Pertemuan

Di rumah sakit milik pak Tomo.

Dokter yang ternyata masih bagian dari keluarga pak Tomo menghampiri Clara, dan Sandra yang sedang menunggu di luar IGD.

"Ra, bisa kita bicara empat mata sebentar?". Tanya Hendrik sang dokter muda.

Clara mengangguk "Bisa dok".

" Sini ikuti saya". Ajak Hendrik mengajak Clara pergi ke ruang kerjanya.

Clara mendudukkan bokongnya pada kursi yang Hendrik sediakan tepat berada di hadapan Hendrik.

"Gimana keadaan bapak? ". Tanya Clara cepat

"Jadi gini Ra,meskipun berat tapi aku harus mengatakannya secara jujur padamu. Bapakmu mengalami serangan jantung. Dan tulang di bagian kepalanya mengalami keretakan. Mungkin karena benturan yang cukup kuat sehingga menyebabkan keretakan dan membuat pak Tomo koma". Jelas Hendrik.

Tanpa sadar Clara menitikkan air matanya "Apa bapak bisa bangun kembali?". Lirih Clara dengan air mata yang terus keluar.

"Maafkan kami Ra. Kemungkinan besar pak Tomi akan lama terbaring koma karena untuk saat ini belum ada tanda-tanda akan siuman". Tutur Hendrik.

Clara hanya menatap mata Hendrik dengan tatapan sendu. Clara bangkit dari kursi dan meninggalkan Hendrik. Hendrik hanya menatap nanar kepergian Clara.

Hendrik mengejar Clara "Ra tunggu!". Ucap Hendrik agak keras menahan bahu Clara.

Clara menoleh dengan mata basahnya karena air mata. "Ada apa?". Lirih Clara.

Hendrik mengeluarkan sebuah amplop dari dalam saku jas khas dokternya. Kemudian memberikan pada Clara.

"Ini titipan dari pak Tomo untuk kamu. Tadi sempat sadar dan memberikan itu kepada saya tanpa berkata apapun. Setelah itu Ia pingsan kembali". Kata Hendrik.

Dengan ragu Clara menerima amplop itu. "Kenapa saya yang menerimanya?" Gumam Clara.

"Karena di amplop itu tertulis penerimanya atas nama kamu". Tambah Hendrik.

Clara berterimakasih dan melanjutkan langkahnya. Ia masuk ke ruangan VVIP tempat pak Tomo tertidur saat ini.

Clara menatap sendu saat menyaksikan tubuh bapaknya di penuhi dengan alat-alat Rumah Sakit.

"Pak,ini Rara. Hiks,hiks" Lirih Clara tak bisa menahan air matanya.

"Maafin Clara ya pak. Clara tak pernah bersikap baik pada bapak. Hikss,hiks". Lanjut Clara.

Sandra menghampiri Clara "Sayang,gak boleh gitu ngomongnya. Kamu semangatin bapak supaya bapak bisa cepet sadar". Kata Sandra mengusap lembut bahu Clara.

Clara melirik Sandra kemudian memeluknya dengan erat. "Sudah sayang, jangan nangis. Masa anaknya mami cengeng gini. Kamu harus kuat sayang". Tambah Sandra menegarkan Clara.

" Tapi mi-...Hiks,hiks". Lirih Clara.

Sandra mengangkat wajah Clara "Hei, dengarkan mami. Kamu harus kuat demi bapakmu dan masa depanmu. Kamu harus temukan pelakunya sayang!". Ucap Sandra menyemangati.

Clara menatap heran " Apa maksud mami?".

Kevin yang tadinya diam ikut bersuara. "Iya Ra. Ada yang mencoba membunuh bapak kamu dengan memasukkan racun pada kopi yang bapak kamu minum". Timpal Kevin memperjelas.

Clara nampak berfikir "Pasti om kan yang ngelakuin semuanya. Ya kan? Karena hanya om yang selalu bapak suruh beli kopi". Teriak Clara menyalahkan Kevin.

Kevin yang merasa terpojokkan angkat bicara. "Astaga Ra, kalaupun om mau bunuh bapak kamu dari dulu udah om lakuin". Tegas Kevin tak terima di salahkan.

Clara memegang tangan lemah bapaknya "Terus siapa yang tega ngelakuin ini sama bapak?"

"Apa bapak punya musuh?".

"Dasar anak tak berguna!" Ucap Clara merutuki kebodohannya.

Kevin dan Sandra hanya terdiam membiarkan Clara melepas semua amarahnya.

Clara menghela nafas. "Mami, Rara minta tolong jagain bapak ya, Clara ada urusan".

"Iya tan, saya juga pamit karena ada yang harus saya kerjakan". Timpal Kevin di jawab anggukan mami Sandra.

Kevin keluar dari ruangan pak Tomo menuju TKP,yaitu ruangan kerja pak Tomo. Sedangkan Clara ia duduk di taman samping Rumah Sakit. Membuka amplop yang ia terima dari Hendrik.

Teruntuk Putri semata wayangku, Clara Nathalia. 

Rara sayang,

Pertama, bapak minta maaf sama kamu jika kamu membaca surat ini saat bapak tidak ada di sisimu. Tapi percayalah sayang, bapak akan melindungimu tanpa kamu tahu. 

Sayang, kamu jaga kesehatan ya nak. Jangan lupa makan yang teratur. Jaga jadwal tidur kamu ya. Kamu harus kuat ya sayang. 

Teruntuk saat ini,kamu jangan jauh dari om kamu,Om Kevin. Kamu percayalah padanya karena dia orang yang akan menemanimu dengan tulus. Bapak minta, kamu harus belajar untuk berubah menjadi orang yang sederhana. 

Bukan karena apa, tapi bapak mencoba melindungimu karen bapak takut kamu mudah terdeteksi oleh penjahat jika kamu berkeliaran di tempat dimana bapak selalu berada. 

Untuk sementara, kamu harus ikutin perintah om Kevin. Bapak mohon sayang, ini demi keselamatan kamu. 

Temuilah CEO perushaan PT. GOLD STAR. Dan lanjutkan lah pekerjaan bapak yang sempat tertunda dengan hati-hati sayang. 

Rara sayang, hanya kamu kebanggaan bapak. 

Hanya kamu harapan bapak. Bapak percaya kalau anak bapak memiliki jiwa sekuat karang di lautan.

See you sayang*".

Clara kembali menangis setelah membaca surat itu.

"Tring!!". Suara notif dari hp Clara. Clara merogoh sakunya. Mengeluarkan handphone dan membuka notif pesan dari om-nya.

"Ra, paman akan menyelidiki kasus bapak kamu".

"Om akan mendatangi kafe lagi untuk memastikan". Begitu isi pesan dari om Kevin.

#flashback off... 

Clara mengangkat tangannya mencoba memanggil pelayan kafe. Dan pelayan sebelumnya lagi yang datang menemui Clara. Lalu meminta tagihan pesanannya.

Dengan angkuhnya pelayan itu mengejek Clara "Ngga bisa makan enak ya? Jadi harus di bungkus buat makan bersama?".

"Hemm". Gumam Clara yang jengah dengan tingkah orang asing di hadapannya.

Setelah menyelesaikan pembayaran, Clara pergi tanpa banyak bicara. Pelayan angkuh itu membawa makanannya kembali ke belakang.

Sementara seorang pria melihat makanan dan minuman yang di bawa pelayan masih utuh,membuatnya heran dan mengambil nampan itu dari Siska.

"Biar saya saja,Tuan". Tolak pelayan berusaha caper saat sang pemilik kafe turun tangan.

"Berikan atau kamu saya pecat?". Ancam pria itu.

Karena takut kehilangan pekerjaan, lebih tepatnya tidak ada kesempatan untuk mendekati sang atasan. Dengan berat hati ia memberikan nampan yang ia bawa pada atasannya.

Melihat Clara yang telah sampai di parkiran membuat pria itu mempercepat langkahnya sambil membawa nampan. Ia meletakkan nampan di sebuah meja berlatar outdor yang ia lewati.

"Nona!" Teriak pria itu.

Clara menghentikan langkahnya dan menengok kebelakang celingak-celinguk takut salah sasaran.

"Apakah Tuan memanggil saya?". Menunjuk dirinya sendiri

Pria itu mengangguk "Bisakah nona kembali masuk? Atau jika enggan,nona bisa duduk di tempat outdor saja". Pinta pria itu.

Dengan perasaan heran Clara mengangguk dan duduk di sebuah kursi berlatar outdor di kafe itu.

Clara mencoba mengingat "Bukankah Tuan adalah pemilik kafe ini ya?". Tanya Clara hati-hati.

"Sebelumnya, perkenalkan saya Willy Airlangga". Ucap Pria itu yang ternyata Willy adik dari Satria.

"Saya Clara,ada perihal apa ya Tuan memanggil saya kembali? Bukankah saya sudah membayar pesanan saya? Apakah ada yang kurang". Heran Clara dengan wajahnya datarnya.

"Ah tidak".

"Mohon maaf mengganggu waktunya sebentar. Apakah ada yang membuat Anda tidak nyaman di sini? Ataukah menu yang kami hidangkan tidak sesuai dengan yang Anda inginkan?". Cerocos Willy.

"Tidak".

Willy melirik steak dan kopi di atas meja "Lalu kenapa Anda tidak mencicipinya sedikitpun?". Tanya Willy kembali.

"Saya buru-buru". Kesal Clara beranjak dari duduknya.

Dan berlalu pergi meninggalkan Willy sendiri.

Clara sedikit terkejut saat pelayan yang ia temui tadi tiba- tiba ada di hadapannya dengan tatapan yang membunuh.

"Heh,dasar si cupu gembel. Udah berlagak kaya,sekarang mau deketin pak Willy".

Clara memutar bola matanya jengah. "Minggir!".

Dengan kesal pelayan itu menarik rambut Clara. "Dengerin ya, kamu itu gak pantes buat pak Willy. Hanya aku yang pantas untuknya". Bisiknya di telinga Clara.

Karena cengkraman pelayan itu semakin kencang Clara memberontak serangan.

"Krekk...Buk". Clara memelintir tangan pelayan dan memukul perutnya.

" Akhh...sakit... ". Teriaknya caper melihat Willy datang. Clara merasa jijik melihat tingkah manusia aneh menurutnya.

"Isshhh...Rambutku berantakan!". Gerutu Clara merapikan rambutnya. Kemudian melenggang pergi.

Willy tak menghiraukan anak buahnya. Ia mengejar Clara kembali tak ingin kehilangan kesempatan.

"Maafkan semua kejadian ini. Ini kartu namaku". Kata Willy mengeluarkan kartu namanya. Clara menerima kartu itu dan berlalu pergi.

***

"Ra,kamu mau pergi lagi?". Tanya Sandra.

Clara mengangguk "Rara nitip bapak sama mami ya. Nggak lama kok". Pinta Clara

Tak lama Kevin datang " Mau kemana Ra?".

Bukannya menjawab Clara malah balik nanya. "Gimana penyelidikannya om?".

Kevin menggeleng pelan "Baru dikit-dikit Ra". Lirih Kevin.

" Gapapa om, jangan terlalu gegabah". Pinta Clara.

Clara mendekati Kevin duduk di sebelahnya "Emang bapak punya musuh ya dari dulu?". Selidik Clara.

"Setau om sih ngga ada. Tapi apa mungkin salah satu klien yang pak Tomo tolak permintaan kerja samanya ya?". Ucap Kevin tamak berfikir.

"Eh tapi enggak mungkin". batin Kevin

Alis Clara mengerut "Klien yang di tolak? Emangnya ada?". Lirih Clara.

Kevin cepat mengangguk menyandarkan tubuhnya pada sandaran sofa "Ada. Banyak malah". Jawab Kevin.

Mami Sandra menghampiri Kevin dan Clara "Udah dong,jangan bahas gituan. Mami takut". Pinta mami.

"Mami tenang ya, di sini aman sudah banyak pengawal yang jagain bapak sama mami disini". Ucap Clara menenangkan maminya.

Setelah berpamitan pada mami dan bapaknya , Clara pun pergi sendiri tanpa ada yang menemani. Ya, dengan tampilan yang sangat sederhana.

***

Di kediaman keluarga Airlangga.

"Kakakk!!!!..." Panggil Mila dalam panggilan video bersama Willy.

"Iya sayang,,,". Jawab Willy di seberang sana

Mila nampak mengerucutkan bibirnya. "Loh, kok di tekuk gitu mukanya,cemberut lagi? Kenapa?". Tanya Willy

Sus Rena yang menyaksikan kedua anak majikannya berbincang di telfon pun mendekat. "Katanya akhir tahun ini non Mila mau liburan, Tuan". Timpal Sus Rena

Di seberang Willy nampak menganggukkan kepalanya."Iya cantiknya kakak,akhir tahun ini kita liburan. Mau kemana?". Goda Willy sontak Mila langsung tersenyum.

Tapi senyum Mila kembali hilang membuat sus Rena dan Willy heran.

"Kenapa non? Tadi katanya mau liburan tapi di tekuk lagi ini mukanya". Ucap Sus Rena mengunyel-ngunyel pipi Mila.

"Mila mau pergi liburan semuanya. Sama kak Satria". Rengek Mila. Di layar hp Willy nampak membuang nafas kasar mengingat bagaimana sikap Satria kepada mereka.

"Iya nanti kakak coba bujuk kak Satria ya". Kata Satria.

"Benarkah? Terimakasih kakakku yang terbaik,,,muachh". Riang Mila mengecup pipi Willy di layar hp. Willy pun menutup panggilannya karena ada meeting sebentar lagi.

"Satria,, kedua adikmu merindukan kamu yang dulu". Lirih Sus Rena dalam hati.

***

"Tuan, nona Clara sudah menunggu Anda di ruang meeting". Kata Reno dengan membungkukkan badannya.

Satria menutup laptopnya dan bangkit dari duduknya. Melenggang pergi melewati Reno yang berdiri sedari tadi. Reno dengan setia mengikuti langkah Satria kemanapun atasannya itu pergi selama jam kerja.

"Ceklek!!.."

Satria masuk kedalam ruangan yang dimana sudah ada Clara yang menunggu selama setengah jam lamanya. Satria melangkah mendekati Clara yang telah berdiri membungkukkan badannya hormat.

Langkah Satria terhenti. "Saya tidak menyuruh kamu masuk". Tegas Satria tanpa menoleh.

Clara memicingkan sebelah matanya. Ternyata sedingin itu sikap CEO muda perusahaan besar ini.

Sontak kaki kanan Reno yang hendak melangkah menggantung. "B-baik Tuan". Kemudian Reno menurunkan kakinya mundur dan berlalu pergi.

Hanya ada keheningan di ruangan itu karena hanya ada Clara dan Satria yang sama-sama diam.

"Lama tidak bertemu, Clara". Suara bariton Satria keluar memecah keheningan.

Clara menatap lekat Satria heran "Apakah kita pernah beetemu?". Lirih Clara canggung.

Satria menyunggingkan sebelah bibirnya. Satria menarik kursi dan duduk berhadapan dengan Clara.

" Clara,,,Clara,,,kamu itu sedang membodohiku atau memang kamu bodoh? Hmmm?,,,". Ejek Satria.

"Apa yang kamu mau?". Tanya Clara

"Bukankah kamu yang ingin menemui saya?". Ucap Satria membuat Clara terdiam.

"Mmm,,maksud saya. Saya mau meneruskan perjanjian kontrak kerjasama bapak saya". Ucap Clara gugup.

"Aduuuhh!!!..kemana keberanianku. Kenapa jadi seperti ini". Batin Clara. 

Melihat Clara gugup Satria merasa menang. Ia memanggil Reno. Reno yang faham langsung memberikan sebuah berkas pada Clara. Setelah itu Reno kembali keluar. Dengan perlahan Clara membuka berkas itu sesekali melirik Satria yng terduduk santai dengan menyandarkan bahu pada sandaran kursi dan menyilangkan tangannya di dada. Tak lupa kaki yang di silang di bawah meja.

Satria sesantai itu berbeda dengan Clara yang matanya membulat sempurna saat mengetahui berkas yang ada di tangannya.

"Apa ini? ". Tanya Clara marah.

Episodes
1 Hancurnya Hati Clara
2 Keinginan Clara
3 Awal Mula
4 Pertemuan
5 Setuju
6 Aku, Bukan suamimu
7 Siapa kamu
8 Clara kabur
9 Bertemu kembali
10 Clara pembunuh?
11 Siska sang kaki tangan
12 Wejangan Oma
13 akhirnya bertemu kembli
14 Willy : Maafkan aku Clara
15 Semakin terungkap
16 Entah siapa yang salah
17 Dia Anakku
18 Ke egoisan yang meluruh perlahan
19 Siapa pak Tomo itu?
20 Jangan biarkan dirimu mati di musim semi
21 Musim Semi
22 Satria insaf?
23 .
24 Nyonya di filler?
25 Psikolog
26 Psikolog 2
27 .
28 Mama
29 Maaf
30 Ternyata Sakit
31 Siapa?
32 Menyerah bukan tujuan utamaku
33 Cinta pertama?
34 Ngidam
35 what!!
36 Berulah
37 Lupa hamil
38 Lagi dan lagi
39 Papa!!
40 Hutan
41 Janji
42 Selamat Jalan, Papa
43 Cemburu
44 Bayi
45 Amara Aletta Silvara
46 Teror
47 Wanita kuat
48 Tua bangka
49 Menerima
50 Pecah Seribu
51 Amarah
52 Ternyata Cleo
53 Terhubung
54 Rencana jahat
55 Tunggu
56 Manusia topeng
57 Rencana
58 Musuh Dalam Selimut
59 Manusia picik
60 Paket2
61 Bertemu
62 Apa!
63 Teka-teki
64 Rindu?
65 Rollercoaster
66 Cinta & Benci
67 Hianat
68 ?
69 Hanya mimpi?
70 Penjelasan
71 Flashback
72 Pelaku
73 Lamaran
74 Sah!
75 Malam pernikahan
76 Mau Hamil
77 Kampus
78 Maaf
79 Sayang
80 Bau
81 hamil
82 Sandra
Episodes

Updated 82 Episodes

1
Hancurnya Hati Clara
2
Keinginan Clara
3
Awal Mula
4
Pertemuan
5
Setuju
6
Aku, Bukan suamimu
7
Siapa kamu
8
Clara kabur
9
Bertemu kembali
10
Clara pembunuh?
11
Siska sang kaki tangan
12
Wejangan Oma
13
akhirnya bertemu kembli
14
Willy : Maafkan aku Clara
15
Semakin terungkap
16
Entah siapa yang salah
17
Dia Anakku
18
Ke egoisan yang meluruh perlahan
19
Siapa pak Tomo itu?
20
Jangan biarkan dirimu mati di musim semi
21
Musim Semi
22
Satria insaf?
23
.
24
Nyonya di filler?
25
Psikolog
26
Psikolog 2
27
.
28
Mama
29
Maaf
30
Ternyata Sakit
31
Siapa?
32
Menyerah bukan tujuan utamaku
33
Cinta pertama?
34
Ngidam
35
what!!
36
Berulah
37
Lupa hamil
38
Lagi dan lagi
39
Papa!!
40
Hutan
41
Janji
42
Selamat Jalan, Papa
43
Cemburu
44
Bayi
45
Amara Aletta Silvara
46
Teror
47
Wanita kuat
48
Tua bangka
49
Menerima
50
Pecah Seribu
51
Amarah
52
Ternyata Cleo
53
Terhubung
54
Rencana jahat
55
Tunggu
56
Manusia topeng
57
Rencana
58
Musuh Dalam Selimut
59
Manusia picik
60
Paket2
61
Bertemu
62
Apa!
63
Teka-teki
64
Rindu?
65
Rollercoaster
66
Cinta & Benci
67
Hianat
68
?
69
Hanya mimpi?
70
Penjelasan
71
Flashback
72
Pelaku
73
Lamaran
74
Sah!
75
Malam pernikahan
76
Mau Hamil
77
Kampus
78
Maaf
79
Sayang
80
Bau
81
hamil
82
Sandra

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!