TIDAK PERCAYA

...***...

Pendekar wanita itu terkejut ketika melihat sekitarnya yang sangat berantakan, dan saat itu matanya menangkap Raden Surya Biantara yang sedang memegang sebilah pedang berlumuran darah.

"Sial! Aku terlambat!." Ia sangat kesal dengan apa yang telah terjadi, dan saat itu ia mendekati Raden Surya Biantara. "Dia sedang dipengaruhi oleh jurus pengendali sukma." Pendekar wanita itu sangat mengenali ciri-ciri jurus itu.

"Hei! Siapa kau berani ikut campur?."

Deg!.

Ia terkejut karena ada suara laki-laki yang melarangnya untuk membantu Raden Surya Biantara lepas dari pengaruh jurus itu.

"Kau jangan coba-coba ikut campur dengan apa yang telah terjadi! Sebaiknya kau segera pergi dari sini? Atau kau akan kami bunuh di sini?."

"Aku tidak takut dengan kalian."

"Ternyata dia perempuan kakang."

Mereka tidak menyangka jika ada sosok wanita yang bersembunyi dibalik topeng hitam itu.

"Jadi kau ingin bermain-main dengan kami? Mari kita coba nini."

"Kenapa tidak dicoba saja? Aku rasa kalian juga penasaran dengan jurus yang aku miliki."

Pendekar wanita itu merasa tertantang dengan ucapan mereka. Ia melompat untuk meninggalkan tempat itu, sehingga mereka mengejarnya.

Malam itu masih panjang, pertarungan antar pendekar membuat mereka melanjutkan masalah yang terjadi pada malam itu.

***

Malam yang sama.

"Ibunda!." Suara seseorang memanggilnya dengan penuh ketakutan yang sangat luar biasa. "Ibunda! Tolong aku ibunda!."

Ratu Saraswati Tusirah sangat kenal dengan suara itu, hanya saja merasa bingung.

"Putraku surya biantara! Kau di mana?." Ratu Saraswati Tusirah sama sekali tidak melihat wujud anaknya. "Kau di mana? Kenapa kau memanggil ibunda?." Hatinya bergemuruh gelisah karena mendengarkan suara anaknya, namun tidak melihat keberadaan anaknya. "Kau di mana nak?." Tanpa sadar air matanya mengalir begitu saja, menandakan bahwa ia sangat cemas pada anaknya.

"Tolong nanda!."

"Ibunda akan membantumu, tapi kau di mana?." Rasa sesak semakin menjadi-jadi karena ia tidak bisa melihat keberadaan anaknya.

"Ibunda!."

"Putraku surya biantara? Apa yang terjadi padamu nak?." Ratu Saraswati Tusirah menangis, ia tidak tahan mendengarkan suara rintihan anaknya Raden Surya Biantara.

Deg!.

Namun saat itu Ratu Saraswati Tusirah terbangun dari tidurnya, hatinya sangat sesak ketika mendengarkan suara rintihan anaknya.

"Apa yang terjadi pada anakku surya biantara? Kenapa suaranya merintih seperti itu?." Suasana hatinya semakin tidak nyaman sama sekali ketika memikirkan tentang anaknya Raden Surya Biantara.

****

Sementara itu pertarungan yang terjadi antara pendekar wanita itu dengan lima orang pendekar bayaran yang disewa untuk membuat Raden Surya Biantara menjadi tersangka dalam kasus pembunuhan itu.

Pertarungan yang sangat sengit antara mereka, wanita itu tidak takut sama sekali walaupun berhadapan dengan banyak pendekar yang memiliki jurus-jurus berbahaya.

Beberapa jurus telah berlalu, namun tidak ada yang menyerah diantara mereka semua, malahan mereka seperti sedang latih tanding seperti kawan yang kenal dekat.

"Kurang ajar! Wanita itu seperti hanya mengulur waktu saja!."

"Lalu apa yang akan kita lakukan?."

"Kita tinggalkan saja dia! Tidak ada gunanya kita terlibat dengan wanita itu!."

"Apakah kakang yakin?."

"Sudahlah! Jangan membantah lagi!."

Setelah itu mereka melompat menyebar ke segala arah supaya pendekar wanita itu kebingungan mengejarnya.

"Jadi mereka telah sampai pada tujuannya?." Pendekar wanita itu sama sekali tidak tertarik untuk mengejarnya. "Aku rasa malam berdarah ini akan menjadi kasus yang sangat panjang." Dalam hatinya sedang memikirkan apa yang akan terjadi pada Raden Surya Biantara. "Aku hanya bisa memantaunya saja." Dalam hatinya masih bingung akan melakukan hal apa pada Raden Surya Biantara.

...***...

Raden Surya Biantara itu mencoba melarikan diri dari kejaran para penduduk desa yang ingin menangkapnya. Dengan sisa tenaga dalam yang ia miliki saat itu ia berusaha untuk menghindari kejaran mereka semua.

"Apa yang terjadi sebenarnya padaku? Kenapa aku melakukan ini?." Dalam hati Raden Surya Biantara sangat bingung dengan apa yang telah ia lakukan. "Katakan padaku jika ini hanyalah mimpi." Hatinya tidak bisa menerimanya.

Namun di sisi lain hatinya mengatakan untuk lari dari sana dari pada tertangkap oleh warga desa yang marah padanya.

"Jangan biarkan pembunuh itu lolos begitu saja! Tangkap dia!."

"Kita seret dia ke istana! Supaya Gusti Prabu mengetahui bagaimana perangai anaknya yang sebenarnya!."

"Cepat cari ke seluruh penjuru desa! Dia pasti belum terlalu jauh meninggalkan desa ini!."

Mereka semua pada saat itu seperti memiliki ambisi yang sangat besar untuk menangkap Raden Surya Biantara. Hingga saat itu, mereka menemukan keberadaan Raden Surya Biantara.

"Oh, Dewata yang agung selamatkan aku dari kejaran mereka." Dalam hatinya sedang berdoa. Suasana hatinya pada saat itu sedang dipenuhi dengan ketakutannya sangat luar biasa.

"Sebaiknya kau tidak usah melarikan diri lagi Raden."

"Kau harus bertanggung jawab atas apa yang telah kau lakukan!."

"Tega sekali kau melakukan pembunuhan terhadap warga desa yang berbaik hati mengundang Raden."

"Kami ke sini mengundang Raden untuk melakukan hubungan baik! Tapi kenapa Raden malah membunuh mereka dengan kejam?."

"Aku tidak melakukan itu! Aku tidak melakukan itu!." Raden Surya Biantara semakin ketakutan.

Pada saat itu mereka semakin mendekati Raden Surya Biantara yang sedang terpojok. Namun pada saat itu ada sekelebat bayangan yang menyeret tubuh Raden Surya Biantara agar menjauh dari sana. Mereka semua sangat terkejut melihat ada sosok bayangan hitam yang menyelamatkan Raden Surya Biantara.

"Hei! Kembalikan dia!."

Saat itu mereka berusaha untuk mengejar sosok bayangan hitam itu, akan tetapi mereka tidak bisa mengejarnya karena sosok bayangan hitam itu berlari seperti angin yang sangat kencang.

"Sial! Kita tidak bisa menangkapnya."

"Kalau begitu kita beritahu kabar buruk ini kepada istana! Semoga saja kejadian ini bisa diatasi dengan cepat oleh pihak istana!."

"Kalau begitu mari kita ke istana!."

Setelah berkata seperti itu mereka segera pergi meninggalkan tempat itu untuk menuju istana. Apakah mereka benar-benar akan mengadu atas apa yang telah terjadi di desa Bendung Pasa?. Lantas bagaimana dengan nasib Raden Surya Biantara?. Simak terus ceritanya.

...***...

Paginya.

Di tempat pertemuan rahasia.

Saat itu ada seorang prajurit yang sangat dipercayai mereka, untuk menyampaikan informasi apa saja yang telah mereka rencanakan terhadap Raden Surya Biantara.

"Katakan kepadaku apa yang telah terjadi di desa bendung pasa? Apakah kalian telah melakukan rencana itu dengan baik?."

"Mohon ampun Gusti Putri, tentunya kami telah melakukan semua dengan sangat baik, akan tetapi pada saat ini, Raden surya biantara berhasil melarikan diri."

"Apa?." Ia sangat terkejut dengan ucapan itu. "Bagaimana mungkin dia bisa melarikan diri?! Kenapa kalian tidak melakukan sesuai dengan rencana?!." AMarahnya keluar begitu saja karena mendengarkan informasi buruk baginya.

"Mohon ampun Gusti Putri, pada saat kami hendak menangkap Raden surya biantara? Tiba-tiba saja ada sekelebat bayangan hitam yang menyambar tubuhnya, sehingga kami tidak dapat mengejarnya Gusti."

"Kurang ajar!." Dengan amarah yang bergejolak ia tarik baju prajurit itu dengan sangat kuat. "Bagaimana mungkin ada orang lain yang ikut campur dalam masalah itu? Lakukan sesuatu untuk menangkapnya! Atau kau yang akan aku bunuh."

"Akan hamba kerjakan Gusti." Prajurit itu langsung pergi meninggalkan tempat karena ia tidak ingin menjadi korban sasaran dari amukan tuan putrinya.

"Kenapa malah gagal menangkapnya?!." Hatinya masih saja belum mau menerima informasi yang ia dapatkan dari orang-orang suruhannya itu.

"Tenangkan dirimu putriku." Seorang laki-laki berwibawa mencoba untuk menenangkan anaknya. "Kau jangan mudah terbawa emosi, jika kau mudah terbawa emosi? Maka kau tidak akan bisa berpikir jernih lagi."

"Benar itu Gusti." Seorang pemuda ikut bersuara dalam pertemuan itu. "Hamba rasa masih ada cara yang tepat untuk mengatasi masalah yang telah terjadi."

"Misalnya?."

"Buronan." Jawabnya dengan sangat cepat.

"Buronan?." Ulangnya sedikit bingung.

"Biasanya seseorang yang telah melakukan kejahatan? melarikan diri atas kejahatan yang ia lakukan? Tidak mau bertanggung jawab atas apa yang telah ia lakukan? Maka ia akan dianggap sebagai buronan Gusti." Ia menjelaskan dengan sangat terperinci.

Gusti Putri mencoba memikirkan apa yang telah dikatakan oleh salah satu bawahan ayahandanya itu.

"Jika Raden surya biantara telah menjadi buronan? Maka itu akan memudahkan kita untuk menangkapnya Gusti."

"Aku rasa benar yang kau katakan." Entah kenapa ia sangat setuju dengan ucapan itu. "Ayahanda rasa tidak perlu repot-repot mengejarnya, karena pihak istana telah mengetahui kelakukan Raden suraya biantara, pekerjaan kita juga akan terasa mudah." Ia menjelaskan pada putrinya. "Ada kemungkinan kita tidak akan dicurigai sebagai pelaku yang terlibat atas apa yang terjadi pada Raden surya biantara sebenarnya.

"Jika ayahanda setuju dengan ide itu, maka aku akan menurutinya." Gusti Putri nampak memikirkan apa yang telah dikatakan ayahandanya. "Aku rasa itu bukanlah sebuah ide yang buruk untuk membuat Raden surya biantara semakin menderita."

Sepertinya Gusti Putri tidak terlalu kecewa dengan apa yang telah terjadi. Meskipun anak buahnya gagal untuk menangkap dan membawa Raden Biantara Surya ke istana?. Tapi setidaknya ia memiliki ide yang lebih menarik lagi untuk membuat Raden Surya diantara menderita.

...***...

Sementara itu sosok bayangan hitam yang membawa paksa Raden Surya Biantara dari kerjaan para penduduk desa. Ia baru saja mendaki sebuah tempat yang sangat jauh dari penduduk desa. Di dalam sebuah pupuk yang kecil ia paksakan Raden Surya Biantara untuk berbaring di atas dipan.

"Kasihan sekali nasibnya." Ia merasa bersimpati dengan apa yang terjadi pada Raden Surya Biantara.

Setelah itu ia mencoba untuk mengobati Raden Surya Biantara agar tidak terpengaruh lagi oleh ajian pengendali sukma. Dengan konsentrasi sangat sangat kuat ia mencoba untuk melakukannya supaya pengaruh jurus itu benar-benar terlepas dari tubuh Raden Surya Biantara.

"Aku tidak mengerti apa yang mereka rencanakan padanya, tapi jurus yang mereka gunakan sangat berbahaya, dapat mengendalikan tubuh seseorang untuk melakukan tindakan kejahatan yang sangat merugikan." Dalam hatinya bingung dengan perbuatan para pendekar itu.

Butuh beberapa lama supaya ia benar-benar menghilangkan pengaruh hawa jahat dari agen yang mematikan itu. Raden Surya Biantara yang masih belum sadar saat itu merasakan ada gejolak yang ingin keluar dari perutnya.

"Bhuekh!." Raden Surya Biantara memuntahkan darah hitam yang sangat kental. Akan tetapi pada saat itu ia kembali terbaring, karena ia merasa lega. Namun sayangnya ia belum bisa mengambil kembali kesadarannya karena tubuhnya masih dalam kondisi yang sangat lemah.

"Beristirahatlah dengan tenang Raden, aku akan menjaga Raden dari jarak jauh." Setelah berkata seperti itu ia segera pergi meninggalkan gubuk itu. Ia pergi meninggalkan Raden Surya Biantara yang masih belum sadar. "Maafkan aku, mungkin aku tidak ingin terlibat jauh denganmu, tapi jika terjadi sesuatu padamu nantinya? Mungkin aku akan datang membantumu." Dalam hatinya hanya mampu berkata seperti itu.

...***...

Di istana.

Saat itu ada sekitar 10 orang yang datang ke istana. Mereka semua berasal dari desa Bendung Pasa. Tentunya kedatangan mereka membuat suasana hati Ratu Saraswati Tusirah dan Prabu Kencana Biantara sangat tidak nyaman sama sekali.

"Salam hormat kami Gusti Prabu." Mereka semua memberi hormat.

"Ya, salam kalian aku terima." Balas Prabu Kencana Biantara. "Ada urusan apa kalian datang ke istana ini dengan rombongan seperti ini?."

"Mohon ampun Gusti Prabu." Perwakilan dari mereka yang menjawabnya. "Ini masalah yang telah terjadi di desa bendung pasa."

Deg!.

Perasaan suasana hati Prabu Kencana Biantara dan Ratu Saraswati Tusirah sangat tidak nyaman ketika mendengarkan nama desa itu.

"Katakan apa yang telah terjadi di sana? Aku harap ini bukan kabar buruk!." Hati sang Prabu sangat bergemuruh karena terbayang putra mereka yang berada di desa itu.

"Kami datang ke sini dengan membawa kabar duka, Raden surya biantara telah melakukan pembunuhan yang sangat keji di desa kami Gusti."

Deg!.

Jantung Prabu Kencana Biantara dan Ratu Saraswati Tusirah seperti dihantam palu yang sangat keras, sehingga perasaan takut itu membuat dada keduanya terasa sangat sesak mendengarnya.

"Kau jangan asal berbicara?! Tidak mungkin anakku melakukan itu." Ratu Saraswati Tusirah sangat tidak terima dengan pernyataan itu.

"Mohon ampun Gusti Ratu, kami memiliki banyak saksi di malam hari yang sangat naas itu." Ia memberi hormat pada Ratu Saraswati Tusirah. "Kejadian itu sangat mengerikan sekali Gusti Ratu, di mana Raden surya membantai banyak nyawa di sana, bahkan ia membunuh anak dan istrinya dengan sangat sadis Gusti."

Deg!.

Informasi itu telah menghantam kuat relung hatinya sebagai seorang ibu.

"Tidak mungkin anakku melakukan itu! Tidak mungkin!." Hatinya sakit, sangat sakit yang mendalam, hingga saat itu hanya air mata yang menggambarkan betapa sakit hatinya dengan kabar buruk itu.

"Kalau begitu bawakan jasad menantu dan cucuku jika memang ia terbunuh!." Tentu saja Prabu Kencana Biantara tidak akan mudah percaya dengan berita itu.

"Kami telah membawanya Gusti Prabu, dan sekarang berada di halaman istana."

Deg!.

Berkali-kali jantung mereka merasa dihantam benda tumpul yang sangat keras, hingga sesak ke dalam.

"Itu tidak mungkin!."

Prabu Kencana Biantara dan Ratu Saraswati Tusirah langsung pergi ke halaman istana dengan suasana hati yang bercampur aduk.

...***...

Di alam bawah sadari Raden Surya Biantara yang saat itu masih kacau. Pikirannya yang dihantui rasa bersalah karena telah membunuh anak dan istrinya.

"Kanda surya biantara! Tega sekali kau melakukan itu pada kami!." Suara Putri Jayanti Latsmi terdengar sangat marah, menyimpan rasa kecewa yang sangat mendalam. "Kenapa kanda tega sekali melakukan ini pada kami? Kesalahan apa yang telah kami lakukan pada kanda sehingga seperti ini balasannya?!." Emosi yang sangat terasa hingga membuat Raden Surya Biantara sangat ketakutan.

"Tidak dinda! Bukan kanda yang melakukannya! Kanda mohon jangan hakimi kanda atas kesalahan yang tidak kanda buat!." Hatinya menjerit sakit dengan apa yang ia rasakan saat itu.

"Kau masih saja mau mengakui atas apa yang telah kau lakukan surya biantara? Apakah pedang di tanganmu itu tidak menjadi bukti yang sangat kuat setelah apa yang kau lakukan pada kami?." Gejolak emosi itu semakin besar.

Deg!.

Raden Surya Biantara sangat terkejut ketika melihat pedang yang ia genggam, pedang yang telah melumuri tangannya dengan darah.

"Apakah kanda masih ingin memungkiri bahwa kanda telah tega menghabisi nyawa kami dengan benda tajam itu? Apakah kanda masih ingin berkata bahwa kanda tidak melakukan itu?!." Amarah itu semakin besar seiring waktu ingatan kejadian itu.

"Tidak! Bukan aku! Itu bukan aku yang melakukannya!." Teriaknya dengan penuh putus asa.

Apa lagi pedang itu sama sekali tidak mau lepas dari genggaman tangannya, sehingga rasa takut itu semakin besar ia rasakan.

"Tidak! Bukan aku yang melakukannya!." Raden Surya Biantara sangat ketakutan dengan apa yang telah ia lakukan?. Apakah ia bisa lepas dari rasa sakit itu?.

***

Seorang wanita cantik tercengang mendengarkan kabar buruk itu, hatinya terasa sangat sakit dengan kabar itu.

"Apakah kau tidak salah dalam menerima informasi itu?." Hatinya sangat tidak bisa menerima itu begitu saja.

"Hamba tidak salah Gusti Putri." Ia kembali memberi hormat. "Kabar berita Raden surya biantara melakukan pembunuhan di desa bendung pasa telah beredar dengan sangat luas."

"Tidak mungkin, tidak mungkin Raden surya melakukan itu." Dalam hatinya masih tidak terima. "Kekasihku itu tidak mungkin melakukan kejahatan, apa lagi membunuh." Rasanya ia memang tidak percaya dengan kabar itu. "Katanya dia hanya pergi beberapa hari untuk menghadiri acara saja, tidak mungkin ia melakukan kejahatan, aku rasa ada seseorang yang mencoba untuk menjebaknya."

"Tenanglah anakku, kami sebagai penggawa istana akan mencoba mencari tahu apa yang telah terjadi sebenarnya."

"Tapi ayahanda? Tidak mungkin Raden surya biantara melakukan kejahatan itu."

"Ayahanda mengerti dengan apa yang kau rasakan, karena itulah ayahanda mohon padamu agar bisa tenang." Rasa cemas pada putrinya sangat besar.

"Siapa yang berniat ingin menjebak Raden surya biantara kekasihku?." Dalam hatinya sangat mengutuk. "Jika memang putri jayanti latsmi tewas? Aku yang akan melindungi Raden surya biantara dari hukuman." Dalam hatinya sangat memikirkan keselamatan Raden Surya Biantara. "Aku pasti akan mencari tahu siapa yang telah mencoba menjebak kekasihku! Tidak akan aku ampuni orang itu." Dalam hatinya sangat dendam pada orang yang telah menjebak Raden Surya Biantara agar melakukan kejahatan.

...****...

Di halaman Istana.

"Oh? Dewata yang agung!."

Prabu Kencana Biantara dan Ratu Saraswati Tusirah sangat tidak percaya ketika menangkap dengan jelas bagaimana keadaan menantu dan cucu mereka bersimbah darah?.Kondisi tubuh sangat terluka parah, mereka telah terbujur kaku.

Hati keduanya sangat hancur dengan pemandangan yang mengerikan itu. Apakah masih ingin mengatakan itu adalah sebuah mimpi yang sangat buruk?.

"Tidak mungkin nanda putri seperti ini! Cucuku! Tidak mungkin!." Ratu Saraswati Tusirah meraung menangis dipenuhi dengan rasa sakit yang sangat dalam. "Tidak mungkin mereka dalam keadaan seperti ini! Kanda Prabu! Tidak mungkin!." Hatinya sangat sesak menyaksikan itu.

"Tidak mungkin meraka seperti ini." Prabu Kencana Biantara juga tidak ingin percaya dengan pemandangan di depannya. "Anakku surya biantara tega melakukan pembunuhan yang sangat sadis pada menantu dan cucuku?." Dada sang Prabu terasa sangat sesak, tidak bisa mencerna dengan baik rasa pahit yang terjadi begitu saja di hadapannya?. Tidak bisa diterima begitu saja.

...***...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!