CHAPTER 3

...***...

Singkatnya, pernikahan mereka telah dilaksanakan dengan sangat lancar, tanpa adanya halangan yang berarti. Satu hari setelah pernikahan mereka telah tinggal bersama di rumah baru. Pagi itu Raya telah menyiapkan sarapan untuk mereka, karena pagi itu Ravenska akan pergi ke kantor untuk bekerja seperti biasanya. Walaupun papanya telah mengatakan untuk libur saja, tapi Ravenska masih tetap bersikeras untuk bekerja.

"Pagi mas."

Namun sapaan dari Raya tidak dibalas oleh Ravenska dengan baik, karena saat itu ia terlihat sedang memikirkan sesuatu. Raya mencoba memaklumi itu, ia tidak mau mempermasalahkan hal kecil seperti itu.

"Oh iya mas, nanti siang aku mau ke toko. Mungkin aku agak lama pulangnya."

Lagi, tidak ada tanggapan dari Ravenska, seakan-akan ia sedang tenggelam dalam kesedihan yang sangat dalam.

"Kenapa aku terjebak dalam pernikahan yang sama sekali tidak aku inginkan ini?. Harusnya wanita yang aku nikahi itu bukan raya, tapi salsa." Dalam hatinya masih memikirkan itu.

"Mas?." Raya hanya ingin memastikan apakah Ravenska masih bersama dengannya atau tidak.

"Oh. Aku juga akan pulang terlambat, enggak apa-apa kalo kamu lama di luar." Hanya seperti itu balasannya. Setelah itu ia memakan sarapan yang telah disiapkan oleh Raya. Saat itu ia mencoba untuk menguatkan hatinya untuk tidak terlihat aneh.

Deg!.

Ravenska sangat terkejut, karena masakan yang dibuat Raya sangat enak. Perlahan-lahan selera makannya terasa kembali bersemangat.

"Alhamdulillah jika mas suka." Raya sangat senang melihat itu.

"Kok bisa seenak ini ya?." Dalam hati Ravenska sangat tidak menduga itu.

"Nanti akan aku buatkan kamu bekal makan siang ya?." Raya dengan senang hati akan menyiapkan itu semua.

...***...

Sementara itu di sebuah tempat.

Salsa belum juga mendapatkan kabar dari Ravenska. Ia sangat gelisah dengan apa yang ia rasakan saat itu, sungguh hatinya tidak bisa tenang sama sekali.

"Kenapa kamu tiba-tiba saja datang, dan kadang menghilang seperti hantu?. Apakah aku hanya sebagai tempat persinggahan saja bagimu?." Dalam hatinya mulai memikirkan apa yang telah terjadi pada dirinya, juga hubungannya dengan pemuda yang bernama Ravenska. "Kamu mengatakan padaku, jika kamu akan memberikan hadiah spesial padaku. Tapi beberapa hari ini kamu juga belum mengabari aku?. Tapi kenapa?." Tanpa sadar air matanya mengalir begitu saja. Hatinya mendadak sedih, dan ia tidak dapat lagi menahan dirinya untuk tidak menangis.

Akan tetapi pada saat itu, hp-nya berbunyi?. Ada panggilan masuk dari bebebku Ravenska?. Sontak saja ia sangat terkejut dengan apa yang ia lihat saat itu. Tentu saja ia langsung mengangkat panggilan itu dengan sangat perasaaan yang sangat cemas luar biasa.

"Pagi sayang." Sapanya dengan suara yang sangat ramah.

"Pagi juga." Ia berusaha untuk menahan tangisnya saat itu.

"Maaf ya?. Karena aku sibuk nyiapin semua hadiah spesial untuk kamu, aku enggak kasih kamu kabar." Ada perasaan bersalah yang ia rasakan.

"Ya, enggak apa-apa kok." Balasnya.

"Kalo gitu hapus air mata kamu ya?." Dengan penuh perhatian ia berkata seperti itu.

"Aku enggak nangis kok." Suaranya sangat jelas terdengar sangat berbeda.

"Kalau gitu coba lihat ke arah belakang kamu."

Salsa langsung melihat ke arah belakangnya, betapa terkejutnya ia dengan apa yang ia lihat saat itu?. Orang yang sedang ia tunggu telah berada di belakangnya?.

"Tapi kapan ia datang?. Kenapa ia tidak sadar sama sekali?. Kenapa tidak ada suara ketika ia masuk ke rumah?." Setidaknya itu yang ada di dalam pikiran Salsa ketika melihat kedatangan Ravenska yang sangat tidak terduga sama sekali.

"Apakah kamu tidak kangen sama aku sayang?." Senyuman menawan itu, adalah senyuman yang sangat dirindukan oleh Salsa, hingga tanpa sadar ia melangkahkan kakinya untuk segera memeluk Ravenska.

Tangisnya pecah begitu saja, ketika ia memeluk pemuda yang telah menjadi pacarnya selama tiga tahun belakangan ini. Sungguh hatinya sangat bahagia karena pemuda itu tidak meninggalkan dirinya.

kembali ke masa itu.

Pada hari di mana keduanya saling mengenal satu sama lain. Saat itu Salsa sedang berjalan-jalan di sebuah mall yang cukup terkenal. Saat itu ia sedang melihat beberapa tempat yang cukup menarik. Namun siapa sangka saat itu ia tidak sengaja bersenggolan dengan seorang pemuda yang tampan menurut pandangannya saat itu.

"Eh?. Maaf, apa kamu baik-baik saja?." Ada bentuk kecemasan yang ia rasakan saat itu.

"Aku enggak apa-apa kok." Ia tersipu malu dengan raut wajah pemuda yang terlihat sangat tulus mencemaskan dirinya.

"Oh iya?. Apa kamu sendirian saja?. Kebetulan aku juga sendirian, apakah mau jalan bareng?." Entah keberanian dari mana, saat itu pemuda itu mengajak wanita itu.

"Um." Wanita itu tampak sedang berpikir, apakah ia bersedia atau tidak?.

"Kalo gak mau, aku juga enggak maksa, tapi-." Pemuda itu tampak sangat berharap.

"Baiklah. Kebetulan aku sendirian. Boleh aja sih kalau mau bareng." Wanita itu tidak keberatan sama sekali.

"Benaran?." Ia terlihat senang.

"Ya, boleh kok." Balasnya.

"Ok. Kalau gitu gimana kalau kita menuju wahana permainan?. Keknya ada wahana permainan yang sangat seru di mall ini." Pemuda itu semakin terlihat bersemangat.

"Baiklah, kita akan segera ke sana." Wanita itu hanya menurut saja.

Hari itu mereka terlihat sangat akrab satu sama lain, di mana perasaan cinta telah tumbuh di hati mereka tanpa ada yang mengundangnya. Seakan-akan ada yang menuntun mereka untuk saling mengenal satu sama lain, sepertinya perasaan mereka telah menyatu dengan sangat sempurna. Terlihat dengan sangat jelas, bagaimana mereka saat itu menikmati hari mereka dengan bermain sepuasnya, bahkan berbelanja dan menikmati makanan yang ada di mall itu.

Kembali ke masa ini.

Di mana Ravenska membawa Salsa ke sebuah tempat yang sangat asing?. Memangnya apa yang akan dilakukan Ravenska padanya?. Selain itu ia berhenti di sebuah rumah yang sangat mewah?.

"Kenapa kamu membawa aku ke sini yang?." Tentunya ia sangat heran, dan gugup. "Apakah ravenska akan membawa aku ke hadapan orang tuanya dalam keadaan seperti ini?." Dalam hatinya sangat bingung dengan apa yang dilakukan kekasihnya itu.

"Ini rumah yang aku beli untuk kamu." Ia genggam tangan Salsa.

"Kamu beli rumah ini untuk aku?." Ia hampir saja tidak percaya dengan apa yang ia dengar saat itu.

"Tentu saja rumah ini untuk kamu. Aku telah siapkan semuanya untuk kamu." Ia rangkul pundak Salsa.

"Kamu, kamu-." Salsa seperti kehilangan kata-kata, ia tidak menduga sama sekali, jika ia akan mendapatkan hadiah yang sangat spesial dari Ravenska?. Ia tidak menduga akan mendapatkan hadiah rumah yang sangat mewah.

...***...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!