BALAS DENDAM PENDEKAR HITAM

BALAS DENDAM PENDEKAR HITAM

CEMBURU?

...

...

...**...

15 tahun yang lalu.

Di mana semuanya berawal dari titik ini, titik di mana lahirnya seorang anak, yang 15 tahun kemudian akan menjadi seorang pendekar muda yang membunuh tanpa belas kasihan, pada orang-orang yang telah membuat ayahnya sakit hati?. Ia menjadi batu pijakan bagi ayahnya untuk balas dendam. Pemuda yang digembleng oleh beberapa pendekar golongan hitam. Bagaimana 15 tahun yang lalu itu?. Simak dengan baik kisahnya.

Di istana.

Saat itu Adipati Gandara Fusena sedang menghadap Prabu Adiwangsa Dirja. Tentunya mendapatkan tugas yang sangat penting dari sang Prabu.

"Hormat hamba Gusti Prabu, Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh." Ia memberi hormat pada sang prabu.

"Wa'alaskumussalam warahmatullahi wabarokatuh, silahkan duduk adi." Balas Prabu Adiwangsa Dirja sambil mempersilahkan Gandara Fusena untuk duduk.

"Terima kasih Gusti Prabu." Ia kembali memberi hormat sebelum ia duduk.

Namun yang berada di sana bukan hanya Adipati Gandara Fusena saja berada di sana, melainkan ada beberapa senopati dan dharmapati yang juga ikut dalam pertemuan itu.

"Semoga saja aku tidak mengganggu istirahat mu adi." Prabu Adiwangsa Dirja merasa bersalah?.

"Hamba akan selalu siaga, jika Gusti Prabu memanggil hamba." Ia tidak merasa keberatan sama sekali.

"Itulah yang saya harapkan dari adi." Prabu Adiwangsa Dirja tersenyum lembut.

"Hamba Gusti Prabu." Begitu juga dengan Adipati Gandara Fusena.

"Baiklah, aku memiliki tugas yang sangat penting untukmu adi, tugas yang mungkin akan berat." Sang prabu mengatakan tujuannya memanggil Adipati Gandara Fusena. "Kabar yang aku dapatkan dari telik sandi yang mengatakan, bahwa ada rombongan kelompok pendekar hitam yang sedang bercokol di desa lembung, aku sangat cemas mereka akan melakukan sesuatu kerusakan di sana, terutama menebarkan rasa takut pada rakyat yang berlebihan di sana." Ada bentuk kecemasan yang ia tunjukkan. "Adi aku tugaskan untuk mengusir mereka semua dari sana." Itulah permintaan dari sang prabu.

"Mohon ampun Gusti Prabu, bukan hamba bermaksud untuk menolak apa yang telah Gusti Prabu perintahkan pada hamba." Adipati Gandara Fusena merasa heran dengan tugas yang akan ia emban kali ini. "Hanya saja hamba merasa tidak enak hati pada kakang sanda drajat, sebab yang memimpin di desa itu adalah wilayah kekuasaan dari kakang sanda drajat, jadi? Hamba tidak berani masuk ke sana sembarangan Gusti Prabu." Ya, itulah yang menjadi masalahnya.

"Baiklah, aku mengerti dengan apa yang telah adi katakan. Aku akan membuat surat yang berisikan perintah pada adi untuk masuk ke wilayah itu." Sebagai seorang Raja tentunya ia sangat memahami itu. "Saya yakin dia akan mengizinkan adi untuk masuk ke sana." Lanjut Prabu Adiwangsa Dirja sambil menunjukkan surat izin resmi darinya langsung sebagai seorang raja.

"Mohon ampun Gusti Prabu, mohon ampun jika hamba lancang." Ia memberi hormat pada sang Prabu, dan ia ingin mengatakan sesuatu.

"Apa yang ingin kau sampaikan Senopati sagala kasih?." Prabu Adiwangsa Dirja mem[mempersilahkan bawahannya itu untuk berbicara.

"Mohon ampun Gusti Prabu, jika memang desa lembung adalah wilayah yang dijaga kakang sanda drajat?." Ia mengetahui informasi itu. "Kenapa bukan kakang sanda drajat saja yang tidak menyelesaikan masalah itu? Kenapa harus adipati gandara fusena yang melakukan itu?." Pertanyaan itu keluar begitu saja darinya. "Apakah Gusti Prabu tidak percaya dengan kemampuan kami para Senopati yang telah memiliki pengalaman dalam perang?." Pertanyaan itu terdengar aneh bagi yang lainnya.

"Astaghfirullah hal'azim ya Allah." Prabu Adiwangsa Dirja sampai mengucap, mendengarkan ucapan itu. "Apakah masalah perampok? Masalah kerusuhan pendekar golongan hitam yang bercokol di desa harus aku serahkan juga pada Senopati agung? Jawab pertanyaan ku ini dengan jujur!." Ada kemarahan yang ditunjukkan Prabu Adiwangsa Dirja. "Apakah kalian tidak akan kehilangan wibawa? Jika aku serahkan masalah ini pada kalian?." Suaranya terdengar sangat tinggi.

Tentu saja mereka dapat menangkap itu adalah sebuah kemarahan yang tidak biasa dari Prabu Adiwangsa Dirja. Untuk sesaat mereka semua terdiam, tentunya mereka tidak ingin membuat Prabu Adiwangsa Dirja marah pada mereka sesmua.

"Mohon ampun Gusti Prabu, maafkan hamba yang sangat lancang ini." Senopati Sagala Kasih mengakui itu, dan ia terpaksa tunduk.

"Baguslah, kalau kau menyadarinya Senopati sagala kasih." Prabu Adiwangsa Dirja sangat senang mendengarkan itu. "Kalau begitu jangan membuat suasana ruangan ini memanas dengan ucapan kalian." Lanjutnya dengan mencoba menekan amarahnya itu.

Suasana saat itu sempat hening karena mereka tidak berani lagi untuk membantah. Mereka hanya menerima saja keputusan dari Prabu Adiwangsa Dirja yang merupakan Raja hebat yang memimpin sebuah kerajaan yang sangat besar.

"Baiklah adi, aku harap adi akan mau melakukannya, sebab? Aku sangat yakin karena Allah SWT, jika adi mampu melakukan itu." Prabu Adiwangsa Dirja yang telah menyerahkan langsung surat tugas serta sirat minta izin masuk ke desa Lembung pada Adipati Gandara Fusena.

"Akan hamba laksanakan perintah Gusti Prabu dengan sebaik-baiknya." Ia menerima dua surat itu dengan hati yang berdebar-debar. Apakah ia mampu melakukan itu atau tidak?. Bukan masalah harga diri yang ia pertahankan saat itu, akan tetapi adalah amanah yang akan ia  lakukan saat itu dari seorang raja yang memberikan kepercayaan padanya.

"Terima kasih adi, semoga saja adi bisa melakukan tugas adi dengan baik." Terlihat senyuman yang sangat puas saat itu. "Aku tunggu kabar baik darimu adi."

"Aamiin, terima kasih atas doa baiknya Gusti Prabu." Adipati Gandara Fusena hanya tersenyum kecil.

Pertemuan itu membahas beberapa banyak masalah yang terjadi di istana, hanya saja saat itu Prabu Adiwangsa Dirja yang saat itu mengarahkan Adipati Gandara Fusena yang diperhatikan, sehingga menimbulkan bentuk kecemburuan yang berlebihan pada mereka yang saat itu mencari perhatian Raja mereka.

"Entah kenapa aku merasakan perasaan yang sangat tidak enak sama sekali. Entah kenapa rasanya aku benar-benar seperti hendak dimakan oleh mereka dalam keadaan hidup-hidup." Dalam hati Adipati Gandara Fusena merinding melihat tatapan mereka yang seperti itu padanya. "Ya Allah, kuatkan hamba untuk menghadapi situasi seperti ini." Dalam hatinya sangat berat melihat tatapan mereka yang tidak bersahabat sama sekali. "Jangan hamba sampai goyah dengan apa yang hamba rasakan ya allah." Dalam  hatinya hanya berharap.

Apa lagi Adipati Gandara Fusena masih kerabat dekat dengan Prabu Adiwangsa Dirja, karena itulah mereka merasa diperlakukan beda. Itulah yang kadang membuat mereka merasa iri padanya?. Walaupun kerabat raja?. Apa yang mereka inginkan dengan bersikap seperti itu?. Tidak ada yang mengetahui apa yang mereka inginkan dengan bersikap seperti itu pada Adipati Gandara Fusena yang mendapatkan kepercayaan langsung dari Prabu Adiwangsa Dirja. 

...***...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!