Mendengar ucapan itu, Carlos menjadi bimbang. Ia tidak tahu harus berbuat apa.
"Pelayan!" panggil Tessa pada pelayan yang ada di luar ruangan.
Tessa mengerti dengan kegelisahan bosnya, jadi dia mengalihkan perhatian dengan memanggil pelayan.
"Tuan! Silahkan!" ucap Tessa pada Carlos sambil menarik kursi untuknya duduk.
Sedangkan untuk Quen Angela, Tessa tidak melakukannya.
"Mau pesan apa, Tuan?" tanya Tessa pada Carlos.
Tessa berdir di samping Carlos sambil membuka daftar menu yang sudah pelayan itu berikan.
Bukannya memilih makanan yang ingin dipesan, Carlos malah meminta Tessa untuk duduk di sampingnya. Itu membuat Quin Angela tercengang.
"Eh ... Sayang, apa yang kau lakukan? Kenapa menyuruh Tessa makan di meja kita? Hah, yang benar saja!"
Quin Angela benar-benar tidak habis pikir, Carlos menyuruh sekretaris pribadinya untuk makan bersama. Padahal Quin Angela ingin makan berdua dengan Carlos dan membicarakan hubungan mereka.
"Duduklah!"
Bukannya menjelaskan alasannya pada Quin Angela, Carlos malah kembali menyuruh Tessa duduk.
"Ah, ya!"
Karena majikannya sudah dua kali menyuruh, akhirnya Tessa mulai duduk di kursi samping Carlos.
"Aishhh! Kau!" Quin Angela melotot pada Tessa. Ia tidak bisa berbuat apa-apa selain makan bertiga bersama sekretaris pria itu.
"Kau yang pilih saja! Semua makanan yang kau pesan selalu enak dan sesuai dengan seleraku!" ucap Carlos yang terdengar kurang bersemangat. Tubuhnya terlihat lelah, ia bersandar di kursi sambil memejamkan mata.
Carlos tidak lupa, hari ini adalah hari pernikahannya dengan gadis yatim piatu itu. Tapi ia masih harus berurusan dengan mantan kekasihnya.
"Emh, baik!" Tessa pun mengerti. Ia segera memesan beberapa jenis makanan dan minuman sesuai dengan seleranya dan selera tuannya. Ia tidak mempedulikan wanita jadi-jadian yang ada di depannya, yang tidak suka dengan menu yang ia pilih.
Malam ini, mereka bertiga hanya makan di restoran itu saja. Mereka tidak membicarakan apapun. Carlos pun tidak membahas tentang hubungannya dengan Quin Angela lagi. Semuanya sudah jelas, ia tidak mungkin menjalin hubungan dengan transgender yang jelas-jelas tidak disukai semua orang di negara itu.
Setelah selesai makan, Carlos bangkit berdiri. Ia meminta Tessa untuk mengantar Quin Angela pulang.
"Lalu Anda?" tanya Tessa pada Carlos. Ia khawatir, Carlos tidak bisa mengendarai mobilnya dengan baik setelah pertemuannya dengan Quin Angela.
"Biar saya telepon Bernad, ya! Saya akan menyuruh dia datang kemari menjemput Anda!" saran Tessa dengan penuh kekhawatiran.
Malam ini, Carlos datang ke restoran dengan membawa mobilnya sendiri. Tapi sekarang Tessa khawatir, Carlos tidak bisa mengendarai mobilnya dengan baik karena perasaan hancur gara-gara kekasihnya itu. Lebih baik kalau asisten pribadinya datang, lalu menyetir mobil untuk Carlos. Mungkin itu akan lebih aman dan membuat Tessa tenang.
"Tidak perlu! Aku bisa menyetir mobil sendiri. Kau antar saja Angela pulang!" jawab Carlos dengan tegas.
Ia sudah bangkit berdiri, tapi tidak melihat ke Quin Angela ataupun ke arah Tessa. Ia hanya melihat ke depan dengan tatapan kosong.
Setelah itu, Carlos benar-benar pergi dari sana.
***
Di dalam ruangan yang nampak luas dan rapi karena Irene sudah membereskannya, terdengar dering ponsel dari dalam tas besar miliknya yang ada di kamar sebelah. Irene pun segera kembali ke kamar, lalu mengambil ponsel itu dan melihat siapa yang menghubunginya.
Ketika dilihat, nama Noah terlihat di layar ponsel. Irene pun menjadi gugup. Ia tidak tahu harus bagaimana menjelaskan pada kekasihnya tentang pernikahan dadakannya ini.
Dengan ragu, Irene mengangkat teleponnya.
"Ha-halo ...." sapa Irene dengan pelan.
Dari seberang telepon, terdengar Noah berkata dengan tegas, "Datang ke hotel Jingga, sekarang juga!"
"Ah .... Ho-hotel Jingga? Se-sekarang?"
Irene tidak mengerti, mengapa Noah yang tinggalnya di Kota B, sekarang ada di Kota A? Bahkan ada di hotel Jingga?
"Ka-kapan kau datang?" tanya Irene dengan pelan.
Sejak tadi malam, Irene tidak pernah menghubungi Noah, tidak pula mengangkat panggilan telepon dari pria itu. Irene tidak tahu harus bagaimana menjelaskan pada Noah kalau dirinya akan dijodohkan oleh pamannya.
"Cepat kemari! Kalau tidak, aku yang akan datang ke tempatmu!" ancam Noah dengan nada suara yang semakin keras.
Irene pun sampai tekejut mendengar teriakan itu.
"Ba-baik! Aku akan segera ke sana!" ucap Irene dengan pelan.
Ia pun bergegas pergi.
Saat pergi, Irene hanya membawa ponsel di tangannya, lalu beberapa lembar uang di saku celana sisa bekal kemarin dari pamannya. Mungkin uang itu tidak akan cukup untuk membayar ongkos taksi ke hotel Jingga karena jaraknya lumayan jauh.
"Aduh! Bagaimana ini?" lirihnya sambil masuk ke dalam lift. Ia turun ke bawah, lalu pergi ke pinggir jalan untuk menghentikan taksi.
"Taksi!" panggilnya sambil melambaikan tangan.
Setelah taksi berhenti di depannya, Irene pun segera masuk, lalu sang sopir membawa taksi itu pergi dari sana.
Dari kejauhan, Carlos melihat wanita itu pergi. Ia pun melihatnya sambil memegang roda kemudi di pinggir jalan. Setelah taksi yang ditumpangi Irene menghilang dari pandangannya, barulah Carlos membawa mobilnya masuk ke halaman hotel, lalu ke tempat parkir.
Di meja makan yang cukup luas dan ramai yang ada di aula lantai 3, kedua orang tua Carlos, adik perempuannya, paman dan tante Irene sudah ada di sana. Mereka makan malam bersama untuk merayakan pernikahan Carlos dengan Irene.
Dari pintu masuk aula, Carlos datang dengan yang begitu mantapnya berjalan menghampiri mereka semua. Tidak ada lagi pria lemah dan tidak bersemangat seperti yang tadi terlihat di restoran. Sekarang, yang ada hanya pria gagah dan tampan yang auranya begitu kuat. Siapa saja yang melihatnya akan merasa tercengang.
"Carlos! Mana Irene? Kenapa tidak sekalian ajak dia kemari?" tanya Nosi—ibunya Carlos—yang terlihat kecewa.
Sebelumnya, Carlos sudah ditelepon oleh ibunya. Nosi menyuruh Carlos datang ke aula bersama istri barunya.
"Siapa? Irene?" tanya Carlos sambil mengerutkan kening. Lalu ia duduk di depan ibunya sambil menunggu jawaban.
"Iya! Istrimu itu namanya Irene. Masa kau sudah lupa lagi! Padahal baru tadi siang kalian menikah. Hadeuh ...." Nosi menggelengkan kepalanya. Merasa bahwa anaknya ini tidak serius dalam menjalani pernikahan ini.
"Oh ...." Carlos baru ingat, tadi wanita itu pergi menggunakan taksi. sepertinya dia melarikan diri dari pernikahannya.
'Syukurlah! Aku tidak perlu repot-repot lagi mengusirnya. Dia tahu diri juga, pergi setelah menyelesaikan pernikahan!'
Dari sampingnya, terlihat Sandi bangkit berdiri, lalu pergi ke pojok ruangan untuk menerima telepon.
"Aishhh! Hanya 'Oh!' saja? Adakah kata-kata lain yang bisa kau ucapkan selain 'Oh!'?" Nosi benar-benar tidak habis pikir, putranya ini begitu tidak peduli pada istrinya.
"Sebaiknya, kau panggil Irene kemari. Ini, acara makan malam ini untuk merayakan pernikahan kalian! Masa pengantin wanitanya tidak ikut, sih! Kan, tidak lucu," ucap Nosi dengan tegas.
Nosi tidak akan memulai acara makan malam itu sebelum Irene ada di sana.
"Baiklah! Kalau begitu, aku panggil dia dulu!" ucap Carlos sambil bangkit berdiri, bersiap pergi ke kamarnya untuk memanggil wanita itu.
"Ya, sudah, sana pergi!" balas Nosi.
Setelah itu, Carlos benar-benar pergi ke kamarnya. Ia sangat bahagia bisa keluar dari acara makan malam itu tanpa harus membuat drama dulu.
Kebetulan, perutnya masih kenyang karena tadi sudah makan bersama Quin Angela dan Tessa. Ia tidak sanggup kalau harus makan lagi.
Di dalam kamar, Carlos membuka semua pakaiannya, lalu pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Ia berdiri di bawah pancuran air hangat sambil menggosok kepalanya yang terasa pusing.
"Aishhh! Sial" maki Carlos dengan kesal.
Tubuh besar dan berototnya terlihat mengeras seiring dengan kekesalan yang sedang dia rasakan.
Carlos tidak pernah membayangkan, perjalanan cintanya akan hancur seperti ini. Berpacaran selama lima tahun dengan seorang transgender, lalu menikah dengan wanita yang tidak pernah dikenalnya. Bahkan, wanita itu sangat polos dan masih muda.
"Irene?"
Mengingat nama itu, Carlos jadi teringat dengan aksi wanita itu yang kabur di malam penikahan. Dia kabur menggunakan taksi.
"Setelah kami membayar mahal atas dirimu, sekarang kau pergi begitu saja! Hehe .... Itu tidak akan terjadi! Aku akan menangkapmu!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
Shinta Ohi (ig: @shinta ohi)
Hanya ada di dunia gepeng suami tidak tahu nama istrinya, dan ditanya kemana istrinya hanya bunyi oh
2024-04-29
1
Shinta Ohi (ig: @shinta ohi)
berdiri
2024-04-29
0