...**...
Sementara itu Raya telah sampai di toko pakaian yang telah lama ia kelola, ketika ia hampir tamat kuliah dulu. Toko pakaian yang lumayan terkenal, karena pakaian yang ada di tokonya adalah jahitan sendiri. Ia yang memperkejakan teman-temannya dan beberapa adik-adik kelasnya untuk bekerja dengannya membangun toko pakaian itu.
"Assalamualaikum semuanya." Sapanya dengan sangat ramah.
"Wa'alaikumussalam." Balas mereka semua dengan senyuman yang sangat ramah.
"Alhamdulillah hari ini kita masih bisa berkumpul bersama-sama, dan bisa membuat karya bersama-sama." Ucapnya dengan penuh rasa syukur yang sangat luar biasa. "Baiklah, tanpa membuang-buang waktu, saya akan menjelaskan beberapa permintaan dari klien kita yang mungkin akan mengadakan pernikahan?. Mereka menginginkan pakaian yang seragam dalam jumlah yang sangat banyak?. Jadi mohon kerjasamanya untuk menyelesaikan pesanan tersebut dalam waktu satu minggu." Ia memberikan bentuk model yang diinginkan oleh pelanggan kepada karyawannya yang berjumlah sepuluh orang, termasuk design yang selalu merancang model pakaian yang akan mereka buat.
"Model yang bagus ni. Saya yakin yang mesan ini elit juga gayanya." Canda salah satu karyawannya.
Tentu saja ucapan itu disambut dengan gelak tawa mereka semua. Setidaknya untuk menghilangkan stres yang mereka rasakan karena kaku saat bekerja.
"Baiklah, mungkin saya serahkan masalah pesanan ini sama kalian. Tapi saya hari ini ada diskusi sama kak uci dan kak raflan yang sudah ahli dalam masalah desain pakaian, karena minggu depan kita dapat kesempatan untuk menampilkan salah satu desain dari toko kita untuk acara fashion lokal cinta budaya dalam bentuk batik. Apakah kak uci dan kak raflan bersedia?."
"Bersedia kak." Keduanya dengan semangat menjawabnya.
"Kalau begitu kita berikan semangat pada kak uci dan kak raflan. Semoga bersemangat menghadapi acara nanti."
Mereka semua bertepuk tangan dengan sangat meriah, tentu saja mereka ikut bahagia dengan kabar baik itu. Kerja tim mereka juga sangat luar biasa, sehingga mereka sama-sama merasakan hasil yang baik pula.
Hari itu Raya bekerja dengan sangat baik bersama mereka semua. Ia sangat senang membantu mereka yang sangat membutuhkan pekerjaan yang sesuai dengan ke ahlian mereka masing-masing.
...***...
Sementara itu Ravenska dan Salsa sedang melihat bagaimana isi dari rumah itu?. Semuanya telah lengkap, dan sangat luar biasa sekali isinya.
"Kamu yakin memberikan aku rumah selengkap ini isinya sama aku, sayang?." Salsa sangat terpaku dengan apa yang ia lihat.
"Tentu saja aku sangat yakin dengan apa yang telah aku berikan padamu sayang." Balas Ravenska.
"Terima kasih banyak ya sayang. Kamu sangat baik banget." Salsa kembali memeluk Ravenska dengan perasaan bahagia.
"Sama-sama sayang." Ia balas pelukan Salsa dengan sangat eratnya. "Aku akan melakukan apapun untuk kebahagiaan kamu sayang." Itulah tujuannya saat itu.
"Bahagia sekali aku bisa berkenalan dengan orang baik seperti kamu." Dalam hatinya sangat bersyukur untuk itu. Ia tidak pernah menduga sebelumnya jika ia akan mendapatkan kebahagiaan yang sangat luar biasa.
"Meskipun saat ini aku tidak bisa menikahi kamu, tapi aku tidak akan menyerah begitu saja menikahi kamu." Dalam hatinya sangat cemas dengan hubungan mereka yang sekarang. Apa lagi ia baru saja menikah dengan Raya, jadi tidak mungkin ia menikah dalam waktu yang berdekatan tanpa sepengetahuan dari orang tuanya.
...***...
Pukul 19.45.
Raya baru saja sampai di rumahnya.
Namun saat itu rumahnya masih dalam keadaan gelap gulita. Ia menghidupkan senter hp-nya untuk penerangan sementara, karena ia tidak dapat melihat apapun. Ketika lampu itu menyala, ia merasa lega, dan mematikan senter hp-nya.
"Apa mas ravenska belum pulang ya?." Ia sangat khawatir. Ia langsung menuju dapur untuk masak, sebab ia takut jika Ravenska pulang nanti tidak ada lauk untuk dimakan. Dengan talenta ia menyiapkan makan malam untuk suaminya. "Aku enggak nyangka aja, kalo aku benaran nikah sama mas ravenska." Dalam hatinya sungguh tidak menduga itu akan terjadi?. "Dulu kami sering bersama ketika di sekolah, bahkan ada yang mengatakan kalau kami itu pacaran." Dalam hatinya masih ingat dengan masa itu. Di mana awal kedekatan mereka, dari teman kelompok di kelas. Dari kelas satu sampai lulus kuliah mereka satu kelas?. Hanya saja Ravenska saat ini mengambil alih perusahaan cabang yang dibuatkan papanya untuk ia kelola sendiri.
Raya menyiapkan makan malam dengan sangat cekatan, karena ia sudah biasa memasak di rumahnya. "Semoga saja mas ravenska suka dengan masakan yang aku buat." Dalam hatinya sangat berharap.
Sementara itu, Ravenska yang ditunggu?. Saat ini sedang makan malam romantis dengan Salsa. Ia benar-benar menikmati makan malam itu.
"Aku enggak nyangka kalo kamu itu memang jago masak, lo?." Ia memakan makanan itu dengan sangat lahap.
"Hehehe. Hanya sedikit sih." Salsa menuangkan minuman untuk Ravenska.
"Kalo gitu tiap malam aku makan sama kamu lah." Ungkapnya sambil menerima minuman itu.
"Emangnya enggak jauh dari tempat kamu kerja?. Nanti bisa kelelahan kamu, loh?." Salsa terlihat khawatir padanya.
"Kalo aku lelah?. Aku kan bisa nginap di sini sama kamu." Ravenska malah mencubit hidung Salsa dengan gemasnya.
"Adu-du-duh. Kamu itu apa-apaan sih?." Salsa berusaha untuk menghindari itu.
Ravenska hanya tertawa saja melihat raut wajah Salsa yang sedang manyun karena perbuatannya.
"Ini adalah kebahagiaan yang aku inginkan." Dalam hatinya hanya berharap bisa tertawa bahagia dengan orang yang ia cintai. Ravenska hanya ingin bahagia bersama dengan Salsa yang sedang bersamanya saat itu.
"Apakah aku bisa menikmati kebahagiaan ini terus aku rasakan nantinya?." Dalam hati Salsa juga seakan-akan menanyakan hal yang sama.
...**...
Pukul 21.30.
Raya masih menunggu kepulangan Ravenska, namun belum ada tanda-tanda jika suaminya itu akan pulang.
"Apakah mas Ravenska lembur ya?." Ia lihat riwayat WhatsApp suaminya yang aktif pukul 10.01.
Perasaan hatinya mulai tidak tenang, dan ia telah mencoba menghubungi suaminya berkali-kali akan tetapi tidak ada jawaban sama sekali. "Mas?. Kamu ke mana sih mas?. Kok gak diangkat sih?." Dalam hatinya sangat gelisah. "Pada siapa aku harus bertanya untuk mengetahui kamu berada di mana?." Raya tidak bisa tenang, jika tidak bisa memastikan Ravenska berada di mana.
"Mas?. Jam berapa kamu pulang?. Apa malam ini kamu lembur?." Dengan perasaan yang gelisah ia mengirim pesan seperti itu pada Ravenska.
Akan tetapi, setelah menunggu 10 menit?. Belum juga ada tanggapan ataupun dilihat oleh Ravenska. Tentunya itu membuat Raya semakin gelisah, tidak bisa memikirkan apapun selain keselamatan suaminya yang mungkin dalam masalah?. Apakah itu berlebihan?. Entahlah.
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments