...***...
Kabar itu tentunya membuat Prabu Kencana Biantara sangat murka, suasana hatinya saat itu sangat panas, hingga sang Prabu tidak dapat lagi berpikiran dengan baik lagi.
"Tangkap anak itu dalam keadaan hidup! Aku lah yang akan memberikan hukuman mati padanya!."
"Sandika Gusti prabu."
Prajurit itu langsung segera bertindak, ia segera melaksanakan tugas yang telah diberikan Prabu Kencana Biantara padanya.
"Untuk tuan-tuan semuanya, saya harap bersabar, sampai saya menemukan kebenaran ini, saya harap jangan melakukan hal yang membuat kegaduhan." Hanya itu saja harapannya.
"Sandika Gusti Prabu."
Setelah itu mereka juga pergi meninggalkan tempat itu, karena tujuan mereka telah tersampaikan pada Prabu Kencana Biantara. Sementara itu Ratu Saraswati Tusirah sangat terkejut dengan kabar yang sangat mustahil baginya itu.
"Kanda Prabu, dinda rasa ada kesalahan."
"Ya, kesalahan yang telah dibuat putra dinda membuat kanda ingin mati seketika." Hatinya sangat sakit dengan itu semua.
"Kanda Prabu! Putra dinda tidak mungkin melakukan itu!."
"Tapi berita itu telah menyebar dinda." Hati sang Prabu sangat cemas.
"Lalu bagaimana caranya kanda akan menjelaskan pada kanda prabu adinegara prabeswara tentang anaknya? Cucunya yang telah tewas di tangan anak kita?." Betapa hancurnya hatinya saat mengingat hubungan mereka yang dekat karena pernikahan anaknya dengan putri dari Prabu Adinegara Prabeswara. "Apakah dinda tidak memikirkan hal buruk yang akan menimpa diri kita nantinya?."
Tidak ada tanggapan dari Ratu Saraswati Tusirah, hatinya tidak percaya jika anaknya melakukan perbuatan buruk itu.
"Dinda harap kanda bisa mencari tahu kebenaran kasus itu." Ucap Ratu Saraswati Tusirah dengan penuh penekanan. "Jangan sampai kanda berbuat hal yang akan membuat kanda menyesal nantinya." Ratu Saraswati Tusirah tidak dapat menahan perasaan sedihnya saat itu.
"Dinda tenang saja, kanda akan menyelidiki masalah itu dengan benar." Hanya itu yang dapat ia katakan saat itu.
"Oh!. Putraku surya biantara? Ibunda tidak percaya jika nanda melakukannya." Dalam hatinya sangat cemas dengan keadaan anaknya saat itu. Batinnya sebagai seorang ibu mengatakan jika anaknya tidak mungkin melakukan hal buruk itu.
...***...
Sementara itu di sebuah gubuk.
Perlahan-lahan matanya saat itu mulai terbuka, akan tetapi saat itu kepalanya masih terasa sangat sakit, dan yang lebih menyakitkan sat itu adalah ingatannya tentang kematian anak dan istri akibat perbuatannya sendiri?.
"Bagaimana mungkin aku melakukan itu?." Pikirannya benar-benar sangat kacau. "Aku yakin ada seseorang yang mencoba mengendalikan diriku, sehingga aku melakukannya tanpa aku ketahui." Hatinya sangat sakit dengan apa yang telah ia rasakan saat itu. "Siapa yang telah melakukan ini kepadaku?." Raden Surya Biantara menangis sedih, ia seperti kehilangan harapan untuk bertahan hidup setelah kehilangan dua orang yang sangat ia cintai. "Dinda jayanti latsmi, putriku santika jayanti, kenapa ini semua bisa terjadi?." Ia cengkram kuat dadanya yang terasa sangat sakit itu, dan bahkan ia tidak dapat menahan tangis pilunya itu. "Kenapa ini bisa terjadi?." Hatinya sangat sakit dengan apa yang telah ia alami.
"Raden harus kuat, jangan sampai raden menangis seperti anak kecil."
Deg!.
Raden Surya Biantara terkejut ketika melihat ada seseorang yang berada di tempat itu?. Saat itu ada suara yang berani menegur dirinya?. Apakah benar seperti itu?.
"Siapa dia?." Dalam hati Raden Surya Biantara tidak tahu harus bereaksi seperti apa. "Apakah dia?." Raden Surya Biantara sangat waspada, apa lagi orang itu tidak memperlihatkan wajahnya.
"Makan lah Raden." Pendekar wanita itu menyuguhkan makanan dan minuman untuk Raden Surya Biantara.
"Apakah menurut nini? Aku masih bisa makan setelah apa yang terjadi?." Terlihat sangat jelas bagaimana perasaan iba itu sampai ke jiwanya. "Aku-." Hatinya sangat hancur karena ia merasa telah menjadi orang yang sangat jahat.
"Makan lah walaupun sedikit, Raden membutuhkan tenaga untuk bergerak." Ucap pendekar wanita itu. "Raden harus mencari tahu semua yang terjadi, jika tidak? Raden akan menderita seumur hidup."
Deg!.
Raden Surya Biantara semakin terkejut mendengarnya, hatinya semakin bergetar sakit, hatinya hancur karena dirinya yang melakukan itu?.
"Raden harus tegar, jika Raden melemah? Maka Raden tidak akan mengetahui kebenaran yang terjadi." Pendekar wanita itu kembali memberikan dorongan pada Raden Surya Biantara.
...***...
Di tempat persembunyian rahasia.
Gusti Putri yang belum diketahui identitas itu terlihat sangat marah, karena ia belum juga menerima kabar yang baik, atas apa yang telah dilakukan oleh anak buahnya.
"Mohon maaf Gusti, kami kehilangan jejak. Raden surya biantara, maafkan kami Gusti."
"Kalian ini memang tidak becus!."
"Maafkan kami Gusti."
"Aku tidak kau tahu! Kalian harus mencari keberadaannya!." Hatinya sangat panas. "Jika kalian tidak berhasil menemukan keberadaan Raden surya biantara?! Maka nyawa kalian akan menjadi gantinya!."
Deg!.
Tentu saja mereka sangat terkejut, dan ada perasaan takut yang terselip di hari mereka ketika mendengarkan ucapan itu.
"Berani sekali kalian membiarkan dia pergi!."
Ia lampiaskan kemarahan yang ia rasakan saat itu, hatinya sangat panas dengan laporan mereka yang masih saja belum menemukan keberadaan Raden Surya Biantara?.
"Tenanglah putriku." Suara seorang laki-laki dewasa mencoba menenangkan anaknya?. "Kita jangan sampai terbawa amarah, jangan sampai kau kehilangan kendali karena amarah yang kau rasakan saat ini."
"Tapi ayahanda? Ananda sama sekali tidak bisa tenang, sebelum ananda belum melihat kematiannya." Balasnya. "Akan berbahaya jika dia masih hidup! Dan mencari kebenaran apa yang telah terjadi sebenarnya."
"Hahaha! Tidak perlu takut seperti itu, ayahanda sangat yakin jika ia tidak akan berani muncul lagi." Tawanya terdengar sangat meremehkan.
"Kalau begitu hamba yang akan turun tangan Gusti Putri, hamba akan mencari keberadaannya dengan sangat cepat."
Saat itu Gusti Putri sedang menimbang apa yang telah dikatakan oleh pemuda itu. "Bagaimana pendapat ayahanda? Apakah bisa dipercayai?."
"Itu semua tergantung padamu saja, sebab? Ayahanda memang sangat percaya padanya, dia adalah anak buah ayahanda yang sangat cepat dalam mengumpulkan informasi musuh."
"Jika ayahanda berkata seperti itu? Maka ananda akan percaya."
"Serahkan pada hamba Gusti, hamba tidak akan mengecewakan Gusti."
"Baiklah, akan aku pegang ucapanmu itu, tapi? Jika kau gagal? Maka aku tidak akan segan-segan menjadi malaikat maut untukmu."
"Hamba bersedia Gusti." Pemuda itu tersenyum lembut, karena ia sangat dipercayai oleh dua orang yang sangat terhormat itu.
"Jadi kita akan menunggu kabar lagi ayahanda?."
"Bersabarlah putriku, semuanya buruh waktu."
"Baiklah kalau begitu."
Apakah yang akan ia lakukan setelah ini?. Dendam seperti apa yang terjadi diantara dirinya dengan Raden Surya Biantara?. Simak dengan baik kisahnya .
...****...
Di Istana.
Raden Sahardaya Biantara telah mendapatkan kabar yang sangat mengejutkan baginya. Bagaimana mungkin kabar itu masuk begitu saja padanya?. Kabar yang dibawa oleh ibundanya?.
"Rakamu saat ini dalam masalah yang sangat besar, kabar buruk itu mengatakan? Jika rakamu surya biantara telah melakukan pembunuhan terhadap anak, istri, serta beberapa penduduk desa yang hadir dalam jamuan itu anakku." Ratu Saraswati Tusirah menangis pilu ketika menceritakan apa yang terjadi pada anaknya. "Rakamu dalam bahaya sekarang nak."
"Tidak mungkin itu ibunda, tidak mungkin raka surya biantara melakukan kejahatan itu." Hatinya sangat menolak kabar kabar buruk itu. "Nanda sangat kenal dekat dengan raka surya biantara, jadi tidak mungkin ia melakukannya." Entah kenapa hatinya terasa panas, tidak tenang sama sekali. Hatinya bergemuruh hebat, hatinya tidak bisa membayangkan jika kakaknya melakukan kejahatan?.
"Ibunda juga tidak percaya dengan kabar itu, pasti ada kesalahpahaman yang telah terjadi." Ratu Saraswati Tusirah semakin sedih. "Ibunda sangat yakin, jika ada seseorang yang telah menjebak rakamu nak."
"Ibunda tenanglah, nanda akan mencari keberadaan raka surya biantara, nanda akan mencari tahu kebenaran dari masalah itu ibunda."
"Ibunda mohon, bantu lah rakamu, kasihan dia saat ini." Hati ibu mana yang tidak sedih?. Jika anaknya mengalami masalah yang sangat berat seperti itu.
"Lantas bagaimana dengan tanggapan ayahanda? Apa yang ayahanda lakukan ibunda?."
"Ayahandamu telah memerintahkan prajurit untuk menangkap rakamu, ayahandamu menganggap rakamu sekarang seorang buronan." Ratu Saraswati Tusirah semakin menangis, hatinya semakin sakit.
"Ini sangat gawat, kalau begitu nanda akan segera mencari keberadaan raka surya biantara." Raden Sahardaya Biantara semakin gusar. "Ibunda tetaplah berada di sini, jangan sampai membuat ayahanda terpancing amarah, ibunda juga tahan diri agar tidak bertengkar dengan ayahanda."
"Baiklah putraku, ibunda harap kau yang menemukan rakamu, jangan sampai rakamu tertangkap oleh prajurit istana."
"Akan nanda usahakan ibunda, nanda pamit dulu ibunda, sampurasun."
"Rampes."
Raden Sahardaya Biantara segera pergi meninggalkan kaputren,.hatinya tidak tenang jika tidak menemukan kebenaran masalah yang telah menimpa kakaknya.
"Dewata yang agung, lindungilah kedua anak hamba, lepaskan mereka dari masalah yang tidak dilakukan sama sekali oleh mereka." Dalam hati Ratu Saraswati Tusirah sangat takut, hatinya dipenuhi oleh ketakutan-ketakutan yang sangat luar biasa.
...***...
Sementara itu Raden Surya Biantara masih tampak termenung setelah memakan beberapa suap nasi yang dibawakan pendekar wanita itu.
"Apa yang harus aku lakukan? Bagaimana caranya aku membuktikan jika aku tidak bersalah sama sekali?." Dalam hatinya masih gusar memikirkan itu. "Tidak mungkin aku melakukan perbuatan keji itu, sementara itu rasa cintaku pada anak dan istriku sangatlah besar." Hatinya semakin sakit mengingat kenangan indah yang telah ia lalui bersama anak dan istrinya. "Tidak mudah bagiku untuk mendapatkan dinda latsmi jayanti, bahkan untuk mendapatkan putriku? Kami-." Hatinya semakin sedih ingat masa itu. "Dewata yang agung? Kenapa kejadian menyakitkan itu menimpa hamba? Apakah kau benci pada hamba karena mendapatkan kebahagiaan yang hamba rasakan? Sehingga engkau memberikan keburukan pada hamba?." Raden Surya Biantara semakin meratapi apa yang telah menimpa dirinya. "Kenapa kau siksa aku dengan kejadian menyakitkan ini!." Hatinya menangis pilu, hatinya tidak terima sama sekali, hatinya tidak dapat menahan perasaan sakit yang luar biasa.
Sedangkan pendekar wanita yang menyelamatkan Raden Surya Biantara?. Dari luar ia dapat mendengarkan bagaimana ratapan Raden Surya Biantara saat itu.
"Kau sangat lemah sekali Raden, kau menyerahkan Dewata agung karena nasib buruk yang menimpa dirimu? Heh!." Entah kenapa itu terdengar sangat lucu baginya. "Sepertinya kau sangat manja sekali Raden, sehingga kau menangis seperti anak kecil." Setelah itu ia berjalan pelan meninggalkan pondok kecil itu. "Rasanya telingaku muak mendengar keluhanmu, seakan-akan kau yang paling menderita di dunia ini." Ia merasa seperti itu. "Jika memang kau merasa tidak terima? Harusnya kau bangkit, cari tahu siapa yang telah melakukan fitnah itu padamu." Setelah itu ia melompat menjauhi pondok itu.
Apakah yang akan terjadi selanjutnya?. Apakah bisa menemukan kebenaran masalah yang terjadi?. Simak terus ceritanya. Next.
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments