KEJADIAN HARI ITU

...***...

Adipati Gandara Fusena baru saja sampai di rumahnya setelah melakukan perjalanan yang cukup panjang. Tentunya ia pulang ke rumah untuk berpamitan pada istrinya agar tidak mencemaskan dirinya yang mungkin belum pulang?.

"Assalamualaikum." Ucapnya sebelum masuk ke dalam rumah.

"Wa'alaikumussalam." Balasnya, ia langsung menuju ruangan depan untuk menyambut kedatangan suaminya. "Kakang?. Sudah kembali?." Ia tersenyum lembut.

"Kakang baru saja kembali." Balasnya. "Mungkin kakang akan pergi lagi." Lanjutnya. Ia duduk dengan tenang.

"Pergi lagi kakang?." Raut wajahnya tampak cemas.

"Kakang mendapatkan perintah dari Gusti Prabu untuk mengusir para pendekar jahat, bercokol di desa lembung!!" Jawabnya sambil merangkul istrinya.

"Kalau begitu saya ikut kakang!." Ia terdengar sedang merengek.

"Nini ini bicara apa?. Kandungan nini harus dijaga, loh?." Ia menunjuk ke arah perut istrinya yang telah membesar. "Nini saat ini bukan lagi seorang pendekar yang suka pergi sembarangan tempat."

"Habisnya, saya enggak betah, kalau kakang terus berada di luar rumah. Jadi saya ingin pergi dengan kakang, walaupun kakang cuma di halaman rumah saja." Wanita cantik yang dulunya seorang pendekar cantik itu mengeluhkan sesuatu pada suaminya.

"Hahaha!. Nini sekarang adalah seorang wanita, dan calon ibu." Ia tidak dapat menahan tawanya. "Ini semua juga demi keselamatan anak kita. Apakah nini tidak kasihan sama anak nini?. Ini semua demi anak kita, ya?." Dengan lembut ia mengelus perut istrinya.

"Saya sangat kasihan, hanya saja saya cemas, jika kakang pulang bawa bunga kembang desa." Terlihat ia sedang tidak enak hati.

"Ahahaha!. Nini jangan berkata seperti itu. Saya tidak mungkin melakukan itu. Lagi pula saya ke sana karena tugas dari gusti prabu." Dengan suara yang lemah lembut ia mencoba untuk mengatakan pada istrinya. "Jadi nini istirahat saja sambil menjaga anak kita. Jagalah kesehatan nini demi anak kita. Supaya ketika lahir ia akan menjadi anak yang sehat pula."

Wanita cantik yang kini telah menjadi istri seorang Adipati tampak sedang memikirkan apa yang telah dikatakan suaminya. 

"Baiklah. Kalau memang demi anak kita, akan saya turuti ucapan kakang." Dengan suara yang lembut ia berkata seperti itu.

"Alhamdulillah, jika nini mengerti." Ia kecup kening istrinya. Sungguh, ia sangat mencintai istrinya dengan sepenuh hatinya. "Saya tentunya hanya mencintai nini saja."

"Ah!. Kakang gombal." Pipinya terlihat merona mendengarkan ucapan suaminya.

"Hehehe. Memangnya nini tidak?." Ia kembali menggoda istrinya.

"Sudahlah kakang, jangan goda saya terus."

Adipati  Gandara Fusena hanya tertawa melihat istrinya yang tersipu malu, dan itu sesekali ia lihat setelah ia menikah.

"Tapi kapan kakang akan berangkat ke sana?. Tentunya kakang perlu persiapan." Dengan suara yang lembut ia bertanya. "Katakan pada saya, apa saja yang akan kakang bawa nanti."

"Setelah sholat ashar kakang akan berangkat, supaya tidak terlalu malam sampai di desa lembung." Jawabnya.

"Kalau begitu akan saya siapkan semuanya. Kakang juga bersiap-siap lah berpenampilan rapi." Ia merapikan pakaian suaminya.

"Kenapa harus seperti itu nini?." Iseng ia bertanya.

"Meskipun sebagian seorang Adipati yang dibawahi langsung oleh raja, kakang harus tetap memperlihatkan wibawa kakang sebagai seorang Adipati. Kakang adalah orang yang terhormat." Lanjutnya.

"Baiklah istriku yang cantik. Kakang akan rapi-rapi dulu." Balasnya dengan senyuman yang sangat menawan.

Tentunya senyuman itu membuat hati wanita cantik itu berbunga-bunga. Adipati Gandara Fusena adalah laki-laki yang padanya, sejak pertama kali mereka bertemu disebuah perkumpulan para pendekar, dan kejadian itulah yang membuat ia memeluk agama Islam.

...***...

15 tahun kemudian.

Saat itu ada seorang pemuda yang sedang dilatih oleh beberapa orang pendekar. Namun tubuhnya terasa sangat sakit setelah menyerap lima ilmu kanuragan dalam tingkat tinggi, karena itulah tubuhnya hampir mati rasa.

"Cakrawala!. Terus lakukan dengan cepat. Kau akan aku hukum jika kau berani melakukan kesalahan dalam memainkan jurus serap jiwa yang telah aku ajarkan padamu!."

Namun saat itu ia tidak menanggapi ucapan itu, karena ia sedang berusaha untuk menyeimbangkan tubuhnya agar tidak oleng.

"Kurang ajar!. Kepalaku terasa sangat sakit. Tubuhku rasanya hampir saja mau meledak karena jurus kurang ajar ini." Dalam hatinya sangat mengutuk dengan apa yang telah ia pelajari saat itu.

"Ingat cakra!. Kau memiliki mata yang sangat bagus!. Kau harus melihat setiap gerakan yang aku lakukan!."

Lagi, ia tidak menanggapinya. Tubuhnya yang memang sudah tidak sanggup lagi.

"Sedikit lagi!."

Tohpati memaksa anak muda itu untuk menyelesaikan semua inti dari jurus serap jiwa. Hingga setelah ia memainkan jurus itu?. Tubuhnya benar-benar oleng, ia berusaha untuk menahan tubuhnya.

"Bhuek!. Ohok! Ohokh!." Cakrawala, itu nama anak muda itu. Saat itu ia sedang terbatuk dan muntah darah. Tubuhnya benar-benar sangat sakit, hingga semua yang ada di dalam tubuhnya ingin keluar.

"Cakra!." Taraka sangat terkejut melihat itu, ia langsung membantu Cakrawala untuk bangun. Ia menotok beberapa aliran darah Cakrawala agar tidak kehilangan darah terlalu banyak. "Bertahan lah cakra!. Aku akan membawamu ke tempat pengobatan." Ia tampak  cemas. Ia gedong Cakrawala yang hampir tak sadarkan diri.

"Taraka!. Jangan berlebihan kau!. Biarkan anak itu melanjutkan latihannya!." Bentak Tadakara.

"Kau yang jangan berlebihan padanya!." Balas Taraka dengan sangat kesalnya. "Jika saja anak ini mati sebelum waktunya!. Maka tujuan utama kita tidak akan tercapai!. Apakah itu yang kau inginkan?!. Jawab aku tadakara bangsat!." Makinya dengan hati yang dipenuhi amarah yang sangat membara.

Tadakara terdiam mendengarkan apa yang telah dikatakan Taraka. Memang benar apa yang telah dikatakan Taraka, jika Cakrawala tewas dalam latihan itu?. Maka tujuan mereka balas dendam atas apa yang telah dilakukan Adipati Gandara Fusena pada mereka selama ini.

"Bertahanlah cakra. Aku akan membawamu pada nini asmara tanjung." Setelah berkata seperti itu, ia melompat dengan menggunakan jurus meringankan tubuh, supaya ia lebih cepat sampai tujuan.

"Sial!. Taraka itu seperti memiliki belas kasihan pada anak Adipati kurang ajar itu!."

"Sudahlah tadakara. Tidak ada gunanya kau marah-marah."

"Diam kau tohpati!. Kita jangan mengulangi hal sama!. Apakah kau tidak lihat bagaimana kondisi kakiku akibat dari perbuatan gandara fusena sialan itu?." Ia menunjukkan bagaimana kondisi kakinya yang saat itu pincang akibat serangan yang ia terima.

"Ya, nanti kita balaskan. Jika kita berhasil menggembleng anaknya dengan jurus kegelapan yang telah kita miliki." Balasnya. "Sebab anak itu memiliki mata yang sangat bagus dalam menyerap semua tenaga dalam musuhnya." Lanjutnya lagi.

Sepertinya mereka memang memiliki dendam yang sangat dalam pada Adipati Gandara Fusena, sehingga mereka menculik anaknya, dan dijadikan wadah untuk balas dendam pada orang tuanya sendiri?. Kejam!.

...***...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!