Shae mulai berangkat ke pasar dengan menaiki sepeda kesayangannya yang ia beri nama Ebeng. Ebeng sepeda tua yang menemani hari-hari dan perjalanan Shae sedari Shae berusia 10 tahun. Meski Shae punya cukup uang buat mengganti sepedanya tapi Ebeng selalu nempel di hatinya.
Udara pagi ini memang agak dingin tapi bagi Shae yang sedang tidak enak badan, udara pagi ini menjadi terasa jauh lebih dingin. Namun ditengah dinginnya udara pagi ini Shae tetap menahan hawa dingin demi mendapat sekantong bahan makanan buat menu rumah hari ini.
Menuju ke pasar jaraknya lumayan jauh jika melewati jalur utama, maka dari itu Shae memutuskan buat melewati jalan pintas aja biar cepat sampai ke pasar. Akan tetapi sebenarnya jalan pintas itu tidak sepenuhnya aman jika dilalui seorang diri saja. Mungkin disana ada begal atau orang-orang jahat lain tapi Shae tetap nekat melewati jalan itu demi agar bisa secepatnya sampai ke pasar.
Tapi Shae merasa sedari tadi ada orang yang sedang menguntitnya, namun saat Shae menengok ke belakang ternyata tidak ada siapapun. Shae jadi merasa bingung dan was was. Shae cepat-cepat melajukan kecepatan sepedanya.
Suara kicau burung di pagi ini terdengar riang. Melewati jalur pintas ini sendirian memang terasa agak seram bagi Shae. Tapi sebenarnya pemandangan di daerah ini cukup indah dan menyegarkan. Sembari bersepeda Shae menghirup aroma udara yang begitu menyegarkan. Karena sedari tadi bersepeda juga sekarang tubuh Shae serasa lebih fit.
Lagi-lagi Shae merasa seperti ada bayangan seseorang di belakangnya. Dengan cepat Shae menoleh ke belakang dan ketahuan! Ternyata ada orang yang sedang naik sepeda juga namun wajahnya tidak jelas itu siapa karena orang itu memakai sebuah masker.
Karena takut diapa-apain, Shae bergegas melaju dengan kecepatan yang tinggi. Shae mengayuh sepedanya dengan sekuat tenaganya. Shae takut laki-laki misterius yang sedang menguntitnya ternyata sedang berniat jahat kepadanya.
Namun didepan ada tiga laki-laki menyeramkan yang tiba-tiba keluar buat mencegatnya. Ketiga laki-laki itu penuh dengan tatto di tubuhnya dan wajah mereka bertiga semua terlihat sangar dan ngeri. Shae yakin mereka adalah preman-preman yang berada di daerah ini buat merampas harta orang-orang yang melintasi daerah ini.
Sontak saja badan Shae langsung merasa gemetaran ketika didepan ada ketiga preman itu dan di belakang ada satu orang yang misterius. Shae bingung harus berbuat apa biar dirinya bisa selamat dari mereka. Melawan mereka semua rasanya tidak sanggup. Mereka semua adalah laki-laki dan Shae sendiri tidak jago dalam urusan berkelahi.
"Aku mohon kalian boleh mengambil uangku tapi selepas itu biarkan aku pergi dengan selamat ya?" lirih Shae kepada ketiga preman didepannya.
"Hahahahahaha, serahin uang lu!" palak salah satu preman itu sembari berjalan ke depan Shae.
Meski tidak rela, Shae mulai mengeluarkan dompet yang ia simpan didalam saku jaketnya. Shae mengambil uangnya separuh kemudian ia berikan uang itu untuk si preman.
"Kok cuma segini? Yang separo lagi buat gua!"
"Jangan bang! Uang ini mau aku gunain buat belanja bahan makanan di pasar. Kalau uang ini buat abang nanti keluargaku mau makan apa?"
"Makan tanah aja! Siniin uang itu!"
"Jangan bang aku mohon?"
Karena kesal Shae tidak mau memberikan separuh uangnya lagi preman itu menendang sepeda Shae sampai Shae beserta sepeda kesayangannya ikut terjatuh ke atas jalan.
"Aw," rintih Shae agak kesakitan.
Sementara itu orang yang sedari tadi mengikuti Shae dari belakang masih terdiam disitu menyaksikan nasib malang yang sedang dialami oleh Shae pagi ini.
Shae lekas bangkit sembari mengangkat sepedanya, Shae kembali menatap ke preman-preman itu sembari menangis sedih.
"Jangan lu pikir air mata itu bakalan bikin kita-kita jadi iba sama lu! Buruan serahin semua uang lu!"
Terpaksa daripada urusan menjadi semakin runyam Shae pun memberikan semua uangnya kepada si preman.
Preman-preman itu tertawa terbahak-bahak setelah Shae memberikan semua uangnya tapi mereka bertiga tidak langsung pergi. Mereka bertiga malah menatap Shae dengan tatapan mesum kemudian mereka bertiga bergegas menangkap Shae dan membawanya dengan paksa menuju area kebun yang sepi dan banyak sekali semak-semak liarnya.
"Kalian mau apa? Tidaaak! Jangan bawa aku! Tolong! Tolong!" teriak Shae ketakutan.
Kedua lengan Shae dipegangin dengan kuat, diseret dengan paksa ke tengah perkebunan kosong yang sepi. Saat pagi hari yang cerah ini Shae akan dinodai oleh tiga preman keparat, rasanya nanti api yang selalu membakarnya selama ini alias neraka dunia itu akan semakin panas, semakin menyiksanya jika Shae berhasil dinodai oleh mereka bertiga.
"Siapapun! Tolongin aku! Tolong! Kalian ini jahat banget, tolong hamba ya Allah?" pekik Shae sembari menangis meronta-ronta.
Shae sama sekali tidak mau kehormatan yang selama ini selalu dia jaga direnggut dengan paksa oleh ketiga laki-laki iblis itu. Kemudian Shae dilemparkan keatas semak-semak. Dahinya mengenai sebuah kerikil membuat kulit dahinya menjadi agak lecet.
Ketiga preman itu akan menodai dirinya di tempat seperti ini.
Pakaian Shae akan segera dilucuti oleh mereka tapi tiba-tiba, tendangan kencang mendarat di punggung salah satu preman.
"Anjing!" pekik preman yang punggungnya terkena tendangan dari seseorang misterius itu dan orang yang menendangnya sampai tersungkur adalah laki-laki yang sedari tadi menguntit Shae.
Shae kembali merapikan pakaiannya kemudian bersembunyi dibalik pohon sementara itu orang yang menendang preman mulai menghadapi ketiga preman-preman kurang ajar itu.
"Gelang plastik itu?" batin Shae seraya menatap intens.
Dari gelang plastik coklat yang dipakai oleh laki-laki misterius itu Siska baru sadar kalau itu sepertinya adalah,
10 menit kemudian ketiga preman itu sudah terkapar tidak berdaya hanya di tangan seorang laki-laki itu saja. Mereka bertiga minta ampun kemudian kabur tetapi mereka masih membawa uang yang dirampas dari Shae. Shae bergegas menghampiri laki-laki itu lalu menyuruhnya buat segera membuka maskernya dan laki-laki itupun membuka masker yang dia kenakan.
Setelah masker itu dibuka terlihatlah sesosok wajah tampan yang menggetarkan raga. Sorot matanya begitu indah dan gagah. Senyumnya merekah, manis bak susu coklat segar di pagi hari.
"Clay! My bestie?"
"Yes!"
"Alhamdulillah, makasih banyak ya Lang berkat kamu aku selamat. Kehormatanku masih terjaga."
"Yeah, sama-sama. Lain kali jangan lewat jalan ini sendirian lagi ya?"
Shae mengangguk kemudian mereka berdua sama-sama duduk diatas sebuah batu besar.
"Apa kabar kamu pagi ini? Shae, dahi kamu lecet, aku bantu obatin ya?" tanya Clay sembari menyenggol bahu Shae dan menatap peduli kepada Shae
Shae belum menjawab pertanyaan dari Clay, keadaannya pagi ini benar-benar buruk. Dahinya juga terasa agak perih akibat terkena kerikil tajam.
"Bad, aku lagi sakit tapi dipaksa buat pergi belanja ke pasar. Aku terpaksa lewat jalan pintas ini biar cepet sampai ke pasar tapi aku malah ketemu sama tiga orang jahat. Terus uangku yang mau aku gunakan buat belanja udah habis dirampas sama mereka. Aku bingung kalau aku pulang ke rumah mau ngomong apa sama ibu tiri dan saudara tiri aku. Gak usah Clay makasih, aku bisa obatin dahi aku sendiri kok,"
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments