’ Regan menjawab dengan enggan.
‘’Maaf ya Cait, Regan emang gini anaknya, agak introvert.’’
Caitlin mengangguk kecil, pura-pura tersenyum. ’’ini mah bukan introvert, tapi emang nggak ada sopan santunnya.’’
Sumpah demi Tuhan, Caitlin ingin menarik kembali ucapannya, yang dulu sempat berpikir kalau Regan adalah pria yang baik dan lemah lembut.
Ah tapi sebentar lagi pria itu akan jadi suaminya. Eh tapi tunggu dulu, kalau mereka menikah, bagaimana dengan wanita yang waktu itu di cafe?
Atau apa mereka baru putus? Astaga, dia bakalan jadi pelarian dong?
Bolehkah dia berubah pikiran?
Ah tapi bagaimana dengan papanya nanti?
Bagaimana kalau paruh baya itu kembali dilarikan ke rumah sakit? Demi Tuhan, Caitlin tidak ingin hal itu terjadi lagi. Dia takut, sangat takut. Pernikahan atau apapun itu akan Caitlin lakukan, asal keluarganya bahagia dan baik-baik saja.
Caitlin kembali mengalihkan pandangannya, pada Regan yang sejak tadi diam tanpa suara.
‘’Kalau Regan, bagaimana pekerjaannya sekarang?’’ Papa Randy bertanya.
Regan menatap papa Caitlin dan tersenyum. ‘’Lancar om.’’
Caitlin melihat lirikan papanya yang seperti sedang melempar kode lewat matanya, seolah sedang memuji pria itu.
‘’Hebat ya, masih muda udah sukses. Pasti banyak yang nargetin nih.’’
Regan tertawa paksa. ‘’Om bisa aja.’’
‘’Banyak yang suka emang, tapi nggak ada yang secantik Caitlin. Iya nggak Gan?’’ Mama Rani menimpali. Regan tersenyum tertekan merespon pertanyaan menyudutkan dari sang mama.
‘’Oh ya Cait, kamu pasti udah tau kan, tujuan keluarga kami datang ke rumah kalian malam ini.’’ Arman mulai membahas. masuk pada pembahasan inti.
Caitlin menelan salivanya.Ingin sekali dia berteriak, untuk jangan dulu membahas masalah itu, ya tapi apa mau dikata?
Caitin berusaha tersenyum. Jari-jarinya sudah meremas kuat ujung dress. Di sampingnya, kedua orang tuanya sedang tersenyum lebar, seolah sangat senang dengan pembahasan ini. Senyum itu, Caitlin tidak akan merusaknya.
Malam itu, obrolan demi obrolan pun berlanjut. Beberapa kali Caitlin melirik Regan yang nampak gelisah dan terus menerus mengecek ponsel, seperti tengah menunggu kabar dari seseorang. Sebebanrnya Caitlin ingin mengajak pria itu bicara tapi Regan seolah enggan untuk menatap ke arahnya.
Bersambung .....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments