"Bapak kenapa nggak berani tegas melawan istri bapak? Padahal bapak kan laki-laki, bapak harusnya bisa menjadi yang berkuasa dengan baik di rumah ini. Tapi apa? Bapak selalu hidup dibalik ketiak ibu tiri,"
Pak Farhan mengusap air matanya. Sebenarnya Pak Farhan juga ingin menjadi suami yang kuat, tetapi penyakit membatasi dirinya untuk bertindak lebih. Bahkan mungkin penyakitnya akan bertambah parah tak lama lagi dan pak Farhan akan segera dipulangkan dari pekerjaannya selama ini.
"Sekarang bapak masih bekerja tapi nggak tahu kalau penyakit bapak sudah semakin parah nanti mungkin bapak udah nggak bisa kerja lagi. Bapak akan menjadi manusia yang semakin tidak berguna. Bapak hanya akan merepotkan kalian saja. Maafin bapak ya nak? Kamu berhak membenci bapak!" tutur pak Farhan dengan penuh kesedihan. Pak Farhan membenci dirinya sendiri.
Kemudian mereka berdua saling melepaskan pelukan. Shae kembali fokus menggoreng ayam takut gosong kalau dibiarkan terlalu lama dan ibu tiri beserta saudara tirinya akan marah karena lauknya yang lezat malah gosong.
Beberapa saat kemudian semua orang sudah menunggu makanan datang di meja makan. Bu Rianti duduk di kursi utama sedangkan pak Farhan, Rachel, dan Evi sudah duduk di kursi lain. Wajah Rachel dan Evi terlihat cemberut karena telah menahan rasa lapar sedari tadi. Mereka merasa kesal karena Shae yang begitu lama dalam memasak.
"Lemot banget sih anak benalu pemalas itu!" gerutu Rachel.
"Tahu! Bu, mending ibu hukum dia saja. Nggak usah kasih dia sarapan dan makan siang hari ini! Biar dia rasain apa yang kita rasain sekarang, kelaparan!"
Pak Farhan tersulut emosi lantas Pak Farhan menggebrak meja membuat ketiga wanita jahat itu kaget.
"Bangsat! Apa-apaan kamu suami nggak berguna? Bikin kaget saja kamu!" protes bu Rianti kesal.
"Kalian cukup ya! Jangan pernah membuat anak saya menderita lagi! Biarkan dia makan dengan enak! Dia yang bekerja keras dan dia juga yang masak untuk kita hari ini. Sedangkan kalian, apa? Cuma santai-santai kaya benalu toxic dirumah ini." tukas Pak Farhan dengan ekspresi penuh amarah.
"Apa salah Shae sehingga kalian memperlakukan dia seperti itu? Selama ini Shae anak yang baik. Dia yang selalu menyelesaikan semua pekerjaan rumah bukan kalian yang bisanya hanya makan dan foya-foya saja! Yang benar yang benalu itu kalian bukan Shae!" tutur pak Farhan dengan nada tinggi.
Evi dan Rachel begitu terkejut karena baru melihat bapak tiri mereka yang semarah ini bahkan pak Farhan berani mengatai mereka sebagai benalu. Kini giliran bu Rianti yang menggebrak meja sampai beberapa sendok yang tersusun rapi diatas piring terjatuh keatas meja.
Bu Rianti bangkit lalu melangkah ke samping suaminya. Bu Rianti berkacak pinggang sembari melotot sedangkan pak Farhan masih duduk dengan amarahnya yang begitu tinggi. Nafasnya terdengar cepat, emosinya sedang meledak hebat.
"Hebat ya kamu! Udah berani ngelawan aku sekarang? Wahai suami menjijikkan! Kalau bukan aku istrimu, mungkin kamu udah ditendang dari rumah karena gak tahan punya suami gak guna kayak kamu! Tunggu aja waktunya aku menendangmu dengan hina mas!" kata bu Rianti kejam membuat hati pak Farhan menjadi sangat terluka.
Dari balik pintu, Shae sedang menyaksikan keberanian ayahnya dalam melawan ibu tirinya. Setidaknya ayahnya sekarang sudah mulai tegas sehingga Shae kembali menaruh rasa respect yang tinggi kepada ayahnya.
Shae lekas datang ke meja makan dengan membawa sebakul nasi dan sepiring ayam goreng yang lezat. Shae menyajikan itu semua diatas meja disaksikan dengan bengis oleh bu Rianti dan dua saudari tirinya.
"Gara-gara benalu ini aku dan mas Farhan jadi ribut pagi ini! Heh benalu! " bentak bu Rianti seraya menggenggam kuat lengan Shae.
"Kamu nggak usah ikut sarapan di meja makan ya! Kamu sarapan sendiri di dapur aja sana! Jangan sampai dengan kamu ikut sarapan pagi, terjadi keributan lagi disini! Sana cepat! Pengen muntah saya lihat tampang kamu yang jelek itu!" usir bu Rianti seraya mendorong Shae dengan kencang hingga perut Shae terasa sakit menghantam kursi.
"Aw," rintih Shae seraya memegang perutnya.
"Shae!" panik pak Farhan segera menghampiri anak kandungnya.
"Aku nggak apa-apa pak, udah bapak sarapan saja yang nyaman. Aku nggak papa kok sarapan sendiri di dapur, permisi." ucap Shae dengan legowo kemudian kembali ke dapur.
"Bagus! Jadi benalu itu harus tahu diri ya! Masih untung kita mau menampung kamu disini!" sinis bu Rianti berkata dan ketajaman kata-katanya itu jauh lebih tajam daripada pedang jika menusuk tubuh Shae.
Shae kembali ke dapur, Shae menangis didekat kompor gas.
"Aku nggak boleh menyerah! Harusnya semua ini aku jadikan sebagai cambuk untukku membangkitkan semangat yang kuat buat menggapai mimpi-mimpi aku sampai aku sukses." batin Shae mensupport diri sendiri.
***
Keesokan harinya, Shae sedang melangkah sendirian di koridor kampus. Kebetulan suasana disitu sedang sepi hanya ada beberapa orang saja. Tiba-tiba Rachel dan Evi datang buat mencegatnya. Mereka kuliah di satu kampus yang sama.
"Benalu!" panggil Evi dengan nada tinggi.
Shae memutar bola mata malas kemudian menoleh ke wajah Evi dan Rachel.
"Kalian mau apalagi sih? Kalian belum capek jahilin aku?" tanya Shae malas.
"Jangan kamu pikir kita berdua nggak melihat apa yang barusan kamu lakuin benalu!" ucap Rachel sembari menajamkan matanya kepada Shae.
Shae tidak mengerti apa maksud mereka tapi yang Shae ingat adalah barusan dirinya sedang menghitung sejumlah uang yang sebentar lagi mau Shae gunakan buat bayar Uang Tanggunggan Kuliahnya.
"Kalian mau minta uang?" tanya Shae.
"Nah itu kamu tahu. Bagus deh kalau kamu udah paham tanpa perlu kita capek-capek ngejelasin!" sahut Evi sewot.
"Maaf tapi uangnya mau aku gunain buat kepentingan aku pribadi. Aku mau gunain uang itu buat membayar Uang Tanggungan Kuliahku." tolak Shae dengan tegas.
"Berani ya kamu ngelawan kita! Oke, sepertinya kita harus gunain cara ini biar kamu mau ngasih uang kamu yang tidak seberapa itu!" tukas Evi sembari tersenyum licik kepada Shae.
"Cara apa? Kalian mau lakuin kekerasan kepadaku? Aku bisa aduin kalian ke pihak kampus loh!" ancam Shae berusaha berani.
"Slow baby! Kita berdua nggak mau melakukan yang kasar-kasar lagi sama kamu, tapi ayah kamu yang nggak berguna itu? Hmm, boleh juga!" sahut Evi mengancam.
Shae langsung memberikan uang itu sembari menangis kepada Evi dan Rachel. Kemudian Shae berlari ke belakang kampus. Shae hanya tidak mau ayahnya kenapa-kenapa dan terpaksa Shae menunda dulu pembayaran UTK hingga dirinya memiliki uang kembali.
Shae menangis sendirian di belakang kampus ditemani beberapa kupu-kupu cantik yang berterbangan diatas bunga. Air matanya mengalir dengan natural dan menyedihkan. Tanpa Shae sadari kalau diam-diam Clay tengah mengamatinya dari belakang.
Clay langsung melangkah menghampiri Shae.
"Sahabatku?" panggil Clay tiba-tiba mengejutkan Shae.
"Clay?" jawab Shae seraya menghapus air matanya.
"Air mata itu gak usah dihapus, biarkan dia mengalir dengan sendirinya sampai kamu benar-benar puas mengeluarkannya. Jangan pernah malu untuk menangis Shae."
Kata-kata yang diucapkan oleh laki-laki di sampingnya selalu membuat Shae merasa senang dan nyaman.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments